Yutubir [END]

By Stephn_

2.4M 247K 80.6K

PART MASIH LENGKAP "Karena lo gue berhenti jadi yutuber. Yuk, tubir aja!" -Cecilia Yolanda Lestari ••• Memend... More

Yu(k) Tubir
Bab 1-Si Youtuber
Bab 2-Bencana
Bab 3-Transformasi
Bab 4- Perempuan Dewasa
Bab 5-Firasat
Bab 6-Melindungi
Bab 7-Menunggu
Bab 8-Terlupakan
Bab 9-Pesta
Bab 10-Asam Daddy
Bab 11-Mukbang
Bab 12-Berunding
Bab 13-Holiday
Bab 14-Lombok
Bab 15-Lombok- Day 1
Bab 16-Lombok- Day 2
Bab 18-Lombok-Day 3
Bab 19-Lombok- Day 4
Bab 20-Debaran
Bab 21-Bingung
Bab 22- Lombok Day 5
Bab 23-Lucu
Bab 24-Last Day
Bab 25-Mimpi yang mati🥀
Bab 26-Tanggung jawab
Bab 27-Traktiran
Bab 28-Gantungan kunci
Bab 29-Part I- New Year Party
Bab 29-New Year Party (2)
Bab 30-Under The Sea..🐳
Bab 30-Under The Sea 🐳 (Part II)
🦋SPOILER YUTUBIR AFTER MARRIED🦋
🦋SPOILER YUTUBIR AFTER MARRIED (Part 2) 🦋
TRILOGI

Bab 17-Penyelamat

47.2K 7.9K 3.3K
By Stephn_



Cil..

Cecil..

Cecilia..

Sayup-sayup Cecilia mendengar seseorang memanggil namanya. Beberapa kali Cecilia merasakan belaian lembut di puncak kepalanya. Perlahan Cecilia mengerjapkan mata, sinar matahari yang menyorot terik membuatnya kembali memejamkan mata.

Namun saat Cecilia mulai dapat menyesuaikan diri, pemandangan yang pertama kali dilihatnya justru...

George?

Cecilia refleks membulatkan mata, mengerjap beberapa kali. Tunggu dulu, apa sekarang Cecilia benar-benar sudah tidak hidup di bumi sampai-sampai pemandangan yang pertama kali ia lihat justru wajah musuh bebuyutannya?

Mungkin ini karma, terlalu benci pada seseorang sampai di akhirat dihantui oleh wajahnya.

Kehaluan Cecilia langsung hancur saat melihat George menghela nafas lega. Saat ini Cecilia sedang berbaring di atas kapal, hanya bersama George dan juga Dendi.

Entahlah Cecilia harus merasa bersyukur sudah ditemukan atau justru takut karena George adalah orang yang menyelamatkannya. Sudah pasti karena Dendi tidak ikut menyelam dan bertugas menjaga kapal.

Terlebih saat melihat ekspresi khawatir George berubah garang. Cecilia langsung menciut, sudah siap diceramahi panjang lebar karena perbuatannya. Pasti pria itu akan mulai menghujatnya dengan kata-kata pedas seperti biasanya. Tetapi kali ini Cecilia merasa pantas dimarahi karena tindakannya barusan memang sangat berbahaya. Jika ayahnya tahu, pasti Cecilia juga akan dimarahi habis-habisan.

Cecilia refleks memejamkan mata saat melihat tangan George terkepal erat. Kedua matanya refleks terpejam saat melihay George mengayunkan tangannya.

Oke, George mungkin marah dan kesal. Tapi bukan berarti pria itu berhak menyakiti fisiknya bukan?

Heboh Cecilia menggerakkan kedua tangannya hendak melawan. "Jangan pukul gu–"

Namun ucapan dan perlawanan Cecilia langsung terhenti saat menyadari George bukan melayangkan pukulan padanya tapi justru.. memeluknya?

Cecilia mematung merasakan tubuhnya sudah terkurung di dalam pelukan George. Pipi Cecilia terasa memanas saat tidak sengaja tangannya menyentuh dada bidang George.

