Pers Kampus 2.0✔

By Allyoori

214K 23.6K 4.5K

╰Pers Kampus 2.0╮ ⚠️⚠️ Chapter lengkap Pers Kampus dan Pers Kampus 2.0 dengan chapter tambahan, dapat dibaca... More

1 : Hello, Setengah Periode!
1.1 : Hello, Setengah Periode!
1.2 : Hello, Pers Kampus!
2 : Suhu Dingin
3 : Jelousy, Photo
4 : Terkucilkan
5 : Litbang VS Perusahaan
6 : Kejutan Parkir Atas
7 : Fall In, Silent
8 : Gossip Girl, Kumpul Kios
9 : Please ... Dont Let Me Doubt About Us
10 : Kekanakan
11 : Ups!
12 : Ghibah
13 : Menjadi Asing
14 : Too Late, To Realize It
15 : I Wish
16 : Pulpy Orange
17 : Go Public
18 : Pregnant?!
19 : Arya, Setahun Lalu
20 : Hurt Road
21 : Srimulat
22 : Smile On Me
23 : See You, When I See You
24 : Senin di Malam Rabu
25 : Even Now, Its Still You
26 : Still Want To Believe
27 : Bintang dan Peri yang Membebaskan Hati
28 : Another Man
29 : Dan Terjadi Lagi
Video : 1
30 : Nama yang Masih Menjadi Jawabannya
Twitter : 1
31: No One To Be Wrong
32 : Soal Ada dan Tidaknya Rasa
33 : Tertangkap Mata
34 : Peluk Untuk Arya
35 : You Should Choose
36 : I Dont Love You
37 : Not Mine, Not Fine
38 : Re-call
39 : On - Track
40 : Content Iklan
41 : Firasat
42 : Pelantikan
43 : Guncangan
44 : Begin Again
45 : Punch
46 : Stories They Dont Know
47 : Awkward Silence
48 : Candy Crush
49 : Have A Lunch With Siddiq
50 : Jangan!
51 : Menunggu di Depan Pintu
52 : Talking To
Photo : 1
53 : Menyerah
54 : Am I Right To Be Like This?
55 : After We Broke Up
63 : The Way I Like You
Untuk Para Pembaca, dari Orion
75 : Angkatan 16 - Dinding Terakhir
Dari Pembaca, Untuk Pers Kampus
Special Chapter : Video
GIVEAWAY PERS KAMPUS!
PO ke - 2 Novel PERS KAMPUS

62 : Something Flutter

2.2K 368 109
By Allyoori


Percaya gak? Kalau sejak obrolan malam itu, tiba – tiba saja para pengurus lelaki jadi terlihat lebih misterius.

Mereka semua terlihat seperti menyembunyikan sesuatu dan memulai sebuah misi rahasia. Cuman emang gak ada yang ngomong aja, tapi semua orang tahu, masa - masa menuju akhir periode memang bakal banyak drama.

Sian contohnya, dia memakai jeans hitam, kaus panjang hitam, dan sekarang mengambil scraf dari loker Litbang entah punya siapa, lalu ia kenakan untuk menutupi setengah wajahnya. Dengan gesit memakai sepatunya, dan bersiap melesat dari sekre.

Hal itu menarik perhatian Deon.

"Bang Sian mau transaksi narkoba?" tanya lelaki itu polos. Ya habis, tingkah Sian ini mirip waktu dia mergokin Sian, Orion dan Jinan mengendap masuk Sekre DAMU waktu itu.

Yohan ngakak di tempat. "Mau transaksi nasi padang tuh di pager belakang."

Bukannya mengerti, Deon malah semakin bingung. Yohan pun duduk ikut lesehan di sebelah Deon, lalu merangkulnya," Di belakang gedung ormawa tuh ada pager berduri, terus ada warung nasi padang deket sana. Suka ada amang – amang yang nerima pesenan di deket pager, padahal mahasiswa udah dilarang buat ngelewatin pager itu apapun alasannya karena bahaya. "

"Ada kasus mahasiswa sampai masuk IGD baret dan luka abis lompatin pagernya. Jadi segala kegiatan di dekat sana, bahkan termasuk jual – beli nasi padang dilarang. Pernah tuh, mahasiswa ketauan dosen langsung kena hukum bersihin wc dibanding nilainya terancam. Makanya, kalau yang mau beli nasi padang lewat jalur illegal itu pada pake topeng."

"Beli aja langsung ke sana? Ngapain lewat pager?"

"Ya jauh lah yon, muter ke belakang kampus sama aja lu jalan sekilo."

"Kan bisa pake motor Bang?"

"Sayang bensin sama duit parkir Yon."

Baru setelah itu Deon mengangguk mengerti, dirinya kembali memperhatikan Sian yang kini dihampiri oleh Orion yang sudah berwajah sedih.

