CINTA DARI LILI

By Chocolatenovel

231K 5.2K 164

"Kamu bisa menolakku selama yang kamu mau. Aku punya banyak waktu untuk menunggu." - Lili - TERIMA KASIH TELA... More

Malam Pertama
#3. Inilah Aku yang Sebenarnya
#4.Masuk Diam-Diam
#5. Mengamuk
#6.Pilihan Luka
#7. Baik,Aku Minta Maaf
#8. Sadar Diri
#9. Siksaan ala Cinderella
#10.Bulan Madu
#11. Sofa atau Tempat Tidur?
#12.Bulan Madu Sialan
#13. Bulan madu Sialan 2

Happy Wedding

26.5K 789 16
By Chocolatenovel

Katanya setiap manusia pasti akan diberi ujian, sebelum akhirnya meraih kebahagiaan.

Kata-kata itu disetujui oleh seorang gadis yang sedang mengenakan gaun pengantin putih.

Dia adalah Lili.

Sejak kecil ia sangat menyukai Princess. Ya ya ya,siapa yang tak suka? Tentu semua anak perempuan menyukai cerita dongeng seorang putri cantik dengan gaun yang indah,dan seorang Pangeran.

Lili tak pernah berandai-andai akan menjadi princess betulan dalam hidupnya. Tapi sekarang hidupnya sudah seperti cerita dongeng yang sukai sedari kecil. Bagaimana tidak?
Seorang gadis yatim-piatu yang tinggal di panti asuhan dipersunting seorang Pangeran. Bukankah itu dongeng sekali?

Pangeran itu juga bukan hanya tampan, ia juga baik. Dan yang paling penting, Pangeran itu mencintai Lili padahal mereka baru mengenal sebulan yang lalu.

Saat itu di suatu malam, Lili menemukan seorang pemuda tergeletak ditepi jalan.
Pemuda itu tergelak disamping mobilnya.

Lili membawa pemuda itu ke panti karena memang tak jauh dari tempat itu.
Sesampainya dipanti Lili bergegas memanggil Bunda Rahma. Bunda Rahma adalah pemilik panti yang ia tinggali.

Semula mereka akan membawa pemuda itu ke rumah sakit,tapi ketika mengetahui jika lelaki itu hanya mabuk berat,mereka pun tak jadi membawanya dan hanya membaringkan pemuda itu di sofa hingga dia tersadar keesokkan paginya.

Begitu pemuda itu sadar ia langsung meminta Lili untuk mengantarnya ketempat mobilnya semalam.

Dua hari berlalu sejak kejadian itu, tanpa diduga Pemuda itu datang ke panti mencari Lili. Ia ingin berterima kasih karena sudah menolongnya.

Lili  awalnya menganggap ucapan terima kasih itu sudah berakhir sampai di situ,namun ternyata dia salah besar.

Pemuda itu pun datang dihari-hari berikutnya.

Lelaki itu tanpa sungkan mengajak Lili pergi bersamanya. Entah untuk makan malam atau pergi berbelanja untuk adik-adik panti.

Di saat itulah Lili merasakan apa itu cinta.
Ia jatuh cinta.

Lagipula siapa yang tidak akan  jatuh hatii dengan pemuda seperti dia?
Lelaki itu memiliki semua yang idamkan wanita. Wajahnya tampan, dan sikapnya sangat baik dan sopan. Dari tampang dan pakaian yang dia kenakan,tampak jelas dia bukan sembarangan orang. Jelas pemuda yang dia tolong malam itu berasal dari golongan orang-orang terpandang.

Karena hal itu,Lili hanya mencintainya. Sekedar jatuh cinta sebelum kemudian berusaha melupakannya dan kembali menjalani harinya seperti biasa. Well, benar. Lili tidak berani mengatakannya apalagi berharap dicintai juga. Dia sadar siapa dirinya hanya gadis biasa dan besar dipanti asuhan.

Kalau pun dia utarakan,sudah bisa ditebak jika mereka tidak mungkin bukan?
Pemuda itu bagaikan Seorang Pangeran didunia nyata. Sedangkan Lili hanya dari panti asuhan. Sangat-sangat tidak seimbang.

Lili saat itu memutuskan tidak akan mengutarakan perasaannya dan akan dia bawa sampai mati. Menjaga jarak mulai Lili perlihatkan kala itu. Namun ternyata sulit karena lelaki itu seolah terus mendekatinya.

Puncaknya pada suatu ketika lelaki itu mengajak Lili makan malam seperti biasa,tiba-tiba melamarnya.

Lili terdiam saat itu saking terkejutnya.
Lili merasa seperti sedang bermimpi dalam mata terbuka.

Dengan senyum hangat,lelaki itu meraih tangan Lili sebelum memasangkan cincin berlian ke jari perempuan itu tanpa permisi.

Lili terharu hingga menitikkan air mata. Bukan karena berlian yang melingkar dijarinya, melainkan terharu karena ternyata semua pemikirannya selama ini salah.
Pertahanannya kian jatuh saat lelaki itu mengatakan ingin mereka menikah secepatnya.

