My savior & protector : Huang...

By Adchzy

4.8K 1.3K 7.1K

Jika kamu punya seribu alasan yang membuat mu menangis, maka setidaknya kamu punya satu alasan untuk tersenyu... More

00
01 : His arrival
02 : is this the beginning
03 : Sorry?
05 : taman bermain
06 : Bad luck
07 : a truth
08 : Problem
09 : Problem (2)
10 : Threat
11 : Something about 'that'
12 : For the second time
13 : Keeper of Secrets
14 : Something bad happened
15 : All is over?
16 : admit

04 : handphone

304 108 498
By Adchzy

My savior & protector
Huang Renjun

Klik!⭐

Happy Reading💚


****
Malam ini akan menjadi malam yang panjang bagiku dibandingkan dengan malam-malam sebelumnya. Itu karena aku harus mengerjakan tugas yang menumpuk, dan lagi deadline nya sama-sama besok.

Tugas ini sudah lama aku tumpuk dari beberapa hari lalu. Bukan karena malas, hanya saja aku sedikit sibuk dengan klub melukis ku karena beberapa hari lagi klub kami akan melancarkan salah satu kegiatan bulanan kami.

Aku memulai dengan mengerjakan tugas kimia terlebih dahulu. Tak butuh waktu lama, mungkin sekitar 20 menit, 5 soal yang mungkin menurut Ryujin itu susah– sudah ku jawab tanpa ada kesulitan. Ya maap, bukannya mau sombong. Tapi aku ini lumayan pintar. Hmm –sebenarnya Ryujin juga pintar, ia hanya lemah di kimia.

Kulanjutkan dengan mengerjakan tugas-tugas lainnya seperti fisika, ppkn, dan matematika wajib. Sesekali aku mengunyah cemilanku ah –cemilan kak Taeyong, yang baru ku beli tadi.

LINE!

"Ee–ayam ayam!!"

Dukhggg!!

Aku tergelonjak dan mengedikkan bahuku kaget, bahkan lututku menghantam bagian bawah meja belajar ketika aku mendengar suara notif dari ponsel ku. Bagaimana tidak, suara notif ku begitu nyaring.

Aku mengambil ponselku, dan tangan ku yang sebelah lagi masih setia mengusap lembut lututku yang masih terasa nyeri, guna mengurangi rasa itu.

Kulihat layar ponsel ku dan segera masuk aplikasi berwarna hijau itu

Aku

Vengeance
22:19

A

ku mengernyitkan keningku karena kebingungan. Hah? Vengeance? Vengeance apaan? User nya ngak jelas lagi. Aku? Aku siapa?

Who this?
22:22
Read

Ini aku
22:22

Ya, aku siapa?
22:22
Read

Kamu ya kamu
22:22

Bukan aku
Maksud aku, kamu. Kamu siapa?
22:23
Read

aku?
22:23

Iyaa, astaga
Kamu siapa?
22:23
Read

Ya, aku
22:24

"Yaampun, ngeselin banget ni orang" gerutu ku membatin sambil menghembuskan napas kasar. Oke, aku mencoba untuk sabar.

Jawab yang benar, kamu siapa?
22:24
Read

Ya, aku
22:24

Maksud aku nama kamu
Nama kamu siapa?
22:25
Read

Aku
22:25

ASDFGHJKL!!!

Dah lah, nyerah. aku menghela napas kasar. Kemudian langsung meng-silent ponsel ku dan ku lempar keatas ranjang.

"Nga jelas banget" gumam ku. Kemudian kembali menatap buku-buku ku.

****
"Ayah, nanti aku pulang telat yah. Soalnya pulsek nanti ada rapat kecil bareng anggota klub lukis" ujarku pada ayah seraya mengoles selai stroberi diatas lembar roti.

"Ck, sok sibuk" sahut kak Taeyong yang tiba-tiba datang sambil menonjol kepalaku dari belakang. Setelahnya langsung duduk di sebelah ayah.

Sambil memegang kepala ku yang baru saja ditonjolnya, aku memicingkan mata dan menatapnya dengan tajam. Mencoba untuk terlihat galak.

"Pft! Ngapain ngeliat kakak kaya gitu? Kalau lo berusaha terlihat galak atau semacamnya, udah deh. Gagal. Muka lo imut, ngak cocok" ujar kak Taeyong sambil terkekeh.

Ayah yang mendengarnya hanya tertawa kecil tanpa suara.

Seketika aku langsung menetralkan ekspresi ku. Berwajah datar. Aku tidak tahu yang kak Taeyong bilang barusan itu sebuah ejekan atau pujian. Perasaan aku ngak ada imut imut nya. "ekhm –diem deh kak" aku mengalihkan pandanganku dari kak Taeyong.

