Hospital In Love [ END ]

By LordJoongie84

223K 19.2K 4K

Bagaimana menggambarkan sosoknya? Euhm... Menyebalkan? Bagi sebagian orang atau bahkan semua orang yang beker... More

Part 01
Part 02
Part 03
Part 04
Part 05
Part 07
Part 08
Part 09
Part 10
Part 11
Part 12
End Part
Po Ebook

Part 06

16.8K 1.4K 319
By LordJoongie84

^_^  Happy Reading  ^_^

.

.

.

Chanyeol berjalan mendekati Baekhyun yang tengah terliht sibuk di dapur. Entah apa yang sedang dibuat perempuan itu, dari dalam kamar, aroma masakannya terciuma manis dan gurih.

Grep

"Sedang apa?" tanya Chanyeol sembari memeluk Baekhyun dari belakang. Dia kecup ringan leher pasangannya itu.

"Aku buat cookies tadi. Itu, sudah jadi beberapa toples. Sekarang sedang membuat kimchi." sahut Baekhyun tanpa merasa terganggu dengan pelukan Chanyeol. Dia masih melanjutkan membumbui kimchi.

"Baek-ah! Kau buat sebanyak ini, untuk siapa? Untukku? Aku jarang makan di rumah."

Baekhyun menghentikan kegiatannya. "Oh iya. Aku lupa." Baekhyun melepas pelukan Chanyeol, lalu mencuci tangannya. "Aku akan memberikannya pada Kyungie sebelum kita berangkat ke Ulsan lusa." Baekhyun menatap Chanyeol dan tersenyum kecil.

Chanyeol diam memperhatikan gadis itu. Ada sorot kecewa di kedua mata Baekhyun.

Baekhyun kemudian menyimpan kimchi buatannya di meja dapur. Lalu dia membereskan dapur.

"Kau marah?"

Baekhyun menatap Chanyeol dan menggeleng pelan. "Marah kenapa? Aku tak punya alasan marah padamu. Ah! Kau bilang ada jadwal kunjungan pasien rawat inap pagi, bersiaplah!"

Chanyeol masih diam, memperhatikan Baekhyun yang semakin terlihat menghindarinya.

Chanyeol mendekati Baekhyun, dia raih pergelangan tangan perempuan itu hingga Baekhyun menatapnya.

"Simpan kimchinya di lemari es. Aku akan sarapan di apartemen dan makan malam juga setiap harinya."

"Waktumu lebih banyak kau habiskan di rumah sakit. Jangan memaksakan diri. Aku tadi hanya terlalu bersemangat, aku lupa, bahkan aku pun jarang makan di rumah. Mandilah! Kau bisa terlambat."

Chanyeol masih menatap Baekhyun.

Yang di tatap, tanpa disadari sudah menitikkan air mata.

"Aku ingin melakukan banyak hal untukmu tapi... Aku kadang lupa kalau kehidupanmu tidak sama dengan kehidupan para pekerja kantoran. Jadwal kerjamu tak menentu, bahkan saat sudah di rumah pun kau masih disibukkan dengan urusan rumah sakit. Mianhae."

Chanyeol menangkup pipi Baekhyun dan mengusap pelan lelehan air mata yang membasahi pipi perempuan itu.

"Uljima. Mulai saat ini, aku akan mengatur jadwal kerjaku dengan lebih baik lagi. Euhm?"

Baekhyun mengusap pipi basahnya, dia menatap Chanyeol dan menggeleng pelan.

"Akhir-akhir ini aku sangat sensitif. Untuk beberapa hal yang bahkan sangat kecil saja, aku suka menangis. Maaf. Hhhh... Mandilah!" Baekhyun menepis tangan Chanyeol dan tersenyum tipis pada pria itu, dia lalu pergi dari dapur.

Chanyeol menatap kepergian Baekhyun dengan sebuah perasaan tak menentu, seumur-umur, baru kali ini dia merasakan sebuah jarum kecil menusuk hatinya hanya karena sikap seorang perempuan.

