MENDADAK CUPID! [TAMAT]

By KaiElian

67.6K 15.9K 1.4K

Sewaktu Gigi menyelamatkan seekor merpati yang sayapnya patah, dia nggak menyangka bahwa merpati itu bakal be... More

Selayang Pandang
Prolog yang nggak panjang
1. Saranghae tapi bo'ong
2. Gigi Patah Hati Terus Ketemu Merpati
3. SURRRRPRIIIIISEEEEE!
4. Ini Bukan Mimpi, kan?
5. Pesan Dari Bosque
6. Bikin Dia Jatuh Cinta!
7. Gara-gara Puisi Cinta
🌟 Puisi Cinta: How Do I Love Thee? 🌟
8. Bu Olin vs. Miss Rebecca
9. Cinta Datang Tak Terduga
10. Si Ahli Bikin Anak
11. Pelatihan Cupid Sejati
12. Proyek Kedua
13. Huru-hara Tim Hore
14. Balada Cinta Nyasar
16. Sang Ular
17. Kisah Amore
18. Cinta Monyet
19. Coki dan Amel
20. Teka-Teki Cinta
21. Kasih Seorang Sahabat
22. Kejutan Timbangan
23. Kabar Baik
24. Permintaan Gigi
25. Proyek Terakhir
🌟 Tips Cinta Dari Amore 🌟
26. Rahasia Mama Gigi
27. Wacana Akhir Pekan
28. Pilihan
29. Yang Terkubur Dalam Gelap
30. Pesta Ulang Tahun
31. Masa Lalu
32. Terpampang Nyata
33. Mahadaya Cinta
🌟 The Angels: Amore, Nana, Lulu & Ankur 🌟
🌟 The Human: Gigi, Ciko, Rene 🌟
Epilog
🌟 Tentang "Mendadak CUPID!" 🌟

15. Cinta dan Benci

1.2K 360 14
By KaiElian


Desas-desus tentang Pak Jono yang kerasukan menghebohkan satu sekolah.

Untungnya sebelum beliau diamankan oleh guru Agama dan batalion guru-guru lainnya di UKS, Gigi sempat mencabut panah itu. Pak Jono tidak berubah dan masih memanggil-manggil 'bebeb' nya, si Mang Ucup.

"Tingkat kasmarannya berbeda di tiap orang," kata Lulu saat jam istirahat. "Semakin berpengalaman seseorang dengan cinta, semakin kuat dampaknya."

Gigi menyesal kenapa tadi pagi dia begitu terburu-buru. "Maaf, Lulu. Tadi pagi aku terbawa emosi, makanya jadi nggak fokus."

"Nggak apa-apa, Gigi," kata Lulu baik hati. "Aku juga minta maaf karena menertawakan kamu pas pelatihan dan selalu buru-buru menyuruh kamu."

"Cie, cieee..." goda Ciko. "Udah pada maaf-maafan nih. Pelukan dong."

"Nggak usah aneh-aneh deh, Ko. Di mata orang-orang, kelihatannya gue meluk udara!"

"Oh, iya. Betul."

Gigi menunjuk Mak Hasiholan yang sedang sibuk melayani anak-anak. Wanita itu berteriak-teriak galak sambil menunjuk anak-anak yang tidak tertib. "Hoi, antre kau lae! Kau pikir ini kantin mamak-mu?"

Ciko bersandar di tembok dan bersedekap. "Memangnya bisa Mang Ucup naksir sama perempuan kayak gitu?"

"Harus bisa," jawab Gigi. Setelah salah sasaran tadi, tekadnya yang sempat surut terbit lagi. "Kata Amore, kita harus menemukan kelebihan sama kekurangan Mak Hasiholan sama Mang Ucup."

"Tapi apa kekurangan si Mak?" tanya Ciko. "Dia kan setrong begitu."

Sebagai penguasa kantin, nggak ada yang berani melawan Mak Hasiholan. Para preman kelas dua belas yang paling bandel sekalipun bertekuk lutut di hadapan si Mak. Bahkan para guru juga takut kalau si Mak sudah mulai "mengaum". Supaya kalian dapat bayangan betapa perkasanya Mak Hasiholan, bayangkan ibu kalian dalam keadaan marah maksimal, guru paling galak, dan teman paling jutek. Kalau masih kurang, boleh juga tambahkan kemarahan ibu-ibu kompleks yang sampai hari ini belum dapat bansos Corona. Lalu gabungkan semuanya itu dengan ketangguhan seekor singa jantan dan kekuatan selusin badak. Ya, kira-kira seperti itulah.