"Oh ya, yah. aku juga bakal pulang telat buat beberapa hari kedepan. Hmm–mungkin sekitar 7 hari?" Kataku pada ayah

"Yaudah, tapi kamu tetap jaga kesehatan ya, jangan sampai sakit" ujar ayah. Aku menganggukkan kepala semangat.

"Pulang nya mau kakak jemput atau pulang bareng sama Jinyoung?" Sahut kak Taeyong.

Aku sempat berpikir, cukup lama. Kak Taeyong kan kuliah, kelasnya juga berubah-ubah mungkin agak merepotkan. Sedangkan Jinyoung, ngak mungkin juga aku nyuruh dia nungguin aku sampe selesai setiap ngurus klub.

"Kak Taeyong jemput aja kalau memang lagi ngak ada kelas. Kalau kakak ada kelas aku bareng jinyoung aja. Tapi kalau jinyoung nya ngak bisa, yaudah aku jalan kaki aja. Lagian ngak terlalu jauh" finalku.
Kak Taeyong mengangguk paham.

Tak lama pun aku dan kak Taeyong berpamitan dengan ayah untuk pergi kesekolah. Ah, kami juga berpamitan dengan ibu, didepan bingkai poto berukuran sedang yang terletak di ruang tengah.

****
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu, dan aku masih berada didalam kelas karena hari ini jadwal piket ku. Huft, niatnya sebelum ke ruang klub melukis aku mau tidur santai sejenak dikelas. Tapi tiba-tiba saja tadi jaemin mengingatkan ku untuk piket.

Disini aku hanya sendiri –ah, ada renjun juga. Aku tidak tahu kenapa dia belum pulang juga. Dia hanya duduk di bangkunya sambil membaca buku yang tidak ku tahu buku apa itu. Hah, tidakkah dia berniat untuk membantuku?

Mungkin kalian bertanya kenapa hanya aku yang piket. Yah, mereka semua sudah piket dipagi hari tadi. Aku tidak sempat, karena tadi pagi sedikit terlambat. Salahkan kak Taeyong yang malah mengambil jalur jauh kesekolah, padahal ada jalur yang lebih dekat. Tidak ada kerjaan.

Aku menyapu dengan tergesah-gesah, sesekali tangkai sapu ku membentur kaki meja yang terbuat dari besi. Sehingga menimbulkan suara yang berisik.

"Santai aja, ngapain buru-buru" tiba-tiba renjun bersuara. Aku langsung menoleh kearahnya. Oh, mungkin dia terganggu dengan suara gedebak gedebuk yang tercipta olehku.

"Habis ini mau ke ruang klub lukis, jadi harus cepat" ujarku kembali melanjutkan aktivitas.

"Ngak pulang?" Tanyanya.

"Pulang lah, tapi nanti. Selesai rapat" aku masih fokus menyapu, tidak menghadap kearahnya. Renjun hanya mendeham.

"kalau kamu kenapa nggak pulang?." Lanjut ku.

Dia diam sejenak, sampai akhirnya menjawab pertanyaan ku. "Orang tua ku lagi diluar kota. Aku sendirian dirumah. Jadi, malas aja pulang cepat" Aku ber–oh kecil kemudian mengangguk.

Tak lama aku pun selesai menyapu, dan melanjutkan mengerjakan yang lain.

"Bangke, siapa sih yang naroh penghapus diatas situ" aku menggerutu sendiri ketika hendak menghapus papan tulis yang masih tercoret dengan tinta spidol, tapi penghapusnya malah ada di atas papan tulis.

Aku ingin meminta tolong pada renjun untuk mengambilkannya. Tapi, kulihat dia fokus sekali membaca buku. Aku tak ingin menganggunya.

Aku melompat-lompat sambil mengulurkan tangan keatas, berusaha mencapai penghapus itu. Tapi hasilnya nihil. Demi neptunus, sependek itukah aku?

"Minggir" kata renjun yang tiba-tiba  saja berada disamping ku. Aku langsung berhenti melompat dan mundur beberapa langkah.

Dengan sedikit berjinjit, renjun mengulurkan tangannya keatas dan mengambil penghapus itu.

"Nih, lain kali minta tolong. Enggak usah mempersulit diri" katanya, memberikan penghapus itu kepadaku. Aku mengangguk dan berucap terima kasih padanya.

Aku masih memperhatikannya sampai ia kembali duduk, hanya saja bukan dikursinya, tapi dikursi paling depan, dan langsung memainkan ponselnya.

Tak lama aku mengalihkan pandanganku kembali ke papan tulis dan mulai membersihkannya.

Setelah kupikir semuanya sudah beres aku mengambil tas dan hendak keluar kelas. Tapi yang membuatku bingung, kenapa Renjun belum juga pulang?

