Atlas [Sudah Terbit]

By Nadiapratama26

2.1M 249K 46.2K

📌PART MASIH LENGKAP ⚠️ Cerita ini menimbulkan efek samping seperti, bengek berlebihan, sakit perut, sakit p... More

New Prolog
Bab 1
Bab. 2
Bab. 3
Bab. 4
Bab. 5
Bab. 6
Bab. 7
Bab. 8
Bab. 9
Bab. 10
Bab. 11
Bab. 12
Bab. 13
Bab. 14
Bab. 15
Bab. 16
Bab. 17
Bab. 18
Bab. 19
Bab. 20
Bab. 21
Bab. 22
Bab. 23
Bab. 24
Bab. 25
Bab. 26
Bab. 27
Bab. 28
Bab. 29
Bab. 30
Bab. 31
Bab. 32
Bab. 33
Q & A
Bab. 35
Epilog
Atlas
📌 Pengumuman
📌 Siapkan Tabungan
📌 Info Pre Order
New Info Pre Order 📌
Vote Cover📌
Spoiler Bonus & Harga novel Atlas
10K bisa ikut PO Atlas
📌Tok-tok Paket, ashiap
📌 PO ATLAS
📌 Paket Murah
📌 Masih bisa ikut PO

Bab. 34

45.7K 5.7K 1K
By Nadiapratama26

Pre Order akhir Juni 2021
Untuk info lebih detail, bisa pantau IG aku (nadianisa13) dan IG Penerbit (loveable.redaksi)










Hallo guys, alhamdulillah …
Akhirnya bisa up Atlas juga

Eh btw, pada dapat THR kaga nih ? :v

Semoga pada dapat ya biar bisa beli IYE versi cetak 😂

#authormintatabok :v





















Terkadang banyak orang-orang yang selalu membicarakan kehidupan orang lain, mengatakan tentang hal yang hanya bisa mereka lihat dari luar saja tanpa mengetahui kehidupan yang sebenarnya.

Atlas juga merasakan hal seperti itu, terkadang dia selalu dianggap anak yang menempel pada orangtua. Menempel dalam arti, hidup selalu di biayai dan di tanggung orangtua

Padahal selama ini Atlas bekerja keras juga untuk menghidupi keluarga kecilnya.

Sejak masih lajang pun, Atlas sudah mandiri. Buktinya, dia membuka bengkel dengan tiga sahabatnya. Bengkel Peta.

Tetap saja, ada orang yang menganggap Atlas hidup enak tanpa kekurangan. Setiap Atlas di bilang, hei, hidupnya enak ya. Banyak uang terus. Dia hanya mengaamiini saja, toh ucapan adalah doa.

Atlas menatap saldo ATMnya, dia baru saja mengambil uang dari sana untuk membeli perlengkapan anak kembarnya. Setelah dari kampus, dia mampir sebentar ke ATM dan berniat membeli perlengkapan yang masih kurang nanti, sepulang dari bengkel.
Tidak terasa, kini kandungan Hafsah memasuki usia delapan bulan.

Sebentar lagi Atlas akan menjadi seorang Papa yang sesungguhnya. Siap tidak siap, takdirnya seperti ini. Di usia yang baru dua puluh tahun, dan masih kuliah semester enam, Atlas akan merubah kehidupannya kembali.

Tanggung jawabnya bukan hanya sebagai anak dan suami, tapi juga menjadi seorang Papa. Belajar dari Papa dan Ayah mertuanya, Atlas selalu menyiapkan mental untuk menghadapi segala situasi barunya nanti.

“Mau beli perlengkapan bayi apa lagi Pet?” tanya Randi yang tengah duduk di atas motor sportnya sembari menunggu Atlas selesai dari ATM.

“Bajunya kemarin masih kurang, mau beli bantal buat bayi juga. Jangan sampai nanti anak gue rebutan,” balas Atlas sambil naik ke atas motornya. Randi tertawa pelan.

“Gue bayangin elu urus anak tiga, anaknya nangis semua lagi. Auto sorak gembira sambil mengatakan, selamat sakit kepala Peta,” ucap Randi di sela-sela tawanya. Atlas menatap tajam Randi sebelum mengenakan helmnya.

“Gue berdoa, semoga lu gak jodoh sama Kak Qilla!”

“Eh! Amit-amit! Jodoh Ya Allah… aamiin.” Randi paling panik jika Atlas sudah menyumpahinya seperti tadi. Karena restu Atlas itu penting, karena Atlas saudara Qilla.

Setelah itu, mereka bergegas untuk ke benkel menyusul Alif dan Bagus yang sudah di sana sejak sepuluh menit lalu.