Omo..omo..omo.., jerit hati Cecilia meronta-ronta.

"Lo.." George menyandarkan keningnya di pundak mungil Cecilia. "Enggak bisa, ya, sehari aja jangan bikin gue repot?"

Bibir Cecilia masih bungkam, takut salah bicara. Cecilia dapat merasakan jantung George berdebar kencang dengan nafas tak beraturan. Terlihat sekali pria itu pasti susah payah menyelamatkannya tadi. Melawan arus untuk membawanya kembali ke kapal.

Cecilia jadi merasa bersalah.

Entahlah, Cecilia hanya kesal pada dirinya sendiri. Terlebih saat melihat ke arah kamera Go-pro –yang ajaibnya tidak tenggelam di laut– di atas kursi.

Mungkin benar, kehadiran Cecilia memang merepotkan. Cecilia terlalu keras kepala ingin membuat konten sampai lupa pada keselamatannya sendiri dan berakhir merepotkan.

Lagi-lagi Cecilia hanya bisa menyusahkan George. Satu fakta itu entah mengapa membuat hati Cecilia terasa sakit. Pantas saja pria itu hanya memandangnya anak kecil, dibandingkan dengan Keyla yang serba bisa jelas Cecilia bukan apa-apa.

Merasa cukup tenang, George melepaskan pelukannya. Tatapannya tertuju pada Cecilia, mengamati setiap inci tubuh gadis itu. Memastikan tidak ada luka serius.

"Gue nyusul yang lain dulu, mau kasih kabar kalau lo udah ketemu," George bangkit berdiri, kembali memasang peralatan snorkling. "Jangan ke mana-mana."

Cecilia mengangguk tanpa berani balas menatap George.

Setelah memastikan George sudah pergi, air mata Cecilia langsung membasahi kedua pipinya. Cecilia benar-benar merasa tidak berguna, pasti sekarang semua orang repot karenanya.

"Jangan nangis mbak," Dendi memberikan handuk kering pada Cecilia. Menatap iba.

Cecilia menerima handuk itu, menjadikannya selimut karena semilir angin mulai membuatnya kedinginan. Sesekali Cecilia mengusap hidungnya yang berair.

"Makasih," ucap Cecilia dengan seulas senyuman.

Dendi duduk di kursi, berhadapan dengan Cecilia. "Kejadian kayak gini sering terjadi, kok. Jadi jangan terlalu dipikirin. Lagian yang penting mbak udah aman sekarang."

"Iya," Cecilia tersenyum, kali ini lebih tulus. "Makasih Kak Dendi udah hibur Cecil."

"Sama-sama," Dendi balas tersenyum. "Ngomong-ngomong tadi awalnya saya kira mas yang selamatin mbak itu pacaran sama model cantik. Ternyata saya salah, toh?"

"Hah?" Cecilia mengerjap bingung.

"Iya, mas yang barusan selamatin mbak. Saya pikir awalnya dia pacaran sama si model cantik yang pakai baju merah. Eh, ternyata pacarnya mbak."

"Heh?" Cecilia membelalakkan mata. "Pacar saya?"

Dendi mengangguk.

Cecilia menggeleng cepat, sedikit panik. "Bukan kak, saya belum punya pacar."

"Masa?" Dendi menaikkan kedua alis. "Berarti hampir  pacaran sama mas yang tadi?"

Oke, Cecilia mulai heran kenapa Dendi terlihat yakin sekali jika dirinya ada hubungan lebih dengan George.

"Kakak mikir ini cuma karena dia nyelamatin saya?" Cecilia tertawa. "Bukan, kita bahkan musuhan."

"Musuhan? Lah, padahal tadi kelihatan mesra banget mbak. Apalagi waktu masnya kasih napas—"

Pip..pip..

Suara alarm membuat Dendi tidak sempat menyelesaikan ucapannya. Pria itu langsung panik menjalankan kapal, sudah waktunya menjemput Mas Jono dan anggota lainnya untuk kembali.

