Tertanda Dosenmu (Complete ✓)

By ZahrotulAn

2.7M 222K 4.6K

Serangkaian kejadian tidak terduga membuat mereka harus melakukan sebuah pernikahan. Walaupun bagi yang lain... More

Bagian 1 : Kenangan Mati Lampu
Bagian 2 : Nomor Adam
Bagian 3 : Lamaran
Bagian 4 : Telepon
Bagian 5 : Dia Yang Berbeda
Bagian 6 : Hukuman
Bagian 7 : Hukuman Dari Adam
Bagian 8 : Pulang Bersama
Trailer
Bagian 9 : Menginap
Bagian 10 : Penyusup!
Bagian 12 : Menyebalkan
Bagian 13 : Bekas Merah
Bagian 14 : Andrian
Bagian 15 : Khawatir
Bagian 16 : Dihibur
Bagian 17 : Calon Istri
Bagian 18 : Inggrid Iswara
Bagian 19 : Terlalu Berharap
Bagian 20 : Merenggang
Bagian 21 : Insiden
Bagian 22 : Kebohongan
Bagian 23 : Menikah?
Bagian 24 : Lamaran
Bagian 25 : Kebimbangan
Bagian 26 : Keputusan Ara
Bagian 27 : Hari Pernikahan
Bagian 28 : Panggilan
Bagian 29 : Berpelukan
Bagian 30 : Bersembunyi
Bagian 31 : Pindah
Bagian 32 : Bersinar
Bagian 33 : Bakat Terpendam
Bagian 34 : Definisi Dosen Killer
Bagian 35 : Baby Adam
Bagian 36 : Terlalu Kolot?
Bagian 37 : Puput
Bagian 38 : Wejangan
Bagian 39 : Kau Rumahku
Repost Bagian 39 : Kamu Rumahku
Bagian 40 : Happy Ending
Bagian 41 : Terpesona
Bagian 42 : Cemburu
Bagian 43 : Tertanda, Dosenmu.
Bagian 44 : Ilham yang Ngenes
Bagian 45 : Awal Jumpa
Bagian 46 : Cinderellawan
Semara Loka
Bagian 47 : Hamidun
Bagian 48 : Menjadi Seorang Ibu
Bagian 49 : Rempong
Menyapa
Bagian 50 : Entah Kesalahan Apa
Bagian 51 :
Bagian 52 : Penolakan
Bagian 53 : End
Versi Revisi
Bang/Mas/Kak

Bagian 11 : Keputusan

55.6K 5.2K 96
By ZahrotulAn

"Ra, diem dong," ucap Adam sembari memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri. Kepalanya yang pusing terasa semakin pusing saat mendengat tangisan Ara. "Ra, diem, kalau ada apa-apa aku bakal tanggung jawab kok," bujuk Adam yang membuat tangis Ara semakin pecah.

"ENTENG BANGET SIH NGOMONGNYA!" teriak Ara.

Duh, salah bujuk kayaknya. Sial kepalaku pusing banget, batin Adam.

"JANGAN-JANGAN KAK ADAM EMANG LAKUIN YANG ANEH-ANEH KE ARA!" tuduh Ara di sela tangisnya.

Adam mengembuskan napas lelah dan mengabaikan Ara. Ia kembali berbaring dan menutup badannya menggunakan selimut. "Terserah."

"Bang, Si Adam ngeselin!" sunggut Ara kemudian berlari meninggalkan kamar Ilham menuju kamarnya. Setelahnya ia menutup pintu dengan cukup keras, menimbulkan suara dentuman.

"Cihh, baru ditinggal Ayah sama Bunda sehari udah kayak gini," gerutu Ilham dan menghampiri Adam.

"Dam," panggil Ilham yang tidak disahuti Adam.

"Dam," panggilnya lagi, kali ini sembari menyentuh bahu Adam, bermaksud untuk membangunkannya.