Dan ternyata kata-katanya yang ingin secepatnya menikahi Lili itu tidak main-main. Dalam waktu kurang dari tiga minggu mereka pun menikah.

Meski lelaki itu mengatakan jika pernikahan mereka akan sederhana, namun bagi Lili pernikahan mereka sangat mewah.

Dan malam ini...adalah resepsi pernikahannya setelah siang tadi melaksanakan akad nikah di panti.

Tamu-tamu yang hadir kian memenuhi ballroom hotel.

Sejak gugup setengah mati saat akad tadi pagi,kini seolah senyum tak padam-padam di wajah Lili yang berpoles riasan make-up menawan. 

Dengan gaun putih mewah bak putri raja, Lili benar-benar merasa seperti princess sekarang.

Senyum Lili semakin melebar memperlihatkan gigi kelincinya saat melihat seseorang berjalan menghampirinya.

"Sayang, ayo ikut sebentar," ajak Ozan pada istrinya dengan tangan yang melingkari pinggang Lili.

"Kemana?"

"Aku ingin memperkenalkanmu pada keluarga tercintaku," jawab Ozan seraya membawa Lili berjalan dengannya.

Ozan membawa Lili mendekati sepasang kakak beradik yang merupakan sepupunya.
Saat tiba dihadapan mereka, Ozan mengeratkan lingkaran tangannya dipinggang Lili.

"Wahh.. lihat siapa yang datang." Ozan berkata dengan suara yang menggelegar sambil tersenyum.

Pria di hadapan mereka itu langsung menjabat tangan Ozan dan mengucapkan selamat atas pernikahannya.

Ozan membalas jabatan tangan Pria itu.
"Terima kasih sudah datang."

"Pengantinmu sangat cantik," puji Damian ketika berjabat tangan dengan Lili.

"Adikmu juga tak kalah cantik," balas Ozan menatap sekilas kearah wanita yang berdiri disebelah Damin,lalu melanjutkan.

"Walau lebih cantik istriku,"ucap Ozan lagi yang disambut tawa dari Damian dan Lili. Sedangkan perempuan bernama Sinta yang berada di samping pria bernama Damian itu diam saja.

Lili menatap perempuan bernama Sinta itu dengan seksama. Bingung dengan ekspresi Sinta yang seolah tak bersahabat. Ditambah Lili sempat beberapa kali mendapati Sinta menatapnya dengan tatapan yang...sulit diartikan. Entah itu sinis,atau tatapan merendahkan,Lili tak paham. Yang jelas Sinta seperti tak menyukainya.

Kalau dirinya yang ditanya bagaimana kesan pertama bertemu Sinta,Lili akan mengakui jika ia  kagum terhadap wanita yang mengenakan dress merah tersebut.

Dia sangat cantik dengan kulit putih mulus yang tampak terawat dari ujung kepala sampai kaki. Berbeda dengan Lili,yang walau termasuk berkulit putih, tapi tak pernah mendapat perawatan serupa.

Wanita cantik bertubuh bak model itu adalah sepupu dari Ozan. Lili pernah mendengar sekali dari Ozan,tapi sebelumnya belum pernah bertemu dengan Damian dan Sinta-anak bibi Ozan. Dan malam ini kali pertama Lili bertemu dengannya,dan sepupu dari suaminya ini sudah tidak menyukainya di pertemuan pertama mereka.

Ozan tak banyak menceritakan tentang keluarga nya. Jadi yang Lili ketahui adalah bahwa kedua orang tua Ozan sudah tiada dalam kecelakaan pesawat,dan lelaki itu memiliki bibi Anne-adik dari ibunya.

"Lili," ujar Lili memperkenalkan diri pada Sinta saat mereka berjabat tangan.

" Sinta."

Senyum Lili merosot begitu mendapati respons Sinta yang lagi-lagi sinis.

Ozan dan Damian tampak berbincang-bincang, tapi Lili malah sibuk memerhatikan Sinta.

Entah hanya perasaan Lili saja atau tidak, sedari tadi Sinta terus menatap Ozan.

"Dam,aku lapar. Ayo kita makan dulu." Tiba-tiba Sinta mengajak sang kakak yang sedang berbicara dengan Ozan.

Ozan ikut bersuara. "Kalian ingin makan? Kebetulan sekali kami juga ingin makan. Kalau begitu kita makan bersama saja."

"Ah, tentu. Kapan lagi bisa makan semeja dengan Ozan Rahardja Wiguna." Damian berkata dengan senyum meremehkan sebelum mengikuti sepasang pengantin yang memimpin jalan mereka menuju tempat makan.

Ozan dan Damian.

Walau terlihat tak ada yang salah,atau mungkin sekilas tak akan ada yang mengira jika mereka sebenarnya tak 'seakrab' kelihatannya.

Sejak kecil menyandang tanggung jawab meneruskan perusahaan keluarga,dua pria itu seolah bersaing. Entah disengaja atau tidak,mereka selalu dibandingkan. Entah itu dari segi ketampanan,kepintaran,kepiawaian dalam segala hal,atau seberapa berhasil mereka  menjalankan perusahaan dengan baik,semua jadi perbandingan.