Tak berapa lama Mas Jono dan teman-teman yang lain mulai terlihat mendekat ke arah kapal. Saat semuanya sudah naik ke atas kapal, hal yang pertama kali dilakukan adalah menghampiri Cecilia.

"Anjir.. lo bego banget kesel gue!" Elsa merengek sambil memeluk Cecilia.

Laila tidak banyak bicara, hanya terus memeluk Cecilia. Merasa lega melihat sahabatnya baik-baik saja. Laila segera menarik Elsa saat melihat Jack menghampiri Cecilia.Jack langsung memeluk erat tubuh Cecilia.

"Waktu denger lo hilang, gue selalu percaya lo selamat. Karena gue yakin nyawa lo itu sebenernya ada sembilan," bisik Jack.

"Memangnya gue kucing?" Cecilia mendengus geli. "Tapi ada benernya, sih. Gue pikir tadi udah jadi akhir hidup gue di bumi."

"Jangan ngomong gitu," tegur Adel sebelum menggeser pelan tubuh suaminya agar bisa memeluk Cecilia. "Syukur kamu baik-baik aja."

Cecilia memejamkan mata menikmati kehangatan pelukan Adel. Entah mengapa pelukan Adel terasa nyaman dan menenangkan. Pantas saja kakak sepupunya super bucin.

Semua orang bergantian memastikan kondisi Cecilia kecuali Hans.

Hans sejak tadi hanya berdiri diam merasa bersalah.

"Kenapa muka lo gitu?" goda Cecilia berusaha mencairkan suasana saat Hans memberanikan diri duduk di sampingnya.

"Ce, sorry banget gue enggak bisa jagain lo," Hans menghela nafas berat. "Tadi gue pikir lo ada persis di belakang gue. Tapi waktu udah jauh, tiba-tiba lo enggak ada. Padahal gue udah janji mau jagain lo tapi gue bahkan terlalu lambat untuk–"

"Makasih, ya?" Cecilia sengaja memotong ucapan Hans. "Makasih lo udah berusaha jagain gue. Serius semua ini salah gue karena terlalu asik rekam sampai ketinggalan. Kaki gue tiba-tiba keram tadi dan itu bukan salah lo."

Hans mengeraskan rahang, merasa tersentuh dengan ucapan Cecilia. "Tapi Ce, gue bener-bener gagal–"

"Jangan salahin diri sendiri lagi, gue justru merasa bersalah Hans," Cecilia tersenyum tipis. "Lagian aneh banget asli lihat lo menye-menye gini. Santai aja, lagian gue udah aman sekarang. Anggep aja yang tadi pengalaman? Gue bakalan lebih hati-hati setelah ini."

Cecilia tersenyum, berusaha menenangkan semua orang. Menyembunyikan perasaan bersalah karena membuat semua orang khawatir. Bukan, Cecilia lebih merasa sedih karena telah menjadi beban untuk semua orang. Cecilia mengalihkan pandangan, berlagak sibuk melihat pemandangan. Meski diam-diam Cecilia sesekali mengusap air mata yang nyaris terjatuh membasahi pipinya.

Cecilia tidak menyadari tingkahnya itu tertangkap basah oleh sepasang mata yang terus memperhatikannya dalam diam.

🐵🐵🐵

Cecilia menatap kosong uap yang mengepul dari cangkir susu hangat di tangannya.

Saat semua orang memilih untuk bersantai di dalam vila, Cecilia justru ingin menyendiri di teras. Menikmati segelas susu cokelat hangat yang tadi Adel buatkan untuknya.

Mengerti Cecilia sedang ingin sendiri, Adel melarang semua orang untuk menghampiri Cecilia di teras. Membiarkan Cecilia menenangkan diri. Kejadian tadi bukan masalah sepele, wajar jika Cecilia sedikit terpukul dan trauma. Semua orang mendadak peka dengan perubahan suasana hati Cecilia karena biasanya gadis itu selalu ceria dalam segala situasi. Namun, sejak pulang tadi Cecilia lebih banyak diam. Senyumnya juga terlihat seperti dipaksakan.

Cecilia meneguk pelan susunya, menikmati rasa manis yang sedikit menenangkan hatinya.