"Gimana kalau..." Gigi dapat ide. "Kita tanya aja?"

"Maksud lo, Gi?" tanya Ciko dan Lulu berbarengan.

Tanpa memedulikan kebingungan Ciko dan Lulu, Gigi berdeham lalu mendekati Mak Hasiholan. Kebetulan antrean di depan konter si Mak sudah mulai berkurang.

"Mak," sapa Gigi dengan suara dimanis-maniskan. "Boleh nanya sesuatu nggak?"

"Ngapain kau tanya-tanya aku? Kau pikir aku emakmu?"

"Duileh, Mak. Jangan gitu, dong. Aku mau nanya hal penting, nih..."

Mak Hasiholan berpaling dan menatap Gigi dengan tatapan setajam silet. "Apa yang mau kau tanya-tanya ke aku?" Dia bertanya galak. Logat Bataknya yang kental membuat suaranya terdengar tambah garang. "Lagi sensus penduduk kau?"

Ciko dan Lulu mengikuti Gigi di belakangnya karena penasaran.

"Ini aku lagi bikin umm... penelitian," kata Gigi. Dia tergoda untuk bohong tapi cepat-cepat dibatalkannya niat itu. "Tentang perempuan-perempuan tangguh. Mak kan udah terkenal banget di kantin ini."

"Terkenal cantik kan aku ini?" serobot si Mak. "Macam si Raisa itu, ya? Yang artis itu, tau nggak kau? Yang suka nyanyi lagu Batak itu."

"Err..." Raisa nyanyi lagu Batak? "Kurang lebih. Sebelas dua belas lah, Mak. Sama kuat juga."

"Kuat?" Mak Hasiholan mendengus terhina. "Kau bilang aku apa?"

"K-kuat..." Gigi jadi panik. "Kuat menghadapi cobaan hidup maksudnya."

Mak mencebik kurang puas. "Eh, sombong kali, kau! Kau pikir hidupku ini sudah, hah?"

"Jangan marah gitu, Mak..." Gigi melanjutkan dengan gigih. "Itu kan kelebihan Mak. Kalau kekurangan ada nggak Mak?"

Mak Hasiholan mengusap-usap dagunya yang berlapis-lapis. "Kekurangan, ya? Hmm, susah kali pertanyaan kau ini. Apa ya? Kalo cantik aku udah paling pol. Uang? Banyak. Satu sekolah ini kan cuma aku yang boleh jualan. Kalo aku nggak dagang tewas kelaparan kalian semua. Hahaha! Soal kuat, udah pasti. Nggak ada yang berani macam-macam sama aku di sini!"

"Kekurangan, Mak," Gigi memelas. Ternyata aku meremehkan kadar kepercayaan diri si Mak! "Ayo dong... Pasti ada kurangnya, kan?"

Mak Hasiholan meringis tak sabar. "Aku sempurna, tahu kau lae?"

Ciko mulai terbahak geli, tapi Gigi menendang kakinya supaya diam. "Kalau kasih sayang dan kehangatan? Kira-kira kekurangan nggak, Mak?"

Si penjaga kantin melotot. Wajahnya berubah merah padam, dan tangannya yang gempal langsung bertengger di pinggang. "Kau bilang aku apa? Eh, lancang kali mulut kau ini! Nuduh aku macam-macam kau rupanya, ya?"

Gigi langsung mundur. Ciko menariknya supaya cepat-cepat kabur dari kantin. Kemarahan si badak betina sudah bangkit.


...


Mereka bertiga pindah ke halaman depan dan menenangkan diri di bawah sebuah pohon rindang dekat pos satpam.

"Elo sih, Gi!" kata Ciko menyalahkan. "Udah tau si Mak itu emosian. Pake lo tanyain macem-macem lagi. Jadinya ngamuk kan!"

"Gue kan mencoba, Ko!" kata Gigi. "Kayaknya harus ganti strategi, deh. Nggak bisa pakai cocok-cocokan antara kekurangan atau kelebihan."

