Home - Jeon Jungkook (Sequel...

By R_Seokjin

938K 58.5K 5.7K

Jika kalian berfikir semua berakhir bahagia, kalian salah.. Justru badai yang paling besar datang setelah Se... More

Home 1
Home 2
Home 3
Home 4
Home 5
Home 6
Home 7
Home 8
Home 9
Home 10
Home 11
Home 12
Home 13
Home 15
OPEN PO
Home 16
Home 17
Home 18
Home 19
Home 20
Home 21
Home 22
Home 23
Home 24
Home 25
Jin Hyung!
Home Terbit Lagi 💕
PRE ORDER LAGI!!

Home 14

21.9K 2.1K 237
By R_Seokjin

Jungkook mengerjapkan matanya. Ia meringis saat rasa pening menyerangnya dan membuat tangannya terangkat untuk mencengkram kepalanya. Namun, tangannya tertahan seseorang. Seketika ia menepis tangannya saat tahu siapa yang baru saja menahannya.

"Jungkook-ah."

"Sedang apa hyung disini? Pergi." Ujar Jungkook dingin. Matanya masih buram, namun ia tahu jelas siapa yang ada di sebelahnya. Itu adalah hyung favoritnya dulu. Iya dulu.

"Aku menemanimu. Ayah dan Ibu sedang pulang mengambil beberapa kebutuhanmu."

"Tinggalkan aku sendiri."

"Tidak, setidaknya sampai Ayah dan Ibumu kembali."
Jungkook tak mengindahkan Taehyung. Ya, orang yang kini sedang menemaninya adalah Taehyung. Taehyung memang sengaja tinggal karena ingin menjaga adik kesayangannya itu. Sekaligus menyalurkan rasa rindunya pada Jungkook.

"Ada yang sakit? Ingin ku panggil Jin hyung?"
Jungkook melirik Taehyung. Apa Taehyung sudah bertemu Yoonjin? Taehyung tersenyum seakan tahu apa yang ada di pikiran Jungkook.

"Iya, hyung sudah bertemu dokter Yoonjin. Dia, mirip Jin hyung ya Koo?" Lirih Taehyung.

Jungkook mengalihkan pandangannya ke arah jendela. Jungkook berusaha untuk tidak membuat mereka bertemu Yoonjin, namun takdir sepertinya tidak pernah setuju. Yoonjin akhirnya bertemu dengan mereka. Dan Jungkook sadar, itu pasti akan membuka luka lama mereka yang sudah mulai sembuh. Termasuk Jungkook.
Taehyung meraih tangan Jungkook lembut, dan untungnya Jungkook tidak menolak.

"Jungkook-ah. Ayo kita mulai dari awal lagi?"
Apa yang di katakan oleh Taehyung mampu mengalihkan atensi Jungkook dari luar jendela. Ia menatap Taehyung lekat.

"Semuanya sudah terlambat."

"Tidak ada kata terlambat Jungkook-ah. Kita perbaiki semuanya. Meskipun memang tidak sesempurna dulu, tapi setidaknya kita bisa mengubahnya menjadi lebih baik."
Jungkook menatap mata Taehyung lekat. Mencari kebohongan dalam mata Taehyung. Namun nihil, Jungkook tidak menemukan kebohongan itu sama sekali.

"Kami juga akan memperbaiki kesalahan kami padamu Kook."
Jungkook dan Taehyung sama-sama menoleh ke arah sumber suara.

Itu suara Yoongi. Dan apa ini? Bukan hanya Yoongi dan Taehyung yang menemaninya. Tapi Namjoon, Jimin dan Hoseok pun ada. Jujur saja, Jungkook sangat merindukan dimana dirinya dan hyungnya berkumpul dalam satu ruangan. Sudah lama sejak terakhir mereka seperti ini.

"Jungkook-ah. Izinkan kami untuk memperbaiki kesalahan kami." Jimin berucap tulus.

"Kami sadar, dulu kami terlalu egois. Dan membiarkanmu untuk berjuang mempertahankan ini semua sendiri. Bodohnya kami yang tidak pernah memikirkanmu saat itu."

