The Cat Girl ✶Completed✶

By mutiams53

23.4K 2.1K 37

【DILARANG PELAGIAT DALAM BENTUK APAPUN】 #thecatgirl Sebuah cerita tentang seorang gadis yang terkena kutukan... More

...✶PROLOG✶...
...✶Capter 1✶...
...✶Capter 2✶...
...✶Capter 3✶...
...✶Capter 4✶...
...✶Capter 5✶...
...✶Capter 6✶...
...✶Capter 7✶...
...✶Capter 8✶...
...✶Capter 9✶...
...✶Capter 10✶...
...✶Capter 11✶...
...✶Capter 12✶...
...✶Capter 13✶...
...✶Capter 14✶...
...✶Capter 15✶...
...✶Capter 16✶...
...✶Capter 17✶...
...✶Capter 18✶...
...✶Capter 19✶...
...✶Capter 20✶...
...✶Capter 21✶...
...✶Capter 22✶...
...✶Capter 23✶...
...✶Capter 24✶...
...✶Capter 25✶...
...✶Capter 26✶...
...✶Capter 27✶...
...✶Chapter 28✶...
...✶Chapter 29✶...
...✶Chapter 30✶...
...✶Chapter 32✶...
...✶Chapter 33✶...
...✶Chapter 34✶...
...✶Chapter 35✶...
...✶Chapter 36✶...
...✶Chapter 37✶...
...✶EPILOG✶...
♡Thanks♡
Di Baca Yo

...✶Chapter 31✶...

319 45 1
By mutiams53

Vote yah

          Diray memakai sepatu untuk bersiap pergi ke sekolah, begitu pun dengan Rayen yang melakukan hal yang sama dengannya keduanya telah sarapan

Ketika Diray menuruni tangga,bu Maya memanggilnya saat di dekat My Hope

"Ada apa?" tanya Diray heran begitu pun dengan Rayen yang baru datang

"Coba lihat ini, tulisan ini tidak asing ibu pernah melihatnya di sekolah" jawab Bu Maya, Diray pun mendekat dan membaca harapan seseorang yang di tulis dalam Sticky notes berwarna abu abu

'Aku ingin mengakhiri semuanya, dia tak akan mungkin bisa mendengarkanku, aku bahagia telah mengenal kalian'

Baca Diray dan mencoba memikirkannya tulisan itu pun ia pernah melihat nya tapi entah dimana ia lupa

"Prilly!" seru Rayen antusias membuat keduanya menoleh.

"Prilly?" tanya Diray heran begitu pun dengan Bu Maya.

"Ya, Prilly mungkin maksud kata 'dia' itu adalah Ibunya" jawab Rayen masih tak yakin.

Diray terdiam sesaat dan akhirnya pamit pada bu Maya dan berlari menuju motornya Rayen pun segera menyusul

"Apa yang di lakuin cewek itu?" seru Diray dan cepat cepat melajukan motornya diikuti Rayen di belakang nya

Pikiran Diray kalang kabut, perasaan tidak enak terus menyeruak di hatinya ia mencoba fokus pada jalanan supaya dirinya juga tak menimbulkan masalah

Beberapa menit, Diray memarkirkan motornya di parkiran sekolah dia mencari cari Prilly firasatnya buruk, Rayen. Lagi lagi ia memecahkan semuanya

"Itu Prilly di atap" seru Rayen menunjuk ke atas Root rof di sana berdiri seorang gadis yang sedang mereka cari, Diray segera berlari dengan secepat mungkin yang ia bisa tangga ini terlalu panjang dan ia harus melewati koridor koridor, ponsel nya berdering dalam lari ia mengangkat nya

"Cepat sedikit dia dalam bahaya" seru Rayen di sebrang sana yang memantau dari bawah, Diray segera membuka pintu Root rof dengan kasar mengejutkan Prilly yang tengah berdiri di atas pembatas Root rof di bawah sana orang orang meneriakinya untuk turun

"Apa yang lo lakukan? Lo gila?" tanya Diray menatap Prilly yang wajahnya telah sembab

"Kenapa lo disini?" tanya balik Prilly.