"Sampai kapan mau dikelas terus? Ngak pulang? Emang kamu ngak lapar?" Tanya ku.

"Terserah aku mau pulang kapan" ujarnya, masih fokus pada ponsel miliknya.

"Oh, yaudah. Kalau gitu aku duluan ya?" Ujarku, renjun tidak menjawab, jadi aku langsung pergi, menuju ruang klub melukis.

****
Seperti yang aku katakan sebelumnya, tujuan ku ke ruang klub melukis adalah untuk rapat kecil bersama anggota. Oh, ya. Anggota klub kami tidak terlalu banyak, hanya 21 orang termaksud aku dan ketua.

Rapat itu –ah mungkin lebih tepat dikatakan sebagai diskusi, berlangsung sekitar 1 jam. Sebenarnya kami hanya membahas tema apa yang akan kami gunakan untuk program tahunan ini, dan itu hanya memakan 25 menitan. Sisanya itu kami saling bertukar cerita sambil ketawa ketiwi.

Bay the way, klub melukis kami memiliki taman tersendiri disamping sekolah, dan itu cukup besar dan luas. Disana terdapat deretan beberapa dinding yang berdiri sendiri, yang kami gunakan sebagai bidang untuk melukis, dan disanalah kami akan melakukan kegiatan bulanan kami, yaitu mengganti tema lukisan bulan lalu dengan tema yang baru untuk bulan ini. Yah, untuk menambah suasana baru.

Selesai diskusi aku langsung berlari menuju kelas. Karena aku meninggalkan ponsel ku di laci. Dengan langkah cepat, aku terus membatin semoga saja ponsel ku masih ada pada tempatnya.

Berbagai pikiran menghantuiku, bagaimana jika ponsel ku berdering dan seseorang yang tak sengaja lewat didepan kelas ku mendengarnya dan mengambil ponsel ku? Atau bagaimana jika pak satpam sudah mengunci kelas? Oh, tidak tidak.

Lariku terhenti dan menjadi langkah biasa saat kulihat dari jauh renjun berdiri dan bersandar di pintu kelas. Dengan kedua tangannya yang masuk kedalam kantong celananya.

"Kalau renjun diluar, berarti kelasnya udah dikunci dong? Duh ponsel aku nasib nya gimana?" Aku membatin.

Semakin dekat dengan renjun, akhirnya dia menyadari keberadaanku dan menoleh. Ia langsung berdiri tegak dan sepertinya dia jalan mendekat?

Dengan jalan yang terhuyung, aku melewati renjun dan merengek. "Huaaa, ponsel gue masih di daleeem" aku menyandarkan kepala ku didepan pintu dan menunduk. Kemudian menghembuskan nafas pasrah.

Tiba-tiba kurasakan ada orang yang menyetuh bahu kanan ku.
"Hei, bagi kamu aku cuma arwah ya? Dilewati doang kaya tadi. Sudah jelaskan tadi aku kearah kamu?" Katanya. Yah, itu renjun. Karna hanya dia yang sedaritadi ada disini.

Aku membalikkan badan ku dan menatap renjun dengan wajah masam "maafff" ujarku lesuh.

"Habisnya ponselku masi–"

"Nih" perkataan ku terpotong karena renjun tiba-tiba saja menyodorkan sesuatu kepadaku. Itu ponsel kuu!!!

Tubuh ku yang tadinya sedikit membungkuk karena lemas, seketika kembali tegak. Dengan antusias dan mata berbinar-binar aku mengambil ponselku dari tangan renjun.

"Kok nggak bilang daritadi?" Tanya ku.

"Tadi aku mau bilang, begitu liat kamu tadi, tapi kamu lewati aku gitu aja seolah aku cuma arwah berwajah tampan" ujarnya

"Yee, berwajah tampan, dih" aku memelankan suaraku dengan nada meledek.

Tapi aku yakin renjun mendengarnya, karena dia tertawa geli sekarang.

"Nggak bilang makasih? Aku udah nunggu kamu hampir sejam." Ujarnya dengan nada seolah-olah dia menagih hutang.

Aku langsung membulatkan mata mendengar ucapannya barusan. Buset, dia nunggu sejam didepan pintu karena mau balikin ponsel aku?

"K–kok kamu ngak antar keruang klub lukis aja?" Tanya ku terbata-bata

"Mau nya gitu, tapi aku ngak tau dimana klub lukisnya" jawabnya.

Oh, iya. Renjun baru beberapa hari disekolah ini. Mana mungkin langsung hapal semua tempat disekolah.