"Kenapa kalian semua seperti ini di saat aku tidak lagi seperti dulu?" Jungkook menunduk. Ia meremat selimut rumah sakitnya. Jujur saja, memikirkan keadaannya yang sekarang selalu saja berhasil membuat Jungkook sesak.

"Maafkan kami Jungkook-ah."

"Kita akan melaluinya bersama. Kau tidak sendiri lagi. Kami akan selalu bersamamu. Kami yakin kau bisa sembuh dan kembali bersama kami."
Jungkook hanya mampu terisak. Semua ucapan hyungnya seakan mampu menghipnotis dirinya. Ia mengangguk begitu saja sebagai jawaban. Kali ini bukan hanya Jungkook, namun HoSeok, Taehyung, Namjoon, Jimin juga sudah terisak. Tentu kecuali Yoongi. Yoongi hanya bisa tersenyum haru. Akhirnya, mereka bisa membawa adik kecilnya kembali ke pelukan mereka. Benar, jika mereka terus mementingkan ego mereka, bukan keutuhan yang mereka dapat. Namun kehancuran lah yang terus menghampiri mereka.

"Sepertinya aku mengganggu waktu kalian?"
Kegiatan berpelukan, mereka sudahi saat ada seseorang yang masuk ke dalam kamar rawat Jungkook.

"Jin hyung!"

Yoonjin tersenyum lalu menghampiri pasien spesialnya tersebut. Mengusak rambut Jungkook lembut.

"Bagaimana keadaanmu?"

"Baik hyung!"

"Baiklah hyung percaya kalau kau sudah sesemangat ini."

"Hyung kenalkan, mereka adalah hyungku di BTS."

Yoonjin tersenyum melihat wajah Jungkook yang sumringah. Ia tahu sekarang, orang yang ada di hadapannya inilah yang membuat Jungkook bangkit dari keterpurukkannya. Meskipun Yoonjin juga tahu, mereka juga adalah alasan kenapa Jungkook sampai di keadaan sekarang.

"Aku sudah bertemu mereka saat mereka membawamu kemari dengan keadaan tertidur. Kau nakal ya! Kau menyuruhku ke rumah sakit itu untuk bekerja, bukannya malah merawatmu."

"Merawatku juga bagian dari pekerjaanmu hyung." Jawab Jungkook dengan cengiran gigi kelincinya.

"Baiklah baiklah aku kalah." Yoonjin mencubit hidung Jungkook gemas. Ada yang mereka lupakan. Mereka lupa jika bukan hanya ada mereka berdua di ruangan itu. Masih ada 5 hyungnya yang menatap interaksi mereka dengan tatapan iri. Mereka iri, karena selama ini mereka baru melihat senyum Jungkook yang cerah. Sejak semua terkuak, dan semenjak Jungkook membenci mereka, mereka tidak pernah melihat lagi senyum gigi kelinci yang dulu sering menghiasi hari mereka.

"Hyung aku ingin pulang!"

"Nanti dulu Jungkook-ah. Masih ada yang harus ku periksa."

"Ayolah hyung! Aku sudah tidak apa-apa."
Yoonjin menghela nafas. Baru tadi ia memberitahu sang Ibu untuk tidak termakan rayuan Jungkook. Tapi apa ini? Justru ia sendiri yang tengah bimbang.

"Lakukan tes terakhirmu besok, setelah itu kau bisa langsung pulang tanpa harus menunggu hasil tes. Tidak ada penolakan. Atau tidak pulang sama sekali." Ucap Yoonjin saat melihat Jungkook yang akan protes.

"Iya hyung."

"Baiklah, hyung akan bicara dengan orang tuamu."
Jungkook mengangguk semangat. Lagi-lagi Yoonjin mengusak rambut Jungkook sebelum ia pergi dari ruangan Jungkook. Entah kenapa, mengusap rambut Jungkook sudah seperti hobi tersendiri untuk Yoonjin.