Percayalah! Meski pernah terluka karena dikhianati seseorang, rasanya tak pernah semenyakitkan saat ini.

Baekhyun marah padanya, itu faktanya. Entah dengan alasan karena sensitif atau apa, yang jelas, perempuan itu marah.

Dia tahu dan mengenal Baekhyun sudah sekitar dua tahun lebih, dia tahu setiap kali dia memarahi Baekhyun di rumah sakit, gadis itu pasti tersinggung dan ada sinar kemarahan di matanya. Tapi setelah empat bulan hidup bersama Baekhyun, selalu ditatap lembut gadis itu, kini saat dia menerima kemarahan gadis itu, ada satu sisi hatinya yang terluka dan tak bisa menerima hal itu.

Hah!

.

.

.

Chanyeol masuk ke ruangan Luhan dan langsung menghempaskan dirinya diatas sofa.

Sikap Baekhyun pagi tadi benar-benar mengganggunya.

Yang Baekhyun bilang dia baik-baik saja dan mungkin hanya sensitif, masih berlanjut sampai mereka menyelesaikan sarapan tadi. Saat berangkat kerja, Baekhyun tak mengijinkan Chanyeol menciumnya.

Hal sepele yang empat bulan ini sudah jadi rutinitas Chanyeol, mampu membuat pria itu berantakan ketika tidak mendapatkan apa yang biasa dia lakukan pada pasangannya itu.

Seorang Park Chanyeol, yang dikenal orang tak pernah ambil pusing dengan apa yang terjadi disekitarnya, bisa blingsatan karena diabaikan Baekhyun.

Salut untuk seseorang yang bernama Byun Baekhyun.

"Dia kenapa?" tanya Luhan pada Suho yang sedang merapikan meja untuk tempat makan siang mereka.

"Aku dengar dia melakukan kesalahan di meja operasi."

"Apa? Dia? Kesalahan fatal?"

"Tidak juga. Tapi aneh bukan, dia orang yang sangat detail dalam urusan itu, bisa melakukan kesalahan."

"Aku manusia biasa Tuan Kim." sahut Chanyeol.

"Ya Chanyeol-ah! Makanlah! Ini sudah lebih dari jam dua, kau bisa sakit nanti."

Chanyeol bangun dan terduduk.

"Kau ada masalah?" tanya Luhan. Dia menatap Chanyeol khawatir.

Pria itu membuang nafas berat. "Gwaenchana. Aku hanya merasa terlalu lelah."

"Eh... Baekhyun, benarkah dia mundur dari rumah sakit? Wae? Sayang sekali, aku lihat dia orang yang rajin dan tak segan untuk mempelajari hal baru. Apa ada masalah di divisimu?" tanya Suho sambil menyantap makanannya.

"Kemarin aku berbincang dengan Hye Jong, kau bahkan rela menjadi salah satu pengajar di universitas yayasan kalau Jung gyosunim memberi ijin Baekhyun untuk keluar. Benarkah? Ya... Aku semakin penasaran dengan hubunganmu dan dia."

"Aku malas berurusan dengan hal-hal yang dibuat sulit semacam itu. Dia memutuskan untuk keluar, tapi Jung gyosunim berusaha mencegahnya."

"Tapi tidak dengan mengorbankan dirimu didalamnya hanya untuk sebuah persetujuan dari kepala bagian divisimu 'kan? Ya Park Chanyeol! Bahkan kepala rumah sakit saja tak bisa menggoyahkan keputusanmu untuk tidak menjadi pengajar di universitas yayasan. Dan..."

"Diamlah! Aku tak ingin membahas itu."

"Gadis itu, Baekhyun?" Luhan menatap Chanyeol curiga.

"Mwo?"

"Gadis yang ikut kencan buta denganmu dan kemudian kau tawarkan tinggal bersama, dia Baekhyun?" tebak Luhan kemudian.