Atlas tidak sabar menunggu anak-anaknya lahir ke dunia, tapi dia juga takut membayangkan Hafsah yang akan berjuang, melawan sakit dan bertaruh nyawa untuk anak-anak mereka.

Kadang Atlas merasa takut sendiri kalau dia membayangkan hal itu, tapi sekali lagi. Atlas percaya Hafsah mampu dan qodarullah.

Atlas dan Randi menghentikan motor mereka di lahan depan bengkel. Mereka bingung karena bengkel ramai dengan para ibu-ibu dan nenek- nenek yang biasa ikut senam dengan Randi.

"Nah… itu Atlasnya datang." Terdengar suara Alif yang sedikit berteriak.

Kumpulan wanita beda usia itupun langsung berbondong-bondong mengepung Atlas.

"Nak Atlas, ini Ibu kasih hadiah untuk anak kembarnya."

"Ini nenek kasih uang buat beli popok."

"Ini kado, isinya tempat makan serta botol susu untuk anak kembarnya Nak Atlas."

Atlas diam, dia masih dalam mode bingung sekarang. Dari mana datangnya semua ini? Demi Tayo yang tengah bernyanyi dengan para sahabatnya,  Rogi ,Lani ,Gani.  Atlas syok bukan main karena mendapat hadiah banyak.

"Terima kasih," ucap Atlas dengan senyum kikuk di balik helm. Bahkan dia baru sadar jika belum melepas helmnya.

Dan setelah ucapan terima kasih, seketika para rombongan wanita itu hilang dan pulang ke rumah masing-masing.

Alif dan Bagus langsung menghampiri Atlas dan Randi, mereka membantu Atlas untuk mengmbil hadiah yang berjatuhan di bawah motor.

"Kita di kepung dari tadi, mereka cari elu Pet," ucap Alif.

Atlas melepas helmnya dan mengerjap pelan. "Kaget gue."

"Gue juga, mereka antusias banget tahu. Herannya, kenapa bisa tahu ya kalau Hafsah sebentar lagi bakal lahiran?" Bagus juga bingung akan itu semua. Detik berikutnya, terdengar tawa dari salah satu sahabat mereka. Randi.

"Gue'kan ada grup senam. Gue yang kasih tahu ke mereka." Atlas, Alif, dan Bagus menatap Randi dengan tatapan yang sulit di artikan.

Satu keuntungan memiliki sahabat jenis seperti Randi. Kadang otaknya pintar bin untung, uang Atlas bisa di simpan kembali untuk biaya persalinan Hafsah nanti.

"Selama hidup di dunia, baru kali ini otak lu bermanfaat bagi Peta," ucap Alif.

"Kurang ajar lu Swiper! Otak gue selalu berguna ya bagi kalian. Coba ingat, selama ini kalian sering makan rendang gratis, buah gratis, dapat uang tambahan, dari mana coba? Gue lah."

"Sombong!" hardik Alif.

"Sirik aja lu!" balas Randi.

"Makasih ya Dor," ucap Atlas sambil menepuk bahu Randi.

"Sama-sama, demi calon tiga  keponakan gue, apapun bakal gue lakukan asal itu grtis hehe."

Kaum gratisan memang lebih nikmat untuk hidup, kalau masih ada gratis, why not?

Otak Randi ternyata bisa di andalkan. Atlas patut berterima kasih karena Randi secara tidak langsung, menghemat pengeluarannya lagi dan ini adalah salah satu bentuk rezeki si kembar.

***

Sedari tadi Hafsah tak henti-hentinya tertawa, karena cerita Atlas mengenai hadiah yang dia dapat untuk si kembar.

"Tapi Kak Randi pintar juga ya Bang," ucap Hafsah di sela-sela tawanya. Atlas mengangguk.

"Bang, waktu itu'kan di USG anak kita yang dua laki-laki, tapi satunya gak kelihatan kelaminnya. Menurut Abang, laki-laki atau perempuan?"

"Laki-laki."

"Kok tebaknya laki-laki sih? Perempuan dong. Jadi lengkap," balas Hafsah.

"Kalaupun nanti laki-laki, kita bisa kasih adik lagi ke mereka, buat anak  yang perempuan!"

Dug!

"Aduh!!" ringis Atlas saat pinggangnya di tendang oleh Hafsah, untung dia tidak jatuh tersungkur di lantai kamar.

"Genit!" ucap Hafsah galak. Atlas hanya tertawa pelan.

"Abang gak genit, tapi niat buat kasih adik ke si kembar!"

"Si kembar belum lahir Bang! Undah mikir buat anak lagi, mesum!"

"Ih! Siapa yang mesum sih?" Atlas menaruh pakaian bayi yang tengah dia lipat lalu menatap Hafsah.