"Wah kau melupakan kami kalau sudah bersama dokter Yoonjin." Ucap Taehyung dengan bibir yang mengerucut lucu.
Jungkook merentangkan tangannya bermaksud untuk meminta di peluk oleh Taehyung. Taehyung mengerti dan ia segera memeluk Jungkook dengan erat.

"Jangan cemburu, hyung tetap hyung favorit ku!" Jungkook menenggelamkan wajahnya di dada bidang Taehyung. Menikmati aroma yang sudah lama tidak ia hirup karena dirinya yang terus  berusaha untuk menjauh dari mereka.

"Hyung favoritnya hanya Taehyung, kita pulang saja bagaimana?" Ucap Namjoon yang berpura-pura merajuk membuat Jungkook terkekeh.

"Kalian semua hyung favoritku! tentu dengan porsi masing-masing. Kalian punya tempat tersendiri di dalam sini." Ucap Jungkook menunjuk dadanya sendiri.

"Woaah Jungkook pintar menggombal ya!" Jimin mencubit pipi Jungkook membuat sang pemilik mengaduh kesakitan.

Ruang rawat Jungkook terasa begitu hangat karena suara tawa mereka. Melihat Jungkook tertawa selalu menjadi vitamin untuk mereka. Jungkook juga tak mampu menyembunyikan rasa bahagianya. Rasa benci yang ia tanamkan untuk hyungnya telah menguap entah kemana. Memaafkan mereka adalah cara Jungkook untuk menghilangkan rasa kecewa dirinya terhadap takdir. Karena merekalah yang membuat Jungkook masih bisa bertahan dengan keadaannya saat ini. Jungkook tidak tahu apa yang akan ia lakukan jika suatu saat ia kembali di kecewakan oleh hyungnya. Ada rasa takut yang masih menyelimutinya, namun segera ia tepis saat melihat hyungnya berada di hadapannya sekarang.
.
.
.
Hari ini akhirnya datang juga. Setelah melakukan tes terakhir, Jungkook akhirnya bisa kembali menginjakan dirinya di rumah kesayangannya. Kali ini ia tidak sendiri, karena ke 5 hyungnya masih bersamanya bahkan sejak kemarin.

"Hyung, kalian tidak pulang?"

"Kami masih ingin bersamamu Kook. Kenapa kau malah mengusir kami?"

"Tidak, hanya saja sejak kemarin kalian menemaniku. Kalian belum pulang sama sekali. Bahkan menungguku untuk melakukan tes terakhirku."
Namjoon terkekeh. Ia senang karena Jungkook mereka telah kembali.

"Ini sebagai ganti karena kami tidak ada di sisimu saat itu Jungkook-ah." Jawab Namjoon.

"Hanya saja aku takut kalian lelah." Jungkook menunduk sambil meremas kesepuluh jarinya.

Jimin berlutut menyamai tingginya dengan kursi roda Jungkook. Ia pegang tangan Jungkook lembut dengan senyum yang membuat Jungkook menghangat.

"Jika itu tentangmu kami tidak lelah. Biarkan seperti ini. Kami hanya ingin menebus dosa kami selama ini. Jadi, jangan berpikiran macam-macam. Kami senang karena kami bisa kembali bersamamu." Ucap Jimin lembut.

"Maafkan kami Jungkook-ah." Taehyung merangkul leher Jungkook dari belakang.

"Aku sudah memafkan kalian. Aku tidak pernah membenci kalian. Aku hanya marah pada diriku sendiri. Aku marah pada takdir yang membuatku seperti ini. Tanpa sadar aku justru malah menyalahkan kalian. Aku yang harusnya minta maaf. Maafkan aku karena aku sudah marah pada kalian." Jungkook kembali terisak membuat Taehyung merangkul Jungkook semakin erat.

"Tidak, tidak jangan menangis lagi. Aku tidak ingin kau kembali sesak dan masuk rumah sakit lagi. Itu menyakitkan Jungkook-ah." Bisik Taehyung tepat di telinga Jungkook.