" Sian, gue berterimakasih atas pengorbanan lu. Semoga lu khusnul khotimah." Dengan wajah dibuat sesedih mungkin. Pura – pura menangis. Sian mengangguk, mengikuti permainan, lalu menatap anak – anak yang ada di sekre,"Doain abang ya adik – adik. Semoga abang berhasil mengemban misi ini. Demi keberlangsungan perut lima orang pengurus Pers Kampus. Abang rela berkorban."

Orion dan Sian lalu berpelukan dan menangis terdengar pilu,"Udeh cepet. Aing udah laper pisan nih." Ketus Brian, selepas berpesan pada Deon jika makanan sudah datang minta dibangunkan, Brian langsung pelor. Sian dan Orion lalu melepaskan pelukan dan langsung berekspresi datar kembali. Tak butuh waktu lama tubuh Sian pun tak terlihat lagi di depan sekre.

Yesha yang melihat kelakuan para seniornya itu menggeleng prihatin, gadis itu lalu berbicara pada Rara yang ada di sampingnya. "Sayang banget ya Kak, ganteng – ganteng tapi otaknya setengah."

Wajah Rara menampilkan ekspresi terkejut. "Loh? Mereka masih punya otak?"

Yesha tergelak akan respon Rara. Kemudian terdengar Rara bergumam, "kelakuan kaya gitu masih sisa setengah itu prestasi."

Suara langkah berdebum terdengar ribut dari arah pintu, Janu yang tengah duduk membaca buku di pojokan rak buku seorang diri terganggu. Melihat ke arah pintu dan mendapati Eshan masuk dengan langkah tergesa.

Janu langsung refleks melihat Yesha yang tengah redakturan dengan Rara.

Habis malam itu, Janu terpikirkan ucapan Eshan terus menerus. Dia merasa terganggu karenanya.

"Ribut banget, kenapa Shan?" tanya Yesha.

Eshan masih mencoba mengontrol nafasnya. "Gak apa – apa."

Sahutan lalu terdengar dari Rara," Gak apa – apa tapi rusuh gitu datangnya."

"Eshan paling dikejar – kejar anak Nihonggo Mantappu lagi."

Yohan menoleh tertarik pada jawaban Deon. "Nihonggo mantappu? Apaan tuh Yon?"

"Itu loh Bang, UKM Budaya Jepang. Semenjak tersebar kabar Eshan keturunan Jepang dia diajakin mulu masuk sana. Aku sampe liat sendiri mereka lari ngejar Eshan."

"Yang slogannya mantap Jiwa?" Orion ikutan nimbrung. Deon mengangguk.

"Mina juga dong?" pikir Orion seorang diri.

Sementara Eshan yang menjadi obrolan merebahkan diri di atas karpet. Dia tak ada tenaga untuk sekedar duduk. Lari dari square ke lantai dua Gedung Ormawa itu bukan main capeknya. Menghindari para gadis yang berambisi mengangkat dirinya sebagai kepala suku itu merepotkan.

Tengah terbaring menatap langit – langit sekre, sebuah botol minuman berwarna biru dengan gambar pororo menghalangi pandangan Eshan. Ia melirik ke samping, dan Yesha tengah menatapnya semabri menyodorkan minuman tersebut. Eshan tercenung sesaat, tapi akhirnya diambil juga minumnya.

"Makasih," ucap lelaki itu datar. Yesha mengangguk, lalu kembali menghampiri Rara untuk melihat hasil berita yang tengah digarapnya.

Semua orang bisa saja. Bahkan tak ada yang menyadarinya mungkin. Terkecuali Janu yang semakin menenggelamkan diri di antara deretan buku – buku sekre.

"Wih Bang Wira! Calon Pimlit gue nih!"

Langkah kaki panjangnya masuk ke dalam sekre dengan santai.

"Apasih Han! Lu kalo kedengeran Daniel jadi masalah."

"Yak biarin, namanya sefruit dukungan. Gue dukung lu soalnya." Ucap Yohan terang - terangan.

"Tapi gue dukung Daniel, gimana?" Yohan diam.

"Yah si abang."

"Lagian, masih ada Sian."

Wira memilih duduk di atas sofa, lalu Yohan menghampiri.

"Bang Sian paling jadi PU."

"Kata siapa? Masih banyak calon ya!" Orion ikutan nimbrung, padahal dia lagi tiduran di sofa satunya dan udah hampir merem.

Ketara banget buat Yohan, kalau Orion dukung orang lain buat jadi PU.

"Dengerin tuh. Kalau bikin agenda setting harus yang rapih. Anak Litbang gengsi."

Yohan tak membalas ucapan Wira itu.

Sejujurnya, dia masih mendendam terkait Rara yang baru dia tahu belakangan ternyata sempet naksir Wira. Tapi gimana lagi, dia sendiri sadar, terlahir tampan dan menawan itu bukan salah Bang Wira. Seperti halnya Yohan yang merasa senasib, jadi dia tak bisa protes juga.