"Gimana kalau kasih kado?" usul Lulu. "Kayak waktu kita kasih bingkisan misterius buat Eka? Tapi kali ini kita pastikan Cinta sendiri yang menerimanya."

Setelah kegagalan dengan Pak Eka, Gigi sebetulnya kurang yakin dengan saran itu. Dia sedang memikirkan opsi lainnya ketika ada yang menghampiri pos.

"Siang, om!"

Yang menyapa itu adalah seorang anak laki-laki berseragam SD. Gigi menebak anak itu pasti nggak lebih dari sepuluh tahun. Pipinya bulat tembam dan celana pendeknya terangkat sampai di atas perut.

"Halo!" Mang Ucup keluar dari posnya. "Wah, adek siapa?"

"Aku Ucok," kata anak itu. "Aku mau ketemu Mama."

Gigi, Ciko dan Lulu menonton dengan ingin tahu.

Mang Ucup menggeser pagar sampai terbuka dan menunduk di depan anak kecil itu. "Mama kamu siapa, Ucok? Apa Mama kamu guru di sini?"

Ucok menggeleng. "Bukan. Mamaku di kantin. Hari ini aku pulang cepat, makanya aku mampir dulu ke sini."

Gigi dan Ciko ber-ooh serentak. "Anaknya si Mak!" kata Lulu.

"Sekarang masih jam istirahat, kakak-kakak di dalam belum masuk kelas," kata Mang Ucup ramah. Dia menyilakan Ucok untuk masuk. "Kamu tunggu di sini dulu, ya? Mamang temanin. Nanti selesai istirahat, Mamang antar ke kantin."

Ucok mengangguk patuh dan menunggu di dalam pos satpam. Mang Ucup menawari anak itu kue kering dari toples dan mulai mengajaknya ngobrol. Awalnya Ucok masih jaim, tapi lama-lama dia mulai akrab dengan Mang Ucup. Ucok bercerita tentang sekolahnya, ibunya dan ayahnya yang menikah lagi. Mang Ucup juga bercerita tentang istrinya yang meninggal beberapa bulan lalu karena kanker.

Gigi terkejut mendengar cerita itu. Dia sama sekali nggak tahu kalau suami Mak Hasiholan sudah meninggalkannya, begitu juga dengan mendiang istri Mang Ucup. Sekarang dia paham maksud Bosque menjodohkan Mak dengan Mang Ucup. Dua orang itu saling butuh pendamping.

"Kayaknya Mang Ucup sayang sama anak kecil," kata Ciko setelah mereka mengamati selama beberapa menit. "Si Mak harus melihat ini!"

Gigi paham apa yang dimaksud Ciko. "Tapi gimana caranya, Ko?"

"Nanti lo samperin aja mereka berdua pas Mang Ucup nganterin Ucok!"

Mereka masih mengamati Ucok dan Mang Ucup yang masih asyik bercerita di pos satpam sampai bel pertanda istirahat berakhir berbunyi. Gigi mengeluarkan busur dan panahnya, lalu menjadikan dirinya kasat mata untuk menyusul Mang Ucup yang mengantar Ucok bertemu ibunya di kantin. Lulu ikut bersamanya.

Setelah Gigi pergi dan Ciko kembali ke kelas, sesosok pria bertanduk dengan mata merah menyala dan kulit bersisik yang sedari tadi menunggu di balik semak-semak bergerak. Dia menatap Gigi yang tak kelihatan, lalu tersenyum culas. 

Continue Reading

You'll Also Like

28.7K 1.5K 61
Masalah yang dihadapi oleh Medina itu klise. Dia naksir sama orang yang salah. Bukan orangnya yang salah tapi pilihan Medina yang keliru. Jelas saja...
3.3K 879 40
"Cinta itu universal, tak mengenal batas dan perbedaan" Louis seorang gadis biasa yang kebetulan berprofesi sebagai penyanyi di sebuah club malam sec...
263K 3.2K 3
Namaku Dara. Cita-citaku jadi MA. bukan Magister Akuntansi atau Mahkamah Agung, tapi Mahasiswa Abadi. Semua itu karena Mama. Dia yang memaksaku menik...
29.5K 3.3K 13
[Completed] [ Pemenang Wattys 2018 Kategori The Hidden Games ] Namanya Zidqi Alanfa, teman sekelas ku yang termasuk dalam perhitungan cowok baik-ba...