Jungkook segera menghapus air matanya lalu mengangguk lucu.
Sang ibu yang sejak tadi tidak ikut di antara mereka kini ikut tersenyum saat melihat kebersamaan mereka kembali seperti dulu. Jungkooknya telah kembali. Senyum yang selama ini sang ibu rindukan kini dapat ia lihat lagi dari Jungkook. Sang ibu begitu bersyukur karena keadaan sepertinya sudah kembali seperti dulu.

"Anak-anak, sebelum pulang kalian makan dulu disini. Ibu akan menyiapkannya untuk kalian. Sementara ibu memasak, kalian tunggu saja di kamar Jungkook."

"Nee Eomeonim Terima kasih." Ucap Yoongi sopan.

Taehyung mendorong kursi roda Jungkook. Namun beberapa lama kemudian ia berhenti dengan raut wajah bingung.

"Kenapa hyung?"

"Kamarmu dimana?"

"Hyung tidak tahu kamarku dimana? Ish! Aku coret Hyung dari daftar Hyung favoritku!" Decak Jungkook jengkel.

"Kau yang tidak pernah memberitahuku ngomong-ngomong." Balas Taehyung tak terima. Memang benar, jika kalian lupa Jungkook tidak pernah memberitahu member dimana letak kamar pribadinya.

Jungkook ingin protes namun tertenti saat ia merasa kursi rodanya sudah melaju karena di dorong oleh seseorang. Jungkook mendongkak dan menemukan Hoseok yang kini sudah mengambil alih kursi rodanya dari Taehyung.

"Hyung tahu kamarmu dimana. Jadi bisakah kau menjadikanku yang pertama untuk Hyung favoritmu?" Ucap Hoseok dengan senyum lembutnya. Jungkook mengangguk antusias.

"Selamat Hyung kau menang! Maafkan aku Tae hyung! Kau tersisihkan!" Teriak Jungkook saat ia semakin menjauh dari Taehyung.
Taehyung merenggut tidak Terima. Namun Jimin sudah merangkulnya dan membawa Taehyung untuk menyusul Jungkook dan Hoseok. Di ikuti Namjoon dan Yoongi.
Namjoon menarik tangan Yoongi saat Yoongi akan masuk ke dalam kamar Jungkook membuat Yoongi mengernyit.

"Ada apa Joon?"

"Hyung ada masalah?"
Yoongi menggeleng. Namun sepertinya Namjoon tidak percaya.

"Jangan berbohong. Aku tahu Hyung orang yang paling diam di antara kami. Tapi diamnya Hyung sekarang begitu berbeda di mataku. Aku tahu Hyung sedang memendam sesuatu."

"Hyung kalian sedang apa? Ayo cepat masuk!"
Itu Jungkook. Jungkook kembali keluar kamar saat menyadari Namjoon dan Yoongi yang tak kunjung masuk. Jungkook menarik Namjoon dan Yoongi. Yoongi tersenyum lalu mendorong kursi roda Jungkook masuk ke kamarnya. Tentu dengan Namjoon yang memberikan tatapan minta penjelasan.

"Nanti aku ceritakan." Ucap Yoongi sebelum ia membawa Jungkook masuk. Namjoon hanya menghela nafas. Namun akhirnya ia mengikuti apa yang di inginkan sang kakak. Karena jika itu Yoongi, dia akan benar-benar memberitahunya apa yang mengganggu pikirannya.

Semua member mengitari kamar Jungkook. Melihat setiap sudut dari kamar Jungkook lalu terkekeh pelan karena merasa mereka tidak mengenal Jungkook lebih dekat. Mereka sudah bersama hampir 10 tahun, namun mereka sama sekali belum pernah masuk ke dalam kamar pribadi maknae mereka.

"Koo, kenapa kau tidak pernah membiarkan kami masuk ke kamarmu? Padahal kita sering menginap disini. Tapi kau justru malah membawa kami ke kamar tamu."
Jungkook tertunduk malu. Namjoon menghampiri lemari pajangan yang berisi semua tentang BTS.