Dia hanya bisa berharap, Rara sadar diri dan tidak lagi mengharapkan Wira. Biar jadi naksir – naksir monyet aja.

"Yesh, ini lu edit sendiri dulu ya typonya. Gue kebelet nih."

Yesha ditinggalkan sendiri di depan computer sekre, mulai memperbaiki setiap typo dengan membaca ulang berita yang dia tulis. Dirinya cukup beruntung Janu membantunya wawancara, jadi masih sore begini dia sudah bisa redakturan. Biasanya, pukul 9 atau 10 malam baru beres.

Tapi lagi asyik memperbaiki tulisan, desktop computer tiba – tiba mati, Yesha panic melihatnya. Mana belum disave pula. Ia melihat ke arah CPU, dan masih menyala. Haduh, bingung lah Yesha.

"Kenapa? Mati layarnya?"

"Iya, ini aku lagi nulis biasa. Tiba – tiba mati layarnya," adu Yesha, pada sosok Wira yang lalu menghampirinya.

Lelaki itu berdiri di belakang kursi, mencondongkan tubuh dan mencoba memperbaiki monior dengan menggerakan kursor dan beberapa tombol yang adai di layar.

Yesha sontak menahan nafas, ia bisa merasakan punggung dan tangan Wira yang maju ke arahnya, dekat sekali, sampai dia bisa mendengar suara Wira tepat di samping telinganya.

"Ini tuh kamu harus rutin klik kanan buat refresh, soalnya emang agak error layar komputernya."

Wira asyik menjelaskan, dan memberi beberapa tips, tapi otak Yesha 'spaneng' dia sibuk menahan nafas, sampai pipinya memerah saat tubuh Wira dirasa makin dekat. Satu tangan di sebelah kiri belakang kursi, satu lagi ada di samping kanannya memegang mouse. Bagaimana dia bisa bernafas jika begini?

Ini sama saja dipeluk dari belakang oleh seniornya!

"Gimana? Ngerti kan?"

Gadis itu tak menjawab, Wira menyentuh bahu si gadis,"ngerti gak?"

"E—eh, i—iya. Ngerti kok."

Puas dengan jawaban Yesha, Wira tersenyum. "Santai aja mukanya, komputernya gak apa – apa kok."

Lalu mengusak kepala Yesha gemas.


Oke. Kasih tahu Yesha, gimana caranya nafas sekarang?


Di saat dia tengah struggle menetralkan detak jantungnya yang melompat – lompat, dengan santainya Wira kembali duduk di sofa, bermain game bersisian dengan Yohan yang juga sibuk dengan ponselnya.

Mahasiswa Fikom 2019 itu memperhatikan sekitar, takut ada yang memergokinya, tapi tak ada. Eshan sepertinya tertidur sambil rebahan di karpet, Orion dan Brian juga tidur, Janu sibuk dengan earphone dan buku yang dibacanya. Sementara Deon sibuk dengan headphone dan laptop, tengah mengerjakan tugas kuliah.

Yesha menyentuh dadanya, ia bisa merasakan pacuan jantungnya yang cepat sekali.

"Ini gue gak tiba – tiba lemah jantung kan?" gumamnya seorang diri.

"GIMANA! BERES BELOM?!"

Rara datang – datang mengejutkan, Yesha tak sempat merespon, Rara langsung mengambil kursi satunya dan ikut duduk memeriksa kembali hasil kerja Yesha.

Sementara Yesha melirik Wira yang tengah seru bermain game di atas sofa.

Ia menyentuh pipinya, dan terasa panas.


. . . . .





Yesha Ayunindya Gayatri

Anggota Pers Kampus 2019







Wirasena Zachery

Sekretaris Perusahaan 2019




. . . . .



Thank you for loving this story🥰

Sehat - sehat terus ya, kamu hebat sudah bertahan sampai sejauh ini!

Lets be happy even with small and simple thing!



See you on next chapter!

Continue Reading

You'll Also Like

129K 21.2K 52
[B E R T I G A B E L A S] ▪︎selesai▪︎ • College but not about collegelife in campus • Semi-baku • Lokal AU 13 orang terpilih dari dua perguruan tingg...
379K 158 11
FOLLOW AKUN INI DULU, UNTUK BISA MEMBACA PART DEWASA YANG DIPRIVAT Kumpulan cerita-cerita pendek berisi adegan dewasa eksplisit. Khusus untuk usia 21...
38.5K 2.1K 12
Cinta itu tidak selamanya harus diucapkan, bukan? Karena terkadang, semakin sering diutarakan perasaan itu akan semakin hambar.
17.4K 10.8K 45
Cerita ini pernah diikutsertakan dalam event GMG Hunting Writers 2021. ••• Jatuh cinta adalah sebuah proses alami yang begitu indah tetapi cukup rumi...