Chanyeol membalas tatapan Luhan dan Luhan tahu tebakannya tak salah sepertinya.

"Benarkah? Ya Park Chanyeol!"

"Kalian bisa diam tidak. Moodku semakin berantakan mendengar ocehan kalian."

Luhan dan Suho melihat perubahan di wajah Chanyeol. Pria itu bahkan mendengus sebal melihat tatapan dua sahabatnya itu.

Drrrttt

Drrrttt

Drrrttt

"Mwo?"

"......"

"Eoh. Aku kesana sebentar lagi."

"......"

"Eoh." Chanyeol memasukkan ponselnya ke saku celananya. Dia kemudian berdiri. "Aku pergi dulu!"

"Ya jawab dulu pertanyaan kami!" teriak Luhan. Tapi Chanyeol tak acuh, dia keluar dengan santainya dari ruangan itu.

"Apa tebakanku tadi benar? Menurutmu bagaimana Suho-ya?"

"Molla!" Suho mengendikkan bahunya.

"Ya!"

"Kalau pun benar, itu urusan mereka. Keduanya sudah sama-sama dewasa. Kalau pun tidak benar, hebat saja perempuan itu. Perempuan yang dia ajak tinggal bersama. Aku yakin sikap aneh Chanyeol hari ini, pasti ada hubungannya dengan perempuan itu. Aku sudah lama mengenalnya, meski mudah marah, tapi dia tipikal orang yang tenang saat menghadapi masalah. Bahkan kau ingat bukan saat dia putus dari Hye Jong, tak terlihat kesedihan berarti yang terpancar di kedua matanya. Tapi lihatlah dia hari ini, sejak pagi tadi sampai sekarang, tatapannya sedikit berbeda."

Luhan mengangguk-angguk kecil. "Iya, dia seperti tak bersemangat atau... Ah... Molla...Molla." Luhan melanjutkan makannya, tapi beberapa detik kemudian...

"Ssshhhh... Tapi aku masih yakin kalau ini pasti ada hubungannya dengan Baekhyun."

Suho menatap Luhan, lalu dia masukkan sepotong kimbap ke mulut Luhan.

"Berhenti bicara, habiskan makanan ini bagaimana pun caranya."

"Ya! Ini kebanyakan!"

"Siapa juga yang menyuruhmu pesan makanan sebanyak ini."

"Chanyeol biasanya makan banyak." gerutu Luhan sembari mengunyah makanannya.

"Ya sudah, habiskan?"

Luhan semakin menekuk wajahnya.

"Geundae Suho-ya, menurutku memang Baekhyun perempuan itu. Kau tak lihat tadi waktu di I..." Luhan menghentikan ucapannya karena Suho sudah mendelik tajam padanya. "Ok. Aku akan tutup mulut dan menghabiskan ini." sahut Luhan sembari melanjutkan makannya.

"Aaahhh! Suho-ya! Ini terlalu banyak!" rengek Luhan beberapa menit setelah dia takzim dengan makanannya.

"Ya! Kenapa makin lama kau cerewet?! Simpan saja di kulkas kalau tidak habis. Haehh!"

"Ya! Kau juga kenapa makin lama makin menyebalkan?! Haish!"

.

.

.

Sudah tengah malam, Chanyeol masih duduk di dapur, membaca beberapa buku untuk bahannya mengajar mulai hari senin.

"Kau sudah pulang?"

Chanyeol hanya menoleh sebentar. "Euhm."

"Kenapa tidak membangunkanku?"

"Kau pulas tidur. Aku mana tega membangunkanmu."

Baekhyun mendekati Chanyeol. Dia lihat bekas mangkok di depan pria itu.

"Kau baru selesai makan?"

"Euhm. Tadi siang aku makan sedikit. Ada operasi dan ada kelas setelah itu. Aku juga langsung pulang setelahnya."

Baekhyun memeluk Chanyeol dari samping. "Mian." lirihnya.

