Pers Kampus 2.0✔

By Allyoori

214K 23.6K 4.5K

╰Pers Kampus 2.0╮ ⚠️⚠️ Chapter lengkap Pers Kampus dan Pers Kampus 2.0 dengan chapter tambahan, dapat dibaca... More

1 : Hello, Setengah Periode!
1.1 : Hello, Setengah Periode!
1.2 : Hello, Pers Kampus!
2 : Suhu Dingin
3 : Jelousy, Photo
4 : Terkucilkan
5 : Litbang VS Perusahaan
6 : Kejutan Parkir Atas
7 : Fall In, Silent
8 : Gossip Girl, Kumpul Kios
9 : Please ... Dont Let Me Doubt About Us
10 : Kekanakan
11 : Ups!
12 : Ghibah
13 : Menjadi Asing
14 : Too Late, To Realize It
15 : I Wish
16 : Pulpy Orange
17 : Go Public
18 : Pregnant?!
19 : Arya, Setahun Lalu
20 : Hurt Road
21 : Srimulat
22 : Smile On Me
23 : See You, When I See You
24 : Senin di Malam Rabu
25 : Even Now, Its Still You
26 : Still Want To Believe
27 : Bintang dan Peri yang Membebaskan Hati
28 : Another Man
29 : Dan Terjadi Lagi
Video : 1
30 : Nama yang Masih Menjadi Jawabannya
Twitter : 1
31: No One To Be Wrong
32 : Soal Ada dan Tidaknya Rasa
33 : Tertangkap Mata
34 : Peluk Untuk Arya
35 : You Should Choose
36 : I Dont Love You
37 : Not Mine, Not Fine
38 : Re-call
39 : On - Track
40 : Content Iklan
41 : Firasat
42 : Pelantikan
43 : Guncangan
44 : Begin Again
45 : Punch
46 : Stories They Dont Know
47 : Awkward Silence
48 : Candy Crush
49 : Have A Lunch With Siddiq
50 : Jangan!
51 : Menunggu di Depan Pintu
52 : Talking To
Photo : 1
53 : Menyerah
54 : Am I Right To Be Like This?
55 : After We Broke Up
62 : Something Flutter
Untuk Para Pembaca, dari Orion
75 : Angkatan 16 - Dinding Terakhir
Dari Pembaca, Untuk Pers Kampus
Special Chapter : Video
GIVEAWAY PERS KAMPUS!
PO ke - 2 Novel PERS KAMPUS

63 : The Way I Like You

2.3K 352 125
By Allyoori




Sana

Mbak, maaf ya, tapi lusa kayaknya gak jadi.'

Loh? Kenapa mas?

Gak apa – apa.

Read



Pesan terakhir dari Sian, sukses buat Sana bingung. Dia mau nanya lebih lanjut, tapi dari balasannya dia tahu Sian keliatan ada masalah. Jadi sehabis membaca chat terakhir, Sana menyimpan ponselnya di atas nakas, lalu kembali melanjutkan mengerjakan tugas, ia berpikir untuk menemui Sian saja besok untuk bertanya.







Esoknya, siang hari di sekre tidak terlalu ramai.

Hanya ada Ayesha, Lucas, Yohan, Daniel, dan Naresha, sampai setengah jam kemudian SIddiq masuk membawa orang yang tak diduga.

"WIH ADA MBAK SAKURA!" teriak Lucas senang. Sana ikut senang melihatnya,"Ketemu lagi sama Sasuke." Lucas ketawa makin lebar karena senang diakui sebagai Sasuke.

Siddiq di sampingnya menggeleng tak habis pikir,"Sini San," ajak Siddiq, membawa Sana ke meja kosong di depan meja computer. Menarik dua kursi, lalu mulai menyalakan laptop.

"Mbak Sakura mau ngapain? Eshan hari ini katanya gak ke sekre."

