𝐉𝐀𝐃𝐈 𝐏𝐄𝐍𝐔𝐋𝐈𝐒 𝐆𝐈�...

By honeymenu

33K 7.6K 1.3K

[A NON FICTION BOOK: COMPLETED] Kenali caraku mengatasi hidup, mengelola emosi, dan caraku menulis novel lewa... More

Pembuka
1. Tujuan Menulis
2. Views
3. Vote dan Komentar
4. Iri Hati
5. Benci Idol
6. Feedback
7. Minder
8. Kritik atau Hinaan?
10. Menikmati Proses
11. Mainstream is Bad
12. Antikritik
13. Cerita Halu
14. Takut Diplagiat
15. Percaya Diri
16. Sederhana Juga Bagus!
17. Berhenti Menulis
18. Cerita Kentang
19. Pembaca Setia
20. Ekspektasi
21. Standar Kebahagiaan
22. Perbandingan
23. (Julid) Unpopular Opinion
24. Dari Berat Menjadi Ringan
25. Harapan Pembaca
26. Mengekspresikan Ide
27. Genre yang Laku
28. Cemas Berlebihan
29. Keuntungan Wattpad
30. Jujurlah Pada Dirimu
31. Alur Bertele-tele
33. Meniru Gaya Tulisan
35. [RB #1] NOVEMBER 2020
36. Awalan Cerita
37. PENGHARGAAN WATTYS
38. Menjadi Lebih Baik
39. Supaya Tidak Kaku
40. Narasi Panjang VS Pendek
41. Menyusun Konflik
42. Manfaat Menulis
44. Dialog yang Hidup
45. Kesalahan Menulis
46. Kesalahan PUEBI dan KBBI
47. Tokoh Sempurna
48. Mencari atau Menciptakan Pasar
49. Promosi Itu Wajib
50. Karakter yang Dibenci
51: Karakter yang Kuat
52. Karakter yang Kuat 2
53. Cerita Masuk Akal
54. Mengontrol Hidup
55. Lubang Cerita
56. Mental Sukses
57. Resep Menulis Fantasi
58. [RB #2] DESEMBER 2020
59. Zona Nyaman
60. Menulis dan Membaca
61. Alasan Bosan Menulis
62. Sumber Penghasilan (Part 1)
63. Sumber Penghasilan (Part 2)
64. Tulisan itu Aset
65. Jadi Penulis Aktif
66. Teman Menulis
67. Fake Productivity
68. Melawan Fake Productivity
69. Waktunya Berpisah

9. Perfeksionis

640 172 37
By honeymenu

"Aduh, kok paragraf ini rasanya kurang greget? Yang ini juga, padahal tadi sudah kubaca dan kurevisi dua puluh kali. Eh, kok ceritaku cringe gini, sih? Nanti pembaca malah mikir aneh-aneh... Ah, pokoknya harus ku-unpub dan kurevisi lagi!"

Saat aku masih menulis fanfiksi The Stalker (fanfiksi pertamaku), aku selalu dihantui rasa cemas setiap kali mau publish chapter baru. Kecemasan ini bahkan bisa dirasakan dari salah satu author note yang kutulis di cerita itu. Ini dia screenshot-nya:


Alay bener, 'kan, aku? 😂

Kalau aku ingat diriku yang dulu rasanya pingin kumarahin habis-habisan, kenapa aku sampai kayak gitu demi cerita? Bahkan sampai biasanya kupaksain gak tidur sebelum jam 2 malam. Pokoknya berat banget waktu bikin The Stalker, setiap hari dihantui kecemasan kalau reader bakal kabur saat kualitas ceritaku menurun 😢

Sifat perfeksionisku muncul karena ada dorongan rasa keraguan, takut, dan cemas. Aku selalu overthinking dengan respon pembaca tentang kualitas ceritaku. Aku bolak-balik bikin chapter, ubah paragraf, benerin typo, baca berulang-ulang, tapi itu semua tetap tidak menghilangkan kecemasanku.

Lalu, apa efeknya?

Ketika cerita tersebut kupublikasikan (aku bahkan baru kelar menyiapkan semuanya dalam tiga minggu), timbul ambisi kuat untuk menerima banyak respon positif pembaca, dan ketika yang kudapatkan ternyata tak sesuai ekspektasi, aku terpuruk lagi.

Ada istilah usaha tidak akan mengkhianati hasil. Ini memang benar. Pasti ada perbedaan antara usaha yang dilakukan setengah-setengah dan sepenuh hati. Tapi sesungguhnya, apabila kita mengulik standar kepuasaan masing-masing orang, istilah itu tidak sepenuhnya valid.

Kita tidak bisa mengendalikan segalanya di dunia ini. Kita tidak bisa menyangkal hal-hal tak terduga di masa depan, begitu juga dengan keinginan dan ekspektasi dalam menulis.

Seringkali kita merasa kurang dengan tulisan kita dan melakukan effort lebih kuat dan keras hanya agar tulisan kita mencapai kesempurnaanya. Kalau kamu berada di fase ini, coba renungi ulang sikapmu. Apakah kamu bahagia menulis dengan cara seperti itu? Apakah kamu menikmati proses menulismu?

Bagi penulis, terutama aku, sifat perfeksionis itu adalah halangan.

Perilaku perfeksionis hanya akan menyakitimu dan menahanmu untuk menulis lebih banyak dan beragam. Kamu hanya harus berlatih menerima sesuatu sebagaimana adanya, termasuk tulisanmu.

Kalau kamu menikmati proses, kamu akan benar-benar merasakan manfaat menulis.

Ini yang kurasakan belakangan. Ketika aku mulai menulis fanfiksi ketigaku (The Leftovers), aku mencoba untuk tidak overthinking lagi. Aku memang pernah melakukan revisi, tapi aku berhasil melakukannya dengan enjoy dan tanpa stress. Sebab aku menanamkan pada diriku, bahwa mensyukuri hasil kerja kita akan lebih menyenangkan daripada cemas tanpa sebab terus.

Jadi, revisilah secukupnya, sewajarnya, dan setulus hatimu, serta jangan biarkan kamu didorong oleh ambisi kesempurnaan. Berhenti untuk terlalu fokus pada kesalahan-kesalahan dan aspek lain yang sifatnya minor, apalagi membuatmu lelah berkepanjangan dan overthinking ketika menunggu respon pembaca.

Bukannya menikmati menulis, kamu hanya membuat dirimu capek sendiri.

Continue Reading

You'll Also Like

5.7K 853 45
Ghia tidak pernah punya teman sepanjang dua belas tahun dia hidup. Sialnya, di Pulau yang Terasingkan tidak ada siapa pun yang sudi menjadikan Ghia s...
70.4K 8.7K 24
Aku tidak buta warna. Aku tahu bagaimana indahnya pelangi. Aku pernah merasakan sinar matahari yang menyilaukan mata. Tapi sejak hari itu... mataku...
27.2K 980 18
jangan hanya dibaca, dirasa.
1.3M 108K 125
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...