Chanyeol menoleh, menatap lembut pasangannya itu, dan lalu dia cium pucuk kepala perempuan itu.

"Aku tadi pagi terlalu sensitif. Iya aku marah, aku tersinggung karena... Aku sudah susah payah membuatnya dan kau malah bilang buat apa."

Chanyeol tersenyum kecil. Dia lalu memutar duduknya.

Dia tangkup pipi Baekhyun, lalu dia cium lembut bibir perempuan itu.

"Istirahatlah! Besok kita berangkat ke Ulsan."

"Kau belum selesai?"

"Sedikit lagi, aku menyiapkan materi untuk hari senin."

"Aku akan menemanimu disini."

Chanyeol menatap Baekhyun sambil menopang kepalanya dengan tangannya.

"Aku akan diam disini, tak bersuara. Sambil makan es krim. Tidak mengganggu, janji."

Baekhyun berjalan ke kulkas, mengambil sekotak besar es krim dan lalu duduk di depan Chanyeol.

"Kapan kau beli es krim sebanyak itu?" tanya Chanyeol yang sempat melirik isi kulkas yang dipenuhi kotak es krim.

"Tadi siang. Tiba-tiba Aku ingin makan es krim, jadi aku beli."

Chanyeol hanya mengangguk-angguk kecil. "Uangku kau hambur-hamburkan untuk beli semua itu?"

"Euhm. Kau bilang aku boleh beli apapun yang kumau."

"Guerae. Lakukan saja, asal kau senang."

"Gomawo gyosunim."

Chanyeol menatap Baekhyun, lalu dia cubit gemas hidung perempuan itu.

Waktu kemudian bergulir.

Awalnya, semua berjalan dengan baik. Chanyeol mengumpulkan materi untuk bahannya mengajar hari senin lusa dengan Baekhyun yang takzim menikmati es krim.

Tapi...

Damn...

Cara Baekhyun menjilati sendok es krim, membuat pikiran Chanyeol tak bisa lagi fokus pada buku yang dibacanya.

"Ya!"

Baekhyun menatap Chanyeol polos, sisa es krim membasahi bibir luarnya.

"Ck...hhhhh!"

Chanyeol turun dari kursi dan mendekati Baekhyun.

"Wae?" tanya Baekhyun polos.

Chanyeol langsung mencium bibir Baekhyun sambil melumatnya dengan lembut.

"Manis."

Baekhyun tersenyum lebar. "Kau mau?" perempuan itu menyendok es krim dan menyodorkannya pada Chanyeol.

Pria itu melahap es krim yang disodorkan Baekhyun untuknya. Lalu dia kembali mencium bibir Baekhyun. Mereka menikmati es krim dengan cara yang berbeda.

"Ck!" Chanyeol berdecak sebal. "Di usia kehamilanmu sekarang ini, aman tidak kalau kita berhubungan?"

"Setauku, di tri semester awal cukup rawan."

"Hah! Arraseo. Kau bisa kembali ke kamar sekarang? Istirahatlah! Juseyo!"

Baekhyun menatap Chanyeol, kemudian dia mengangguk kecil.

Chanyeol membantu Baekhyun turun dari kursi. "Kau masuk dulu, nanti aku menyusul setelah membereskan ini."

"Euhm." Baekhyun mengangguk dan melangkah pergi dari dapur.

"Gyosunim!" panggil Baekhyun sesaat sebelum dia masuk kamar.

"Mwo?" sahut Chanyeol tanpa menoleh ke Baekhyun.

"Eeehhmmm... Kata Kim gyosunim, kandungan dan janinku kuat. Cukup aman kalau kita berhubungan."

Chanyeol langsung menoleh pada Baekhyun.

"Euhm. Tadi aku sempat periksa ke dia, karena aku pikir kita ak...eeehhmmm."

Baekhyun belum sempat melanjutkan ucapannya, Chanyeol sudah berlari mendekatinya dan mencumbunya. Mencium lembut sambil berjalan ke kamar.