"Sana mau nolongin Abang ngerjain TA." Jawab Siddiq atas pertanyaan Lucas, yang dijawab menganggukkan kepalanya mengerti. Tapi kemudian berbisik pada Ayesha,"Anak Arsi kalau bikin bangunan emang harus pake bahasa jepang ya?".

Sementara itu, Sana melongokan kepalanya ke tiap sudut sekre, Siddiq tersenyum tipis menyadarinya,"Nyari Sian ya?"

"E—eh, enggak kok. Tapi, emang Sian ke mana? Jam segini emang suka gak ada di sekre?"

"Katanya enggak, tapi kok nanya?" Sana jadi salah tingkah, menggaruk tengkuknya mengusir kecanggungan.

" Paling bentar lagi datang. Biasanya anak – anak tuh pas makan siang kalau rame ya rame banget sampai penuh makan disini semua. Kalau sepi ya begini, kompak makan di luar semua." Jelas Siddiq.

Sana mengangguk mengerti.

Gadis keturunan Jepang itu pun mulai dengan telaten membantu Siddiq menerjemahkan jurnal berbahasa jepang yang akan membantu TA dari mantan pemimpin umum Pers Kampus itu. Waktu sudah menunjukan pukul 1.35PM, sekre bukannya makin ramai, malah semakin sepi ditinggal Yohan dan Daniel yang katanya harus datang ke salah satu rapat ormawa. Tersisa Ayesha yang sibuk nonton drama korea, Lucas yang tiduran sambil main ponsel, dan Naresha yang sibuk dengan laptopnya, tidak memperdulikan orang – orang di sekitar.

.

"SAMLEKOM CALON PARA PENGHUNI NERAKAA!"

Teriakan jahat itu sukses mengusik semua orang di sekre, Naresha terperanjat dengan kesal,"ELU KALI PENGHUNI NERAKA!"

Tapi bukannya membalas, orang yang mengucap salam malah terdiam berdiri di ambang pintu. Naresha mengikuti arah pandangnya, dan baru menyadari bahwa ada seorang gadis yang tengah duduk dekat Siddiq.

Sana tersenyum senang dan melambaikan tangannya,"Mas Sian!"

Tapi naas, Sian membuang muka begitu saja dan masuk tanpa bicara. Sapaan Sana dicuekinya. Gak cuman Sana yang menurunkan tangannya canggung dan sedih, yang ada di sekre juga jadi ikutan merasa canggung.

"Abang nih disapa cewek cantik malah didiemin." Sikut Lucas, kasihan melihat Sana yang menjadi murung wajahnya.

Siddiq kayaknya faham situasi, jadi dia mengatakan pada Sana bahwa permintaan tolongnya untuk sementara sampai disana dulu. Lalu memberi kode pada Naresha yang segera lelaki itu laksanakan,"Anjir, abis makan gue udah laper lagi pengen ngemil." Dengan telaten Pimprus itu menutup laptopnya dan mencolek Ayesha, memberinya kode.

Setelah diberi tatapan oleh Siddiq, Ayesha baru mengerti situasi. Ia pun tak keberatan mengikuti dua seniornya,"Kak, pernah nyobai curros kantin Psikologi gak?"

"Baru denger di kantin psikologi ada curros."

"Gue juga pengen camilan nih, Mbak Sana mau gak? Biar saya beliin sebagai tanda terimakasih."

Sana menggeleng,"Yaudah, Mbak Sana tunggu di sekre aja. Biar saya beli camilannya dulu."

"Gak usah Mas Siddiq, Saya gak mau curros kok."

"Sekalian sama Naresh, dia juga mau beli."

"Aku juga mau beli Kang, ayo!" ajak Ayesha, Naresha dan Siddiq sudah bersiap mau pergi juga, tapi Lucas masih betah duduk tak menghiraukan.

"Cas, ayo beli curros." Ajak Ayesha. "Ogah ah, lagi gak pengen."