"Itu tidak penting, kenapa bunuh diri mesti menulis harapan?" tanya Diray.

"Mungkin hanya Sticky abu abu yang lo baca, di sticky berwarna biru. Gue menulis semuanya tolong izinkan Momy membaca nya" jawab Prilly air matany kembali turun

"Apa?? Maksud lo apa?" tanya Diray heran.

"Nyokap gue gak akan pernah menuruti keinginan gue, dia udah berubah semenjak bokap gue meninggal. Dia bukan nyokap yang gue kenal" jawab Prilly.

"Lo bisa memulai semuanya dari awal buat nyokap lo yakin" kata Diray.

"Gak! Nyokap gue bukan seperti nyokap lo! Dia Hanya mementingkan diri sendiri tanpa tau perasaan gue! Lo gak pernah ngertii!!!" teriak Prilly frustasi.

"Gue capek! Gue lelah! Gue bosan hidup! Sahabat gue tertekan karena dia!!!...jadi...biarin gue mati!!!" Lanjut Prilly, membuat siapa pun yang melihatnya sungguh memilukan

"Turun!, kita semua ada dan pasti bantu lo" kata Diray meyakinkan.

"Adanya gue disini cuman pembuat onar gue sering bully orang lain termasuk Arsha, itu karena gue merasa tertakan gue mau marah dan cuman ngelampiasin semuanya ke mereka, lo...emang bukan cinta pertama gue. Tapi gue suka lo lebih dari apa pun tapi yang lo liat hanya Arsha, bukan kah sudah cukup bagi gue melihat lo bahagia? Gue bahagia kalau lo bahagia juga. Jadi, tetap bahagia supaya gue juga bahagia" 

"Lo gak mau kan liat teman sekelas lo menderita? Jadi...biarkan gue mati" lanjut Prilly dengan derai air mata ia melayangkan tubuhny dengan menghadap ke arah Diray dan tersenyum

Diray terhenyak dan berlari hendak meraih tangannya.Namun terlambat, Prilly sudah melayang Diray menyaksikan wajah itu yang masih tersenyum, tiba tiba cahaya hijau menggulung tubuh Prilly, Diray melihat ke bawah itu berasal dari kedua mata Arsha

Arsha mengepalkan kedua telapak tangannya dan menatap tajam tubuh Prilly yang ia liliti dengan kekuatannya, telinga kucing nya melambai lambai di terpa angin yang agak kencang

perlahan cahaya nya memudar membuat Arsha panik dan terus berkonsentrasi menatap tubuh Prilly yang melayang, Tapi cahaya itu meredup dan akhirnya hilang Arsha terjatuh berlutut dan muntah darah membuat orang-orang kaget

Tubuh Prilly terjatuh dengan punggung menghantam mobil, bersamaan dengan teriakan para siswa dan siswi, mobil itu pun menimbulkan suara sirine nya, tubuh Prilly bersimbah darah dari kepala sampai punggungnya

Prilly masih sadar dan bisa merasakan sakit ,dadanya menyembul menimbulkan batuk dan mengeluarkan darah segar di detik nafas nya ia tersenyum menatap langit yang berawan

Diray yang baru turun menyaksikannya, pemandangan yang memilukan pagi ini di SMA Kratina, Evan segera menelphoe ambulance, guru-guru yang baru datang mengerumuni Prilly

Tak lama Ambulance datang, beberapa staf mengambil brankar dan perlahan mengangkat tubuh Prilly, Evan, Diray dan Arsha pun ikut masuk bersama pak Rustan sebagai wali kelas

Seluruh Siswa pun perlahan meninggalkan parkiran meski masih tampak syok karena baru tahun ini ada siswi yang berani bunuh diri di SMA ini, Kini hari ini kasus ini menjadi sejarah bagi SMA Kratina.