Hal itu menyebabkan ke dua pria tersebut kurang akur. Lebih tepatnya Damian yang pertama merasa demikian sebab jengah lantaran Ozan sering dianggap lebih unggul darinya.

Damian memusuhi Ozan dan selalu berambisi mengalahkan Ozan tiap ada kesempatan-walau sampai detik itu hal itu belum juga terjadi.

Sedangkan Ozan? Lelaki itu tak pernah terlalu menanggapi. Bukan salahnya jika orang-orang menganggap personalitas serta kinerjanya lebih unggul. Itu penilaian dari orang lain dan tidak ada urusan dengannya. Baginya Damian sebetulnya sudah sangat baik menjalankan perannya. Yang tidak bagus darinya adalah sifat iri dengki yang tak berkesudahan sejak dari mereka masih kanak-kanak hingga dewasa. Dan itu membuat Ozan muak sebenarnya. Hanya saja di depan bibinya-ibu dari Damian,Ozan harus bersikap baik. Lagipula mereka dua orang dewasa. Tidak kecocokan bukan berarti mereka harus berkelahi di muka umum bukan?

Mereka makan dengan tenang sambil sesekali terdengar suara Ozan dan Damian berbincang masalah pekerjaan.

Di sana,Lili baru mengetahui jika bibi Anne tidak bisa hadir karena berhalangan. Damian dan Sinta yang kebetulan memang sedang berada di Jakarta bisa hadir malam ini,berbeda dengan kedua orang tua mereka yang memang menetap di Eropa tidak dapat hadir.

Mereka berempat duduk berhadapan mengelilingi meja yang memang disiapkan untuk para tamu menikmati hidangan.

Ozan melihat puding Lili yang hampir habis,lalu menyodorkan puding miliknya.
Tangannya mengusap lembut sudut bibir Lili. "Pelan-pelan makannya,sayang..."

Uhukk! Uhukk!

Sontak ketiga pasang mata itu menoleh kearah Sinta yang tersedak.

Wajah Sinta yang merah padam saat ini entah sebab tersedak atau seperti sedang marah menyoroti Ozan,Lili tak tahu. Sepupu suaminya itu memang wanita yang aneh.

Damian sigap menyodorkan air putih pada adiknya.

Beberapa menit berlalu dengan tenang setelahnya.
Semua tampak kembali fokus ke makanan mereka masing-masing sebelum akhirnya Damian membuka suara.
"Aku tak menyangka,pria brengsek sepertimu akan menikah secepat ini. Maksudku,bukankah sebelumnya kau tidak ada niat menjalani hubungan serius sebelum ini dan cukup menyewa seperti sebelumnya?"

Ozan tersenyum miring.
"Sebrengsek apa pun seseorang, dia tetaplah manusia biasa. Anggap saja aku sudah sadar dan menemukan cinta. Itu saja."

Tiba tiba Sinta beranjak dari kursinya.
"Permisi, aku kekamar kecil sebentar."

Sesaat Sinta berlalu, Ozan berdiri.
"Maaf, saya permisi sebentar. Silakan dilanjutkan." Ozan pun berlalu tanpa menoleh kearah Lili sedikitpun.

Damian yang tadinya mengangguk kini mengalihkan pandangan kearah Lili, tapi hanya diam memperhatikan.

Sementara Lili berpura-pura tidak tahu, membuatnya seolah sibuk dengan piring makanannya.



Bersambung.

#
Cerita ini akan publish ulang per 5 chapter setiap harinya.
Alasannya? Ya karena supaya kamu yg masih baca cerita Lili gak lupa sama alurnya,wkwkwk.
Entah butuh berapa hari nanti nyampe ke part terbarunya,yg jelas bakalan aku up ulang 5 chap perhari. Demi kembalinya ingatan kamu yg baca ini cerita,sekaligus supaya aku kembali semangat buat update nulis terus.

Mungkin ini bakal menjengkelkan bagi sebagian org. Tapi terserah deh ya,mau lanjut baca atau enggak,gak mau baca ya gpp.

Oh satu lagi,ini cerita mungkin gak 100% sama seperti sebelumnya. Maybe ada beberapa yg diubah.
Dah segitu aja deh ya. Shangkyuuuu😍😍😍😍

_______________________________

Continue Reading

You'll Also Like

252K 27.1K 41
BOOK THREE OF SINGLE DADDY THRILOGY Jillian Christabelle Law adalah sosok naif yang penuh kasih. Jill tidak pernah takut bermimpi tinggi, juga tidak...
238K 20.3K 32
For Adult Start : 31 Januari 2020 Finish : 6 Februari 2021 1 th 6 hari
89K 2.2K 4
Oneshoot story Perbuatan baik apa yang dilakukan Vivi sehingga bisa dinikahi oleh pria sempurna seperti Raksa?
47.6K 10.7K 63
CERITA SUDAH BISA DIBACA LENGKAP DI KARYAKARSA dan GOOGLE PLAYSTORE YAW ❤❤ *Mature Content 18+* Mengandung muatan dan unsur dewasa. Mohon bijak dalam...