"Waah sepertinya ada yang malu kalau Jungkook itu fanboy dari boyband BTS." Namjoon terkekeh.

"Hyung! Aku malu!"
Wajah merah Jungkook justru malah membuat semua member tertawa.

"Lihat! Hyung favoritnya benar-benar Taehyung! Waah aku merasa di khianati." Ucap Jimin sambil membawa standie doll Taehyung. Sementara Taehyung jutru malah tersenyum bangga.

"Sudahlah kalian membuat Jungkook malu!" Tegur Yoongi seraya membaringkan tubuhnya di kasur Jungkook.

"Dasar orang mager! Tidak bisa melihat kasur menganggur sedikit saja!" Cibir Jungkook namun Yoongi tak menghiraukannya.

"Kook."

"Ya hyung?" Tanya Jungkook pada Yoongi yang masih memejamkan matanya.

"Maukah kau kembali bersama kami?"
Jungkook tersentak. Tidak, bukan hanya Jungkook saja. Tapi semua yang ada di kamar Jungkook di buat terkejut dengan pertanyaan yang tiba-tiba terlontar dari mulut Yoongi.

Pertanyaan yang sebenarnya paling di hindari oleh Jungkook. Bukannya tidak ingin, tapi perlu di ingatkan lagi jika Jungkook tidak seperti Jungkook yang dulu.

"Hyung, kenapa kau--"

"Aku yakin kau juga masih ingin bersama kami." Mata Yoongi yang semula terpejam kini terbuka lalu ia bangkit dari tidurnya dan menatap Jungkook lekat.

"Hyung, aku tidak mungkin kembali dengan keadaanku yang seperti ini."

"Hey, dengar hyung. Kau pikir apa yang kita beri pada Army? Kita memberikan musik yang tulus dari hati kita, kita memberi suara kita untuk menghibur Army. Bukan fisik."

"Tidak semua seperti itu hyung. Aku takut banyak Army yang justru meninggalkan kita jika aku kembali pada BTS."

"Aku tidak peduli. Jika mereka Army, mereka akan menerima kita dengan segala kekurangan dan kelebihan kita. Kau, terlalu banyak kelebihan dari dirimu Kook. Keadaan ini hanya salah satu kelebihan yang hilang dari dirimu. Masih banyak kelebihan lain dari dirimu." Yoongi mencoba meyakinkan Jungkook untuk mau kembali pada mereka. Sebagai maknae BTS.

Jungkook termenung, ia benar-benar di hadapkan dengan pilihan yang sulit. Banyak yang harus di pertimbangkan. Karena apapun yang ia pilih, pasti akan ada resiko yang harus ia hadapi. Dan Jungkook belum siap untuk menghadapi resiko tersebut.

To Be Continued

Hallo!
Wah berdebu sepertinya ini cerita ehehe..
Maafkan ya baru bisa up malam ini.
Gak perlu di jelasin lah ya seberapa  sibuknya aku dengan kerjaanku di real life hehe..
Masih ada yang nunggu cerita ini up?
Makasih kalau kalian masih nunggu ceritanya.
Selamat membaca, karena aku gak kasih bawang disini hehehe..
Aku bikin Jungkook seneng dulu yaaa...
Kasian dia nangis terus hehehe..
Sampai ketemu di chapter selanjutnyaaa!!

Babay!

-RJin-

Continue Reading

You'll Also Like

150K 13.9K 62
{ Segera terbit } Kamu dalam imajinasi ku. Sangat jelas, seolah olah kamu ada di sana tetapi, aku menggapai pikiran ku dan kamu tiba tiba menghilang...
54.6K 8K 12
hanya kisah tentang joo yang berkelana di dunia lain dengan berbagai peran yang dimainkannya ditemani sistem berwujud panda yang menggemaskan.
33.5K 2.2K 13
COMPLETED√ Akankah mereka bisa keluar dari rumah itu dan kembali ke Seoul dengan selamat.? Semoga... Baca setiap part dan jangan lupa vote and komen...
78.2K 7.7K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...