"Kita melakukannya dengan cara paling aman. Ok!"

Baekhyun mengangguk dan naik ke atas ranjang.

Mereka melakukan foreplay, saling berciuman, menyentuh dan juga saling menanggalkan baju mereka satu persatu.

Setelah di rasa cukup, Chanyeol memposisikan dirinya di belakang Baekhyun yang sudah memiringkan tubuhnya.

Chanyeol mengatur kaki Baekhyun sedemikian rupa lalu...

Suara desahan terdengar beberapa menit kemudian. Nafas saling menderu, mata saling menatap dan tangan saling bergenggaman.

Rasanya, tak perlu ada kata cinta diantara keduanya, karena tindakan saja sudah cukup menunjukkan kalau cinta itu sudah tumbuh bersemi.

"Haa'aaaahhh!"

Chanyeol mencium pipi Baekhyun, di akhir perjuangannya sampai ke puncak. Baekhyun menggenggam erat tangannya. Wanitanya ini, tak pernah tidak orgasme bila sedang bersenggama dengannya.

Baekhyun memutar tubuhnya, matanya mulai mengantuk, tapi dia masih ingin bicara dengan Chanyeol.

Chanyeol merapikan rambut Baekhyun, menunggu perempuan itu buka suara.

"Hhhhh..." Baekhyun tak mampu menahan kantuknya, dia jatuh terkulai di pelukan Chanyeol.

"Jalja!"

.

.

.

Kriiinggg

Kriiinggg

Kriiinggg

"Oh Xiou gyusonim!"

Chanyeol yang sedang menyetir, melirik ponselnya yang dia letakkan di atas dashboard dengan alat penyangga dibawahnya.

"Kau ingin menjawabnya?" tanya Baekhyun. Chanyeol mengangguk, Baekhyun kemudian membantu menerima panggilan itu.

"Eoh."

"Ya kau dimana! Bukankah kemarin aku sudah mengingatkanmu, hari ini reuni angkatan kita."

"Seingatku aku juga sudah bilang padamu, aku tidak ikut acara itu."

"Wae? Kau melarikan diri ke Ulsan lagi? Ya Park Chanyeol! Banyak yang mencarimu, mereka, teman-teman seangkatan kita, mencarimu."

"Kenapa mereka mencariku, aku tak punya hutang ke mereka."

"Ck!"

"Chanyeol-ah! Cepat kemari! Aaahhh... Kau tahu Hyemi, dia juga datang dan dia semakin cantik." terdengar Suho menimpali.

"Ck! Apa hubungannya dia datang dengan aku. Sudahlah!"

"Chanyeollie! Ini Hyemi, bagaimana kabarmu? Ya! Kita sudah lama tidak bertemu, kau tidak rindu padaku? Ah... Bolehkah aku meminta nomormu pada Luhanie? Chanyeollie bogoshippo."

Baekhyun memalingkan wajahnya, dia menatap pemandangan di luar jendela. Berusaha menulikan telinganya, dari obrolan yang membuat satu ruang dihatinya di gedor sakit luar biasa.

Cemburu?

Dia mungkin cemburu, tapi apa dia berhak merasakan hal itu. Siapa dia? Kekasih? Bukan. Istri? Juga bukan. Dia hanya perempuan yang menyetujui kesepakatan untuk tinggal bersama, tanpa diawali sebuah perasaan cinta.

Baekhyun menarik nafasnya berat dan hal itu berhasil menarik perhatian Chanyeol.

Pria itu melirik Baekhyun.

"Chanyeol-ah!"

"Kalian nikmati saja acara itu. Annyeong!"

Chanyeol mengakhiri panggilan itu dan meraih tangan Baekhyun untuk dia genggam kemudian.

"Baek-ah!"

Baekhyun menatap Chanyeol.

"Hyemi... Dia buk..."

"Geumanhae."

Chanyeol diam seketika.