Naresha memutar matanya kesal,"Ayo anjir ikut! Sebelum lu yang gue bikin jadi curros." Tarik Naresha membawa Lucas keluar, diikuti Siddiq dan Ayesha.

.

Sementara Sian masih diam dengan earphone yang menyumbat telinganya, jadi dia tak menyadari orang – orang di sekre pergi, ninggalin dia berdua sama Sana.

Dia baru sadar sekre kosong, setelah Sana memberanikan diri mencoleknya dengan sebuah bolpoin, dan duduk satu langkah jauhnya di sofa yang juga ia duduki.

Sian melepas earphonenya terkejut, dan lebih terkejut ketika menyadari sekre kosong.

"Maaf saya colek pake bolpoin, soalnya kalau pakai tangan takut digigit."

Keningnya berkerut bingung,"kok gigit?

"Mas Sian sekarang keliatan kaya bisa makan orang. Jadi saya takut digigit."

Hening. Sian tak tahu harus membalas apa. Jadi dia diam.

Si gadis yang duduk takut – takut harus memberanikan diri bicara lagi,"Mas Sian, marah sama saya ya?"

"Enggak kok."

"Terus, kenapa ngebatalin traktiran saya? Tadi gak balas sapaan saya juga."

"enggak kenapa – kenapa." Tuturnya, tapi lebih terlihat seperti rajukan, karena dia mengatakannya sambil memanyunkan bibir.

Susasana hening kembali. Sana menunduk tak berani bicara lagi. Dia takut kalau makain banyak ngomong, Sian malah makin marah.

Lepas berjalan 2 menit dalam keheningan, Sian yang mulai tak nyaman dan merasa bersalah karena Sana terus menunduk denagn ekspresi sedihnya.

"Mbak.." panggilnya. Sana menoleh,"Hari ini bantuin Bang Siddiq ya? Terus mau nonton sama Orion?"

"Kok mas tahu?"

'Oh, bener ternyata.' Gumam Sian dalam hati.

"Pantesan, saya ajak traktir hari ini gak mau. Janji pentingnya itu nonton sama Orion ya ternyata."

Sian lalu kembali berujar,"Iyasih, Orion kalau lagi diem emang lumayan cakep, meski masih cakepan saya. Tapi kalau udah gerak atau buka mulut, lebih malu – maluin daripada bawa ondel - ondel ke kondangan tahu mbak."

"Ya gak apa – apa kalau bawa ondel – ondelnya rame – rame.", tatapan Sian bertanya,"Maksudnya?"

"Saya kan nontonnya sama anak himpunan sastra jepang, sastra indo, sama sastra inggris. Jadi bawa Mas Orionnya rame – rame. Gak akan malu – malu banget kayaknya. Lagipula, saya barengan sama Mina kok. Kalau bukan karena dia, saya juga mana mau ikut. Pengurus himpunan aja bukan."

Sebuah lampu menyala di kepala Sian,"Nontonnya bareng anak himpunan?" Sana mengangguk,"iya, karena gak jadi ada makrab fakultas, kata Mina jadinya nonton penyanyi gitu barengan. Kita nongkrong anak himpunan sastra rame – rame, karena Saya baru dan gak kenal banyak orang, Mas Orion yang ajakin Mina sama saya buat ikutan nongkrong. Saya sih iya – iya aja, lumayan nambah temen di jurusan."

Keruh di kepala Sian sekarang mulai terasa jernih.

"Gak nonton berdua sama Orion?"

"Ngapain nonton berdua sama Mas Orion?"

Sian reflex tersenyum, Sana menatap lelaki itu curiga.

"Mas ngambek sama saya karena nyangka saya bakal nonton berdua sama Mas Orion?" tak dijawab Sian, dia mengusap tengkuk salah tingkah.

"hahaha, saya pikir kenapa." Sana malah tertawa merasa lucu.