"Abang ingin punya anak banyak, biar ramai. Laki-laki tiga, perempuan tiga——"

Plak!!

"Aw! Perih dik!" Atlas berusaha menggosok bahunya yang baru saja di tampar keras oleh Hafsah.

"Sekalian aja bikin dua belas! Biar Abang bisa dibuat tim sepak bola!" geram Hafsah.

"Ide bagus, Abang setuju!"

"Ya Allah… nyebelin banget!" Hafsah kembali memukul Atlas, tapi suaminya itu justru tertawa akibat ulah Hafsah.

Sejak Hafsah hamil, tingkat keseringan Atlas untuk senyum dan tertawa, semakin bertambah. Meski terkadang sifat kakunya muncul, tapi akhir-akhir ini Hafsah hanya melihat sisi Atlas yang hobi tersenyum saat bersamanya.

Hafsah memegangi perut buncitnya, dia merasakan kram pada perut. Akhir-akhir ini Hafsah sering mengalaminya, dia sedikit takut karena kandungannya baru tiga puluh dua minggu, tapi sering terjadi kontraksi palsu. Perut Hafsah terasa semakin  kencang, wajahnya berubah pucat.

"Dik?" Atlas memegang bahu sang istri saat melihat wajah Hafsah seperti menahan sakit.

"Iya," jawab Hafsah pelan.

"Adik kenapa?"

"Perut kram." Atlas mengerjap, kram perut? Di pernah mambaca buku tentang ciri-ciri ibu hamil kontraksi.

Hafsah mencengkram sprei kasurnya dengan kuat, rasanya sangat sakit sekarang.

"Abang?" Atlas masih diam.

"Abang! Adik pipis di kasur…" suara Hafsah semakin lemah.

"Hah?" Atlas baru sadar saat tiba-tiba tangannya ikut basah.

"Ini bukan pipis, ini keluban." mata Atlas membola.  Hafsah menggeleng pelan.

"Bukan keluban!" balasnya di sela-sela rasa sakit.

"Apa dong?"

"Ketuban!"

"Iya itu. Ayo ke rumah sakit!"  Atlas berusaha mengangkat tubuh Hafsah, dalam keadaan seperti ini, dia tidak boleh panik, harus rileks.

"Adik takut!" balas Hafsah.

"Ada Abang, gak usah takut!"

"Ayah!  Ayah!  Hafsah mau lahiran!" teriak Atlas.

Ummar muncul dari kamar, beliau baru saja selesai berganti pakain usai salat isya.

"Astaghfirullah… alhamdulillah… eh tapi masih delapan bulan, biarin deh, ayo ke rumah sakit." Atlas mengangguk.

Dia langsung mendudukan Hafsah di kursi belakang bersama Ummar. Mertuanya itupun langsung menghubungi orangtua Atlas.

Mata Atlas berkaca-kaca, rasanya ikut merasakan sakit yang Hafsah rasakan. Pikirannya juga melayang jauh, kandungan Hafsah baru tiga puluh dua minggu, otomatis ini adalah persalinan prematur.

Hanya membutuhkan waktu sepuluh menit untuk mereka sampai di rumah sakit terdekat, Hafsah langsung di tangani tim medis.

Atlas berjongkok di depan ruang bersalin, kakinya terasa lemas sekarang, hanya ada untaian doa yang dia lafalakan untuk sang istri dan anak-anaknya.

"Tlas, istigfar, ayo duduk yang benar. Ayah tahu perasaan kamu." Ummar membantu Atlas untuk berdiri dan duduk di kursi tunggu.

Tidak lama kemudian, orangtua Atlas dan para sahabat Atlas, datang. Mereka semua juga kaget karena Hafsah melahirkan jauh dari tanggal yang di tentukan.

Selang beberapa menit, dokter yang menangani Hafsah keluar ruangan.

"Suaminya mana?" tanya dokter perempuan itu.

Atlas maju. "Saya."

"Pasien mengalami robeknya uterus."

"Astagfirullah…" pekik Sarah, karena beliau paham masalah itu.

Robekan uterus adalah salah satu komplikasi persalinan yang paling langka namun paling rumit. Jika tak ditangani segera, maka dapat mengakibatkan perdarahan hebat pada ibu dan kemungkinan bayi tercekik.

"Pasien harus segera menjalani operasi caesar———"

"Lakukan dok, saya akan melakukan administrasi sekarang," jawab Atlas mantap, detik berikutnya dokter perempuan itu mengangguk.

Tak terasa, air mata laki-laki itu turun. Rasanya sangat sakit kala mendengar kabar tadi. Atlas seakan menyalahkan diri sendiri, dia merasa gagal untuk menjaga Hafsah.