"Aku tidak peduli dia siapa, aku tidak peduli dia dulu siapa bagimu. Aku menghargai mereka yang pernah hadir di masa lalumu. Karena mereka yang menemanimu melewati semuanya sampai kau berada di tempatmu saat ini. Entah yang mereka tinggalkan kenangan baik atau kenangan buruk, aku tak peduli." Baekhyun membalas genggaman tangan Chanyeol. "Gyusonim! Aku pernah membaca sebuah buku, di dalam buku itu, ada tulisan yang membuatku paham sekarang."

"Mwo?"

"Ada beberapa hal yang membuat seseorang pada akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungannya dengan pasangannya. Kalau menurutmu karena perbedaan pendapat, itu salah. Perbedaan pendapat menjadi alasan kesekian untuk kandasnya sebuah hubungan. Alasan yang utama adalah karena sebuah rasa penasaran."

"Rasa penasaran?"

"Euhm. Penasaran akan masa lalu pasangan kita, cemburu tanpa dasar, pertengkaran terus menerus dan kemudian perbedaan pendapatlah yang dipilih untuk menjadi alasan sebuah perpisahan. Masa lalumu, itu milikmu. Kau denganku saat ini, adalah harapan untuk masa depan kita. Jadi, kau tak perlu menjelaskan apapun tentang siapa dia. Aku percaya saat ini, kah hanya milikku" Baekhyun tersenyum lebar dan sangat manis.

Chanyeol melepas genggaman tangannya pada Baekhyun, lalu mengusap pelan kepala perempuan itu. Dia dibuat terharu oleh sikap Baekhyun. Sangat dewasa.

"Gomawo untuk semua pengertianmu."

"Euhm."

.

.

.

Mereka tiba di kediaman Chanyeol yang berada di Ulsan, sekitar pukul setengah dua belas.

Pria tinggi itu memarkirkan mobilnya di halaman rumahnya, setelah itu dia keluar dan lalu menghampiri pintu penumpang.

Sepanjang perjalanan, Baekhyun lebih banyak tidur.

Chanyeol membuka pintu penumpang dan lalu menggendong pasangannya itu.

"Anda hanya berdua?" tanya penjaga rumah itu yang adalah seorang pria paruh baya.

"Euhm. Nanti aku ceritakan ada apa ahjussi. Tolong keluarkan barang-barangnya di bagasi."

"Nde."

Setelah itu Chanyeol masuk ke dalam rumah, dia langsung naik ke lantai dua dan membaringkan Baekhyun dikamarnya.

"Tuan muda! Ini..."

"Letakkan saja disitu ahjussi. Tunggu aku dibawah, aku ingin bicara dengan ahjussi dan ahjumma."

"Nde."

Chanyeol melepas sepatu Baekhyun. Lalu menyelimuti perempuan itu, yang sama sekali tak terusik dengan obrolan Chanyeol dan penjaga rumah tadi.

Setelah memastikan Baekhyun nyaman, Chanyeol turun dan langsung menuju ruang tengah.

"Eeehhmm... Baekhyun hamil."

"Nde!" pasangan suami istri yang sudah dipercaya untuk menjaga rumah ini selama puluhan tahun itu, tampak kaget dengan pernyataan Chanyeol.

"Iya, dia hamil anakku."

"Kapan anda menikah?"

"Yeobo! Anak jaman sekarang berbeda dengan jaman kita dulu. Jaman sekarang, tak perlu ada pernikahan untuk memiliki anak." pria bertubuh sedikit kurus itu, memberitahu istrinya.

Chanyeol hanya tersenyum kecil. "Aku memang belum menikahinya ahjumma. Saat ini belum, tapi nanti pasti aku menikahinya."

"Ah." perempuan berambut pendek itu terlihat mengangguk-angguk kecil.

"Dia akan tinggal disini. Sampai kapan? Terserah dia mau sampai kapan. Kalaupun dia memilih tetap disini setelah melahirkan, aku harap anda berdua tetap bersedia melayaninya."