Sian jadi malu, dia udah mulai luluh dan sadar kalau salah faham, tapi kemudian dia menguasai dirinya lagi, dan kembali memastikan sesuatu,"Terus mbak, ngapain bantu Bang Siddiq?"

"Mas Siddiq kan seniornya Eshan? Gak enak lah saya nolak dia. Lagian Mas Siddiq tuh baik, saya seneng aja bantu dia. Apalagi, kalau saya bantu dia, saya bisa ke sekre, terus ketemu Mas—ehh." Terkejut dengan ucapannya sendiri, Sana segera menutup mulut. Tapi terlambat, Sian sudah terlanjur mendengarnya.

Senyum makin lebar terkembang di wajah Sian, sedangkan Sana memerah menahan malu.

Sekre yang kosong itu dinikmati Sian dengan momentnya bersama sang pujaan hati yang baru. Semua rasa kesal dan cemburunya hilang, bunga – bunga kembali bermekaran di hati dan wajahnya. Meski sulit, dia akhirnya membiarkan Sana menonton dengan Orion, toh Mina juga ikut disana.

Dia harus menahan diri sampai lusa, dimana dia bisa mentraktir Sana nasi goreng yang diinginkan gadis itu.


. . . . .


Lusa pun berganti menjadi hari ini, dan Sian sudah siap sedia di parkiran menunggu Sana yang memakai blue jeans, kaos putih berlapis jaket denim berlari kecil ke arahnya. Selepas memasangkan helm pada kepala kecil gadis itu, mereka berangkat menuju angkriang nasi goreng yang diidamkan si gadis.

Tak perlu waktu lama dari kampus, hanya berjarak sekitar 500 meter dan mereka sudah sampai.

Pukul 8 malam, angkringan tidak terlalu ramai. Mereka makan menikmati malam itu dengan canda tawa, meski lawakan Sian garing, tapi Sana tetap ketawa, karena dia juga sebenernya receh.

Nasi goreng telah tandas, mereka kembali melaju di jalanan. Sana pikir, Sian langsung mau mengantarkannya pulang. Tapi lelaki itu malah mengajaknya ke angkringan lain.


Mereka bergerak ke Dago Atas, abis makan nasi goreng Sana diajak masuk ke salah satu café yang ada di atas tebing.

Gadis itu melongo takjub melihat pemandangan di bawahnya, seolah seluruh Kota Bandung bisa ia lihat dari sini.

Sian mengajaknya duduk di meja paling dekat pagar pembatas, jadi mereka masih bisa melihat pemandangan lampu kota meski duduk.

"Mas, bagus banget! Aku baru tahu di Bandung ada tempat kaya gini." girang Sana. Sian ikut senang melihatnya.

"Mau pesen apa?"

"Ah, Aku masih kenyang nasi goreng. " gadis itu mengusap perutnya.

Lelaki yang tengah memakai kemeja marun tangan panjang dengan jeans hitam itu menarik rambut yang telah ia sisir rapih ke belakang, dan Sana sepersekian detik terpesona melihatnya. Sian tampan, Sana sudah tahu itu sejak lama. Tapi baru sadar jika setampan ini, apa karena terbawa suasana ya?

"Eumm, kalau gitu kita pesen camilan sama minum aja ya?" pertanyaan Sian diangguki lawan bicaranya.

Beres memesan, mereka kembali sibuk memandangi Kota Bandung di bawah sana. Terutama Sana yang hampir tidak berkedip melihatnya.

"Mbak Sana.." panggil Sian lembut, Sana menoleh bertanya kenapa.

"Saya boleh manggil Sana aja gak?"

Berpikir sebentar kemudian Sana mengangguk,"boleh kok."

"Boleh pake Aku – Kamu?" Sana mengangguk lagi, merasa tak masalah. Ia merasa dirinya dan Sian sudah akrab juga.

"Saya juga—"

"Tapi Aku gak keberatan kalau kamu tetep manggil Aku Mas Sian."