✦✦✦

Ruang IGD

Diray dan Evan serta Pak Rustan menunggu cemas di luar, kemudian Rayen, Tina, dan Ghea datang bergabung bersama keduanya

"Bagaimana mereka?" tanya Tina cemas.

"Belum ada kabar" jawab Evan, ia mencemaskan Arsha yang juga di tangani karena kondisinya lemah

"Semuanya salah gue kan?" tanya Ghea tanpa ekspresi ia bersandar di tembok dan tak menoleh sedikit pun

"Berhenti menyalahkan diri sendiri" jawab Diray, tak lama seorang dokter keluar

Membuat semuanya menoleh, "Bagaimana murid saya?" tanya Pak Rustan  menatap dokter itu.

"Untuk pasien yang bernama Prilly, Kondisinya masih kritis ia banyak mengeluarkan darah, dan untuk pasien bernama Arsha, dia sudah pulih" jawab dokter itu lalu segera masuk dan memberi instruksi pada suster semua untuk memindahkan kedua pasien ke kamar Rawat

Mereka mengikuti Dokter memasuki kamar Rawat setelah semuanya di tata oleh suster mereka masuk dan menatap kedua nya

Arsha perlahan membuka matanya, hal yang pertama ia lakukan adalah meraba kepalanya dan ia menghela nafas lega karena telinga kucing nya telah hilang ia pun bangun dan terduduk di bantu Tina

"Apa lo baik-baik aja?" tanya Tina menatapnya Arsha mengangguk dan beralih pada brankar sebelahnya disana Prilly masih terbaring lemah

"Maaf...aku tak bisa menyelamatkannya" seru Arsha tertunduk.

"Tidak apa-apa, jangan menyalahkan diri sendiri" kata Diray.

"Ngomong-ngomong, kenapa lo gak bisa menyelamatkannya? Waktu itu lo bisa menyelamatkan gue" kata Rayen heran.

"Mungkin itu takdir, jika orang dalam bahaya dan tidak bisa di selamatkan oleh kekuatan supernatural. Itu berarti takdir, omah ku yang bilang" seru Arsha sendu membuat semuanya mengangguk paham

"Apa dia bisa kembali hidup?" tanya Ghea menatap Prilly.

"Entahlah aku tak yakin" jawab Arsha, lalu pintu terbuka menampakkan seorang wanita menghampiri Prilly dengan tangis nya

"Prilly ku, tolong bangun maafkan Momy sayang,Selama ini Momy telah menjadi monster untukmu, maaf kan Momy nak" ucapnya dengan tersedu sedu membuat mereka berkaca kaca

"Maafin Momy sayang, kamu boleh melakukan apapun tolong jangan tinggalkan Momy sendirian naaak" serunya lagi sambil memeluk Prilly yang tak berdaya

"Yang sabar yah tante" seru Arsha berkaca kaca menyaksikannya.

"Tante sangat menyesal nak, terimakasih telah berusaha menyelamatkan putri saya" Kata Momy Prilly menatap Arsha, Arsha tersenyum hambar dan mengngguk pelan, lalu Momynya Prilly menatap Ghe yang menunduk kan kepalanya karena menangis

"Ghea..."ucapnya parau membuat Ghea mengangkat wajahnya dan merasakan seseorang memeluknya

"Maafin tante, yang selalu menyalahkan kamu padahal kamu yang selalu menjaga Prilly, terimakasih nak, maafin tante" ucap Momy Prilly dengan tangisnya

"Iya tante, tidak apa-apa, sudah Ghea maafin" kata Ghea dan keduanya  melepaskan pelukannya lalu berterimakasih pada Tina dan yang lainnya

Pak Rustan hanya menyaksikannya dan meminta maaf karena ia merasa tidak becus dalam menjaga anak kelas nya

Setelah beberapa menit, Pak Rustan dan yang lainnya pamit pada Momy Prilly, Ghea tetap di sana menemani nya.


✦✦✦

1 bulan kemudian...