"Loh, badanmu panas!" seru Ilham kemudian menempelkan tangannya ke dahi Adam. "Dam! Woi, kenapa?"

"DEK!" teriak Ilham.

Ponsel Ilham berdering. Sebuah telepon dari kontak bernama Blvd ❤️ masuk.

"Halo," ucap Ilham.

"........."

"Iya, bentar ya, Sayang. Sabar, kamu pasti bisa kok. Ya udah, aku berangkat habis ini," ucap Ilham kemudian menutup telepon.

Ilham mengembuskan napas dan berjalan meeninggalkan Adam. Ia menuju ke kamar Ara yang tadi merajuk.

"Dek," panggil Ilham sambil mengetuk pintu kamar, namun tidak ada sahutan. "Dek, Abang masuk."

Saat memasuki kamar Ara, Ilham melihat adiknya itu sedang berbaring di atas kasur dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya dari ujung kaki hingga ujung kepala, terlihat bergetar dan terdengar suara tangis.

Ilham berjalan mendekati Ara. "Dek, udah jangan nangis lagi, terus juga semuanya masih belum pasti. Adam masih belum stabil keadaannya buat inget kejadian kemarin."

"Dek, Abang mau keluar, gebetan Abang lagi operasi usus buntu. Kamu bisa nggak jagain Adam? Dia badannya panas, kayaknya demam gara-gara kehujanan kemarin."

"Anumu nggak sakit kan? Abang bukannya nggak mau peduli atau jahat, tapi tadi dari kejadiannya juga nggak sengaja terjadi."

"Dek jangan diamin Abang! Jangan berpikiran negatif dulu. Kalian satu ranjang belum tentu kalian ngelakuin hubungan suami istri! Jangan kayak anak kecil. Abang keburu waktu, Adam lagi sakit, jadi jangan kekanak-kanakan. Jagain Adam, Abang pergi dulu!" seru Ilham kesal dan keluar kamar dengan menutup pintu kamar keras.

Adam bergegas menuju garasi dan melajukan motornya membelah jalanan.

Di dalam kamar, Ara dipusingkan dengan kenano-nanoan pikirannya. Antara gengsi, merasa bersalah, merasa kesal kecewa, merasa kasihan.

Air mata kembali menetes di pipi Ara, bingung menjelaskan keadaan hati dan pikirannya hari ini. Sedangkan Abangnya kesal padanya.

"Apa aku aja yang kekanakkan? Saat aku merasa takut hal yang paling berharga dalam hidupku direnggut dan aku merasa khawatir apakah itu kekanak-kanakan?" sendunya.

Ia pun berdiri dan berjalan mengambil kotak obat sebelum menuju kamar Ilham.

Ia mengintip, di kamar Ilham, Adam berbaring dengan wajah yang sedikit pucat dan keringat bergerumbul di dahinya.

Ia memejamkan mata dan mengembuskan napas panjang sebelum berjalan mendekati Adam.

Ara duduk di samping Adam berbaring dan mengambil ponselnya. Ia mengetikkan sesuatu di browser.

'Merawat orang demam.'

"Tes pakai termometer," gumam Ara membaca petunjuk. Ia mengambil termometer di kotak obat dan menempelkan ke dalam telinga Adam. Sembari menunggu termometer mengukur suhu, Ara membaca kembali.

"Suhunya kalau demam di atas 37 ya? Huh 40° bisa kejang?!"

Bippbipp

Termometer berbunyi. Ara langsung mengeceknya. Ia mendesah lega saat suhu Adam tidak mencapai 40° walaupun memang di atas 37°. Ia jadi merasa bersalah karena kejadian hujan-hujanan kemarin.

"Kan, jadi demam. Lagian punya mantel kok lupa nggak dipake."