Pertanyaan Sana, langsung mendapat jawaban sebelum dia beres bertanya.

" Aku seneng dipanggil Mas, rasanya kaya kita udah berumah tangga."

Sana batuk – batuk keselek ludahnya sendiri, Sian bener – bener deh.

"Mas Sian.."

"Iya San?"

Jantung Sana serasa berhenti berdetak, Sian menjawab dengan santai, dan menatapnya penuh arti. Sian sebenernya juga hampir ayan, karena kaget sama responnya sendiri. Tapi berusaha terlihat santai, supaya gak kentara gugupnya.

Lama – lama merasa canggung, Sian kembali melanjutkan, "mungkin menurut kamu ini terlalu cepet. Tapi aku tahu, kamu juga udah ngerti dan bisa ngerasain maksud aku selama ini. Jadi, aku gak mau terlalu lama ngegantungin, takutnya kamu diambil ondel – ondel."

Sana ketawa. Dia jadi keinget Orion.

"Gak apa – apa kalau aku tanya sekarang?"

Sedikit banyak Sana mengerti arah pembicaraan Sian. Sejak mereka menginjakkan kaki di tempat seromantis ini, masa iya dia tidak cukup peka untuk merasa kalau Sian akan melakukan sesuatu? Jadi, Sana mengangguk sebagai balasannya.

"Sana, ..."

Sian berusaha menetralkan detak jantung dan nafasnya sendiri. Menatap ke dalam mata gadis itu lamat.

"Mau gak, main cacing sama Aku?"

Sana tergelak, dia pikir Sian mau nembak? Kok?

Tapi kalimat selanjutnya, pada akhirnya membungkam mulutnya.

"Aku gak mau main cacing sendiri. Main candycrush juga kalau gak sama kamu jadi gak seru. Makanya, aku mau ngajak kamu main bareng. Karena dibanding main cacing atau candycrush, aku lebih suka kamu."

Okey. Sana makin bingung harus menajawab apa.

"Kamu mau gak jadi jawaban dari pertanyaan saudara aku pas lebaran? Biar kalau ditanya sama saudara ... pacarnya siapa? ... aku bisa jawab pake nama kamu."

Sana tersenyum. Lelaki ini tingkahnya terkadang memang di luar nalar.

Membasahi bibirnya yang kering Sian menyiapkan diri untuk mengutarakan pertanyaan pamungkas.

"Sana, kamu mau jadi pacar Aku?"

Senyum Sana semakin mengembang dan mengangguk tanpa ragu,"Aku mau jadi pacar Mas Sian."

Tak ada alasan untuknya menolak Sian, karena dia juga menyukai lelaki itu dengan segala keanehannya.

Kalau tidak, mana mau dia bertemu dengan Sian hanya untuk main candycrush?

Sian menyukai Sana yang menyadarkannya kalau dia tengah main cacing.

Sana menyukai Sian yang mengajaknya main candycrush.


. . . . .



Minatozaki Sana

Sastra Jepang'17




Sian Axelle Farzan

Pemimpin Litbang 2019


----

Continue Reading

You'll Also Like

61.7K 12.7K 53
"Mantanku memang dekat, lima langkah dari rumah." Jangan nyanyi, please! Tahu tidak, rasanya bertetangga dengan mantan? Kalau kata Nindi sih, "gamonn...
My sekretaris (21+) By L

General Fiction

182K 1.7K 16
Penghibur untuk boss sendiri! _ Sheerin Gabriella Gavin Mahendra
65.7K 6.1K 50
[COMPLETE] Berawal dari pertemuan yang tanpa diduga di salah satu angkutan umum yang dikenal angkot. Pertemuan yang akhirnya menjadi kan mereka dekat...
Merci [END] By Beoness

General Fiction

2.8K 2.2K 84
Kisah ini tidak lengkap. Bahkan setelah kematian, kita takkan mengatakan {selamat tinggal}. ________________________ ________________...