Semenjak insiden bunuh diri, kini SMA Kratina menjadi banyak rumor, banyak orang yang menyayangkan hidup Prilly yang harus ia akhiri dengan sendirinya

Ujian telah selesai kenaikan kelas telah di laksanakan, kini semua bergembira menyambut hari baru karena naik kelas sesuai janjinya Arsha dan Evan dipindahkan sekolah nya oleh Wahyu ke luar negeri yakni Brisbane-Australia  tempat dimana Arsha akan mengalami pengobatan khusus

Diray memakai jas alamamaternya dan menuruni tangga Rayen telah menunggunya di luar lalu keduanya telah bersiap dengan motor masing-masing dan melaju menerobos pagi hari yang terasa hangat ini

Beberapa menit, keduanya sampai di sekolah dan memarkirkan motornya lalu keduanya berjalan dengan gaya cool yang di kagumi oleh kaum hawa mereka memasuki kelas barunya yang dimana kini telah menjadi senior sepenuhnya

"Gimana kabar Prilly? Apa ada perkembangan?" tanya Diray pada Tina dan Ghea

"Gak ada, semuanya masih sama" jawab Tina, ya benar. Prilly masih menjalani koma selama 1 bulan terakhir ini tak ada tanda-tanda pergerakan apapun dari tubuhnya

"Mungkin dia butuh istirahat luka nya juga tidak kecil" kata Rayen yakin

"Bagaimana kalau pulang sekolah kita nengok lagi?" Tanya Vino berpendapat dan segera di angguki yang lainnya

"Oke, pulang sekolah" sahut Diray mereka pun kembali ke bangku masing masing dan saat bell masuk berdering mereka memperhatikan pelajaran dengan seksama.

Skip...

Diray dan yang lainnya pun memasuki rumah sakit dan segera menuju kamar Rawat Prilly mereka selalu mengunjunginya walaupun tak terlalu sering, hari ini Momy Prilly sedang keluar sebentar jadi mereka bebas menjenguknya

"Dia masih sama" kata Ghea sendu menatap Prilly yang tampak lemah dan tak berdaya

"Cepet bangun, kami ingin liat lo lagi menari balet" kata Tina menatap cairan infus yang melaju setetes demi tetes ke selang

"Kira-kira berapa lama lagi yah dia koma?" tanya Vino menatap Prilly.

"Gak tau" jawab Diray singkat, mereka pun berdoa supaya Prilly kembali di sembuhkan dan di sehatkan

"Tanda nya bergerak tidak normal" seru Tina menunjuk Monitor detak jantung nya Rayen segera memanggil dokter dan suster, Prilly tidak menunjukkan tanda tanda apapun ketika detak jantungnya bergerak cepat

Tak lama Dokter dan suster pun datang mereka disuruh menunggu di luar sementara Dokter menanganinya. Ghea segera mengabari Ibunya Prilly untuk segera ke rumah sakit


"Bertahan lah Prilly" seru Tina menatap di jendela.

"Ayo berpikir positif" kata Vino menenangkan semuanya yang kalang kabut dan cemas

Ibu Prilly datang tergopoh gopoh menghampiri, "Apa yang terjadi dengan anakku?" tanya nya cemas, tapi satu suara berhasil membuat semuanya terhenyak dan bergetar

Ttiiiiiiiiiiii..............it

Dokter membuka pintu, mereka melihat Prilly yang sedang di lepaskan segala alat yang membuat tubuhnya tetap bernafas oleh dua orang suster dan selimut putih itu menutupi seluruh tubuhnya

Ibu Prilly membelalakan matanya dan berlari cepat memanggil manggil namanya menggoncangkan tubuhnya, yang lainnya pun ikut masuk Tina menutup mulutnya dan menangis, begitu pun dengan Diray, Vino, dan Rayen

Ghea menatap jasad Prilly yang mengkaku matanya berderai airmata tanpa suara dan isakan, hatinya begitu sakit bagai di sayat sembilu matanya tak bisa terlepas dari wajah itu perlahan waktu seperti berhenti bayangan-bayangan dan memori indah bersama Prilly terbayang tawanya begitu jelas ia dengar setiap kata yang Prilly katankan terngiang di benakknya

'Suala kamu bagus, kamu halus jadi penyanyi yah dan buat lagu untukku. Janji?'