"Jika penderita bingung atau tidak sadar, segera cari bantuan tenaga medis profesional. Sambil menunggu pertolongan, lepaskan penderita dari lingkungan yang panas dan lepaskan pakaian yang dikenakannya. Selain itu, tubuh harus didinginkan dengan spons basah atau kipas angin yang diarahkan ke penderita secara terus menerus," gumamnya membaca petunjuk.

"Kak Adam tadi bingung nggak ya?" pikirnya mencoba mengingat. Dan ia teringat bahwa Adam tadi bingung saat ditanya tentang kejadian kemarin malam. "Waduh, berarti butuh bantuan medis segera!"

Ara berlari ke dapur mencari spons dan sebaskom air, tak lupa juga kursi lipat untuknya.

Ia menaruh baskom di atas nakas samping posisi Adam berbaring. Ara dengan takut menarik selimut yang menutupi tubuh Adam.

"Bjir, masih belom pakek baju!" Ara mengalihkan pandangannya ke tembok. Tidak sanggup melihat roti sobek di hadapannya.

Ara mencelupkan spons dan memerasnya, kemudian ia menyeka tubuh Adam dengan spons tersebut masih dengan pandangan ke arah tembok.

Ara jadi teringat saat mendapati bahwa dirinya bangun satu ranjang dengan Adam dengan pakaian yang tidak menutup tubuhnya dengan benar.

"Kak Adam udah liat aku waktu gitu, jadi ngapain aku sok-sokan malah liat ke tembok gini?!" kesalnya lalu mengalihkan pandangan ke tubuh Adam. Kemudian memalingkan wajah kembali ke tembok. "Gakuad," gumamnya kemudian menggeleng dan menatap Adam kembali. "Nggak! Gini! Biar satu sama!" pikir Ara gila.

Ara kembali menyeka tubuh Adam dengan spons basah yang ia lakukan setiap 5 menit sekali.

Lama-lama, Ara mulai lelah. Ia memutuskan untuk menunggu 5 menit berikutnya dengan menempel dahinya ke atas kasur. Bermaksud istirahat.

Namun, ia malah hanyut ke alam mimpi, masih dengan spons basah di tangannya.

---

Waktu terus berjalan. Adam mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Kepalanya sudah tidak terasa pusing seperti tadi, dan badannya juga sudah merasa ringan.

Pandangannya tidak sengaja melihat ke arah Ara yang tertidur dengan posisi duduk dan dahi menempel di atas kasur.

"Ra," panggil Adam lemah. Ara tidak merespon.

Setelah kejadian kemarin dan tadi pagi, Ara masih mau rawat aku?

Adam tersenyum. Tangannya terulur ke arah rambut Ara dan mengelusnya pelan. "Terima kasih, Ara."

---

Ara emang dodol banget. Pengen ngegas banget aku pas nulis wkwk. Bisa-bisa pakek nanya. Yakali dia snusnu gak kebangun dari tidur.

Hujat ajalah. 😭

Mohon maaf lahir batin ya, Gess. Maapkeun ya kalau Zahtul punya salah.

Semoga kalian nggak bosen sama cerita ini.
🙏

Continue Reading

You'll Also Like

228K 12.1K 47
Tidak ada yang baik Bagi Reina, jika harus berhadapan Dengan Melvino Rafkha Davendra. Boss super Arrogan, yang Hanya Bisa memerintah . Namun demi...
1.8K 207 55
Sekali lagi Revan melihat rumah kosong itu. Di mana pemiliknya sekarang. Rumahnya kotor dan tak ada yang membersihkannya. Banyak rumput liar tumbuh d...
2.3M 217K 66
"Pak, saya di depan ruangan bapak Bapak dimna?" "Di kelas" "Pak, saya sekarang sudah di kelas Tapi bapak ngga ada." "Saya sudah di ruangan saya." "Ba...
417K 17.8K 76
Aileen wanita umur 22th yang sangat mendambakan percintaan seperti drama korea. Suatu hari ia bekerja dimana terdapat boss yang membuatnya terpana na...