"Ya! Kenapa anda bicara seperti itu? Tentu saja kami akan melayaninya. Dia, calon istri anda. Nantinya, dia juga akan menjadi pemilik rumah ini. Jadi tentu saja kami harus melayaninya. Lagi pula, Baekhyun agassi orang baik. Jadi..."

"Gomawo ahjussi. Eehm... Aku kesini seminggu sekali. Dan... Bisakah aku minta tolong lagi ahjussi?"

"Iya. Minta tolong apa?"

"Tolong carikan sopir, dia mungkin butuh pergi ke satu tempat. Tentunya butuh sopir, jadi tolong carikan sopir untuknya."

"Nde. Saya akan mulai pasang iklannya setelah ini."

"Sekali lagi, gomawo."

"Ah! Anda dan agassi ingin makan siang apa? Saya akan memasaknya untuk kalian."

"Tidak usah ahjumma. Aku tidak tahu kapan dia bangun, jadi nanti saja."

Setelah mengatakan hal itu, Chanyeol kembali ke lantai dua rumahnya.

"Apa Tuan besar tahu hal ini?" si ahjumma bergumam penasaran.

"Entahlah. Mungkin tahu, mungkin juga tak tahu."

"Ssshhh... Anak muda jaman sekarang, hah!"

.

.

.

Hari sudah sangat gelap saat Baekhyun menuruni anak tangga dan berjalan ke arah dapur.

Dia melihat Chanyeol berdiri di depan kompor, sepertinya sedang membuat sesuatu.

"Kau sudah bangun?"

Baekhyun mengangguk, dia kemudian duduk di kursi tak jauh dari Chanyeol berdiri sekarang.

"Tunggu sebentar! Aku sedang membuatkanmu makan malam ini."

"Ahjumma eodie?"

"Mereka sudah istirahat. Di pavilliun belakang."

"Oh... Kau buat apa?"

"Spagetti carbonara."

"Gyosunim!"

"Euhm."

"Kau kembali ke Seoul besok pagi."

"Euhm. Mulai besok aku ada kelas."

"Apakah kesepakatan mengajar itu tak bisa di batalkan?"

Chanyeol mendekati Baekhyun dengan sepiring penuh spagetti buatannya. "Makanlah! Kalau kurang, kau boleh tambah sepuasnya."

"Kau tak makan?"

"Aku sudah makan tadi." Chanyeol duduk di samping Baekhyun setelah mengambilkan segelas air untuk calon ibu dari anaknya itu.

Baekhyun menyantap makan malamnya yang amat sangat terlambat itu.

Dia sangat lahap menyantap spagettinya, hingga Chanyeol menatapnya khawatir.

"Ya! Pelan saja makannya, tidak ada yang akan memintanya. Semua milikmu."

"Aku lapar." sahut Baekhyun dengan mulut penuh spagetti. "Sekarang ini, aku makan untuk dua orang." lanjutnya.

Chanyeol mengusap pelan bibir Baekhyun, yang belepotan saos spagettinya.

"Oh ya, besok mungkin akan datang dua orang baru di rumah ini. Laki-laki dan perempuan."

"Siapa?"

"Sopir dan satu orang untuk menemanimu kalau-kalau kau ingin jalan-jalan keluar. Ahjumma sudah cukup tua kalau harus mengikutimu kemana-mana."

"Memangnya aku mau kemana?"

"Kita tak tahu apa yang akan terjadi ke depannya Baek-ah. Aku juga tak tahu apa saja yang ingin kau lakukan selama berada disini. Untuk jaga-jaga saja, mereka juga bisa jadi temanmu ngobrol, biar kau tak bosan di rumah."

"Kalau begitu, uangmu akan cepat habis."

Chanyeol melirik Baekhyun yang menatapnya dengan tatapan cukup polos. Hhhh...

"Makanya mulai senin aku kerja keras."

"Ah! Menjadi pengajar, aku dengar calon dokter di universitas yayasan, cantik-cantik perempuannya."

"Terus?"