"T–terus kok nggak kamu bawa pulang aja, rumah kitakan dekat. Kamu bisa ngasih kapan aja"

"Tadi juga sempat mikir gitu. Tapi takutnya kamu terus nyariin di sekolah kaya orang bego, yaudah aku tungguin aja" ujarnya dengan wajah datar. Tapi aku jadi merasa bersalah karena nya.

Aku menelan ludah ku "Duh, m–maaf ya. Sudah ngerepotin." Aku menunduk.

"Udahlah, nggak apa-apa. Santai aja" oh, ayolah. Bagaimana bisa aku santai aja. "Yuk" ajaknya.

"K–kemana?"

"Ya, pulang. Mau kemana lagi? Kita bareng aja" ujarnya.

"H–hah?" Aku masih kebingungan disini. Pulang bareng renjun? Tapi jinyoung bilang sebelum dia pulang sekolah tadi, dia akan menjemputku.

"Maaf, tadi ngak sengaja liat notif ponsel kamu. Katanya, ji–yong?"

"Jinyoung" aku langsung memotong Kalimatnya.

"Ya, itu. Dia ngak bisa jemput kamu, dan kakak kamu lagi ada kelas, jadi nggak bisa jemput juga" jelasnya.

Aku ber–oh kecil dan mengangguk paham. Karena itu dia mengajak ku pulang bareng. Ya bagus deh, daripada jalan sendiri.

Akupun mengekori renjun yang berjalan lebih dulu. Seperti anak kecil aku mengikuti jejak kakinya sambil memegang shoulder bag ku. Tapi renjun tiba-tiba saja menghentikan langkahnya.

Brugkhh!!

"Aduh!" Aku memegangi hidungku dan mata kiri ku menyipit karena aku baru saja menubruk punggung renjun.

Renjun berbalik "jangan jalan dibelakang ku, aneh. Disamping aku aja" katanya

Aku masih diam "hah?"

Tak menjawab lagi, renjun malah menarik tangan kanan ku dan membuat ku berjalan disampingnya. Aku hanya diam saat itu. Memandangi tangannya yang memegang tangan ku dengan heran.

Semakin lama, langkah nya semakin cepat. Membuat ku mengikuti tempo langkahnya. "Cepat, aku udah lapar" katanya

Ahh, iya. Benar juga. Karena menunggu aku sejam pasti dia sudah sangat lapar.

Begitu kami melewati warung makan, ada pemikiran yang terlintas di otak ku. Aku memberhentikan langkah ku. Membuat renjun yang masih memegang tangan ku ikut berhenti. "Kenapa?" Tanyanya.

"Mau aku traktir?" Aku melirik warung makan itu. Renjun mengikuti arah lirikanku. "Kamu udah lapar, dan aku penyebab nya. Karena kamu nungguin aku" lanjutku.

Renjun kembali menoleh kearah ku "nggak usah, aku lebih suka makan masakan ku sendiri" ujarnya, kembali menarik tangan ku dan melanjutkan langkah.

Aku menyamakan langkah ku dengannya. "Kamu bisa masak? Woww" puji ku, menatap wajahnya dengan penuh kekaguman.

"Udah, biasa aja" renjun menolehkan wajah ku dengan tangannya agar aku tidak melihatnya lagi. Dia malu? Ternyata dia tidak suka dilihat dengan intens.

Tapi hal itu malah membuat otak ku memunculkan ide brilian. Aku kembali menatap renjun dalam-dalam "kamu ganteng juga, yah?" Goda ku, berusaha menahan tawa sendiri.

Renjun menoleh kearah ku, kemudian tersenyum sumringah. "Baru sadar?, Mata kamu selama ini rabun, yah?" Ujarnya dengan penuh percaya diri.

Aku mendecak kecil. Kembali menatap kearah depan. Responnya tidak sesuai ekspektasi ku. Kupikir dia akan malu seperti aku menatap kagum dirinya tadi. Ternyata tidak.

Sepertinya renjun tahu jika aku kecewa dengan reaksinya, dia hanya tertawa kecil disebelahku.

Tapi sedaritadi ada yang menganjal pikiran ku. Kenapa renjun masih saja memegang tangan ku? Apa dia tidak sadar?

Aku ingin menegurnya, tapi nanti malah jadi canggung, dan aku tidak suka itu. Jadi ku biarkan saja lah. Lagi pula rumah ku sudah dekat, ini akan segera berakhir.

-tbc

Continue Reading

You'll Also Like

PENGASUH By venta

Fanfiction

83.9K 9.2K 60
Pusat organisasi pembunuh bayaran telah terbongkar dan menjadi buron oleh negara. Salah satu cabang dari organisasi ini, memilih untuk membanting set...
35.4K 3.7K 54
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
510K 33.7K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
114K 19.7K 38
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...