'Kita halus telus besama yah'

'Jangan tinggalkan aku'

'Jika sudah besal nanti kita halus lulus baleng jangan pisah-pisah'

'Lo benar gue gak bisa tanpa lo'

'Jangan menjauh lagi...kita butuh seseorang untuk menceritakan rasa sakit ini'

Memori itu melayang layang berkilat-kilat di lubuk matanya, air mata Ghea tetap menetes dan menetes seolah tak ada keraguan, dan memorinya pecah saat sebuah tangan menggoyang-goyang nya

"Kembalikan Prilly ku....kembalikan..." ucap Ibu Prilly dengan airmatanya, Ghea masih menatap jasad Prilly hatinya begitu hancur dan kacau, seruan Ibu Prilly membuat hatinya ambyar dan terasa semakin sakit

"Kembalikan....Prilly ku yang malaaaang..."

Tina menenangkan Ibu Prilly yang menangis paling kuat, ia membawanya keluar untuk menenangkannya

Ghea, menghampiri jasad Prilly dan mengusap kepalanya dengan derai air mata dan ia mencoba menghapusnya sungguh sakit hatinya sangat terasa

"Gue janji, akan jadi penyanyi dan buat lagu pertama buat lo dan gue akan jadi penyanyi terkenal demi lo,gue akan mengunjungi nyokap lo dan merawatnya, tenang di alam sana yah, terus lihat gue...dan doakan gue, selamat jalan...Pri..lly" ucap Ghea dengan airmatanya ia perlahan memeluk jasad Prilly dan beribu air matanya menetesi wajah Prilly

Suster pun menyuruhnya menjauh, "Gak! Jangan bawa sahabat gue! Dia belum mati, dia masih hidup dia butuh infus!!" Seru Ghea setengah berteriak seorang suster menahan kedua bahunya dari belakang dan 2 orang Suster lain membawa jasad Prilly untuk di makamkan

Ghea duduk terjatuh dengan isak tangisnya sungguh memilukan hatinya semakin sakit dan teriris

"Prilly...maafin gue...kenapa lo pergi secepat ini? Tolong kembali...jangan tinggalin gue...gue gak bisa tanpa lo...tolong kembali...Tolong kembaliiii!!!" Teriak Ghea menjadi-jadi Vino telah berderai airmata menyaksikannya begitupun dengan Rayen

"Sudah, Ghea. Semuanya sudah takdir" seru Vino menghapus airmatanya

"Lo gak ngerti gue! Dia sahabat gue dari kecil tapi gue gak tau selama ini dia menderita!! Bukankah gue sahabat yang jahat? Gue gak pernah tanya keadaan dia senang atau tidak menari balet!!, gue hanya mementingkan diri gue sendiri..."seru Ghea melirih, Vino, Rayen, dan Diray mengerti perasaan Ghea mereka membantu Ghea bangkit dan bersama Tina juga ibu Prilly menuju pemakaman

Beberapa menit kemudian, Prilly telah benar benar tiada dan tenang di bawah tanah merah bertabur bunga, teman teman yang di sekolah pun sebagian datang ikut berlangsung kawa mereka menangis melihat Ghea dan Ibu Prilly yang terus menangis memanggil nama Prilly.

Yaah itulah hidup yang takkan mungkin bisa menghindari perpisahan, jika ada pertemuan pasti ada perpisahan entah kapan, dimana, dan dengan siapa kita berpisah.



♡✴✴♡

Continue Reading

You'll Also Like

280K 5.9K 33
WATTPAD BOOKS EDITION You do magic once, and it sticks to you like glitter glue... When Johnny and his best friend, Alison, pass their summer holid...