"Kau yakin tak akan tergoda?"

"Kau tahu anak direktur rumah sakit?"

"Euhm. Jang Seo Yoon gyusonim. Wae?"

"Menurutmu dia bagaimana?"

"Cantik. Sangat cantik. Kalau tidak jadi dokter, mungkin dia bisa jadi model. Kenapa?"

"Sejak kuliah, dia mengejarku, bahkan mungkin sampai saat ini."

"Heh!"

"Tapi aku sama sekali tak berniat berkencan dengannya. Aku berkencan atau dekat dengan seorang perempuan, kalau hatiku ingin dan merasa cocok dengannya. Kalau tidak, buat apa?"

"Berarti kau merasa cocok dengan Chae gyosunim?"

"Awalnya begitu. Tapi lama-lama, semua terlihat. Dia mungkin pantas dijadikan kekasih, tapi dia tak pantas dijadikan istri."

"Kalau aku?"

"Molla."

Baekhyun mempoutkan bibirnya sambil melanjutkan makannya.

Chanyeol tersenyum geli melihat tingkah Baekhyun.

Selama ini, dia melihat Baekhyun sebagai sosok kuat. Meski sering sekali dimarahi dan di bentak, tapi Baekhyun benar-benar memiliki mental luar biasa. Residen sebelum Baekhyun dan Sehun, banyak yang keluar dari dia terlalu keras mendidik mereka, hanya Seo Joon yang bertahan sampai bisa menjabat sebagai kepala residen bedah jantung.

Tapi gadis dihadapannya itu bertahan. Dia juga jarang melihat Baekhyun menangis karena sikapnya.

Dan empat bulan terakhir ini, dia melihat sisi berbeda dari Baekhyun.

Gadis itu ternyata cukup manja, sangat periang dan juga banyak bicara. Berbeda sekali ketika berhadapan dengannya di rumah sakit.

Dan entah kenapa, dia yang dulunya tak begitu menyukai perempuan manja dan cerewet, bisa menerima Baekhyun dengan semua yang ada pada gadis itu.

Dia sangat suka melihat senyum Baekhyun, dia suka saat berbagi cerita dengan gadis itu, dia suka Baekhyun yang tiba-tiba mempoutkan bibirnya, kalau ada yang tak sesuai dengan keinginannya.

Baekhyun...

Chanyeol mengusap kepala Baekhyun, lalu dia tarik kursinya sampai sangat dekat dengan perempuan itu dan...

"Jangan menciumku! Aku sedang marah!"

Tawa Chanyeol meledak.

"Memangnya harus bilang ya kalau marah?"

"Iya. Biar kau tahu dan paham."

"Ya Tuhan Bee!"

Baekhyun menoleh dengan kerutan jelas didahinya. "Bee? Nugu?"

Chanyeol mencium gemas bibir Baekhyun. "Bee! Kau suka mendengar panggilan itu?"

"Itu panggilan untukku?"

"Euhm. Panggilan sayang untuk calon mommy dari anak-anakku."

Baekhyun tersipu malu, pipinya merah jambu, menggemaskan.

Chanyeol kembali mencium bibir Baekhyun, kali ini dengan memberikan sedikit lumatan.

'Ada hati yang ku jaga agar tak jatuh, namun saat bersamamu, seringnya dia tak patuh.'

"Bee!"

"Euhm."

"Neomu joahae."

.

.

.

TBC

Note : Terima kasih atas dukungannya di cerita kali ini.

See you next time

.

.

.

^_^  Lord Joongie  ^_^



Continue Reading

You'll Also Like

105K 8.7K 84
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
10.6K 743 41
Keseharian pada single mom dengan anak-anak nya 😉 Mari membaca
1.5K 201 3
[SLOW UPDATE] Kim jongin yang akan di jodohkan dengan seorang pemuda pembisnis sukses Dan tampan, tetapi jongin malah menolak nya. kenapa? "eommaa, p...
66.5K 10.6K 15
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...