Atlas diperbolehkan untuk menemani Hafsah, dia  menggunakan pakaian medis dan masker sebelum masuk ruang operasi. 

Dinginnya ruang operasi begitu terasa hingga menusuk ke tulang-tulang.
Atlas duduk di samping Hafsah selama operasi cesar berlangsung, dia menatap wajah Hafsah yang pucat dengan alat bantu pernapasan yang menutup sebagian wajahnya.

Dan Atlaslah  yang akan melihat bayi kembar mereka lebih dulu dibanding Hafsah.

Atlas melafalkan ayat-ayat suci, di samping Hafsah, matanya mengeluarkan air mata lagi.

Atlas memejamkan mata kala melihat perut Hafsah di harus disayat dengan rapi menggunakan pisau bedah. Ngilu.

Atlas benar-benar lemas saat ini, tapi dia harus kuat demi Hafsah dan anak-anak mereka.

Tidak lama kemudian, terdengar suara tangisan bayi pertama. Atlas masih memejamkan mata, air matanya meluncur semakin deras. Di susul suara bayi kedua, dan terakhir.

"Masya Allah… laki-laki semua," ucap dokter yang menangani Hafsah.

"Alhamdulillah… allahuma sholi allah sayyidina muhammad wa alla ali sayyidina muhammad. Masya Allah… tabarakallah… zaujati." Atlas merunduk, anak-anaknya telah lahir ke dunia, sedangkan Hafsah hanya tersenyum tipis, air mata perempuan itu juga ikut mengalir.

Atlas menyaksikan sendiri bagaimana bayinya bisa keluar dari perut sang istri, maha besar Allah yang telah mengatur dan menciptakan semuanya.

Setelah lima puluh menit operasi berlangsung, dengan segala urusannya. Atlas di persilakan untuk keluar ruangan terlebih dahulu.

Karena bayi mereka cenderung kecil dengan berat badan yang kurang, akhirnya si kembar harus masuk ruang NICU ( Neonatal Intensive Care Unit).

Atlas langsung memeluk Mamanya sambil terisak bahagia. Ketakutan yang selama ini menggelayuti nya, seketika musnah. Hafsah selamat, begitupun anak-anak mereka.

"Selamat Peta hiks.…" Randi memeluk Alif dari samping, dan langsung di dorong oleh cowok galak itu.

"Jijik!" umpat Alif. Randi cemberut dan memeluk Ummar.

"Selamat biksu."

"Terima kasih gokong."

***

Atlas mengelus pipi Hafsah dengan pelan, wajah istrinya itu masih tampak lelah setelah proses melahirkan tadi.

"Terima kasih," ucap Atlas sembari menggenggam tangan Hafsah. Hafsah mengangguk pelan.

"Terima kasih kembali karena telah menemani Adik tadi."

Atlas merebahkan kepalanya di samping kepala Hafsah. Ingatan tadi benar-benar masih terekam jelas di otak Atlas.

Wajah pucat Hafsah, darah, dan semuanya. Masih sangat tajam dalam ingatan.

"Abang cinta sama Adik, sekali lagi terima kasih karena telah berjuang untuk anak-anak kita. Lekas sembuh yah sayang." Atlas mencium pipi Hafsah.

Hafsah tersenyum lalu mengangguk pelan. Dia juga bersyukur karena masih di beri kesempatan untuk melihat anak-anaknya di dunia ini.

Alhamdulillah… segala puji bagi Allah yang telah memberi nikmat luar biasa dalam hidup. Terima kasih ya Rabb…



























•••

Kaga jadi ending hari ini 😂

Ya allah… siapa yang senang?

Coba kasih love buat kisah Atlas 💙

Gue bakal kasih part lagi besok, kalau ending hari ini, hmm… diamuk saodah pasti :v karena belum lihat debaynya 🤣

Kasih ucapan  untuk …

Si kembar 👯‍♂️🕺

Jangan lupa vote & komen 😗

Continue Reading

You'll Also Like

75.3K 5.6K 45
-Azlan Zaydan Eithar- *** Judul: Kalau Jadi Jodoh Penulis: Leli Liliput Status: Selesai Genre: Fiksi Remaja *** Ava bertemu lagi dengan Azlan setelah...
2.6M 189K 34
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
17.1K 4.3K 48
-Ketika toa mengejar kulkas- Petir Ghuna Razenka. Si cowok cuek sedingin kutub selatan. Mulanya hidupnya tenang tenang saja namun setelah bertemu den...
3.4K 522 28
sambungan dari cerita it's Maulana Fajri,,, jadi baca dulu cerita itu baru mampi disini