"Ngenes banget duduk sendirian kayak gitu."

Suara bariton itu refleks membuat Cecilia menoleh. Betapa terkejutnya Cecilia saat melihat George bersandar santai di dinding dekat pintu masuk. Entah sejak kapan pria itu ada di sana, mengamatinya.

Tanpa mempedulikan tatapan bingung Cecilia, George berjalan mendekat. Duduk di samping Cecilia.

Cecilia pikir George akan mengajaknya berkelahi seperti biasa. Kenyataannya pria itu hanya diam, memandangi langit malam yang terlihat sedikit berawan.

Cukup lama tidak ada pembicaraan di antara keduanya. George sibuk memejamkan mata dengan bibir bungkam, sementara Cecilia diam-diam memperhatikan pria itu.

"Enggak dingin?" tanya George masih dengan mata terpejam.

"Enggak gue, kan,  pake hoodie."

George terkekeh, perlahan kedua matanya terbuka. Menatap geli Cecilia. "Seharusnya lo jawab dingin."

"Hah?" Cecilia mengerutkan kening. "Kenapa gue harus bohong?"

Sesaat George kembali diam, melihat ekspresi polos Cecilia.

"Biar gue bisa punya alasan buat peluk lo."

"Eh?"

George menolehkan kepala, menatap tenang Cecilia yang masih tampak terkejut mendengar ucapannya barusan. Bukannya memberi penjelasan, George justru mempertahankan posisinya. Memandang lurus Cecilia.

Cecilia mulai merasakan sengatan hangat mulai membakar kedua pipinya. Cecilia tidak bisa membayangkan ekspresinya seperti apa sekarang, yang jelas jantungnya berdebar tidak karuan seperti sedang ada pertunjukan band di dalam sana.

George tersenyum. "Itu taktik dasar modus dan lo enggak tahu? Pantes jomlo."

"Dih," Cecilia mengalihkan wajahnya berlawanan arah dengan George. Menyembunyikan wajahnya yang merah padam. "Kayak lo enggak aja."

"Sebenernya gue masih bisa bales tapi berhubung gue lagi capek," George membenarkan posisi duduknya, kembali memejamkan mata. "Gue mau tidur bentar. Bangunin kalau lo udah mau balik."

"Hah? Kenapa enggak tidur di dalem–"

"Sst.." George meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya, masih dengan mata terpejam. "Jangan berisik."

Cecilia membelalakkan mata tidak percaya, bisa-bisanya George memilih tidur di kursi sekeras ini dari pada di ranjang kamar yang jauh lebih nyaman.

Suara ombak pantai terdengar jelas di antara kesunyian malam. Semilir angin yang membelai lembut terasa menenangkan. Rasanya hati Cecilia menjadi lebih hangat sekarang.

Mungkin bukan karena suara ombak atau angin yang berhembus. Sepertinya rasa hangat dan nyaman di hatinya muncul karena pria yang sedang tertidur di sampingnya?

Cecilia meletakkan cangkirnya di atas meja sebelum menekuk kedua kakinya, duduk meringkuk dengan dagu bersandar di lututnya. Kepalanya sedikit menoleh, mengamati George yang sudah benar-benar terlelap.

Belakangan Cecilia tahu George mungkin sedang berusaha menghiburnya. George hanya tertidur tanpa berniat mengajaknya bicara, namun pria itu tidak membiarkannya sendirian. Fakta itu membuat Cecilia tidak mampu menyembunyikan senyuman.

"Makasih," cicit Cecilia menyerupai bisikan.

Tatapan Cecilia beralih pada langit malam, kedua matanya terpejam dengan bibir tersenyum tulus. Menikmati keheningan yang berhasil menenangkannya.

Perlahan ujung bibir George tertarik sedikit ke atas, membentuk seulas senyuman. Masih dengan kedua mata terpejam.

🐵🐵🐵

Next?

Yuk beri aku emoticon 🌙⭐️ Bulan dan Bintang yang banyak supaya notipku indah wkwk

Udah mulai mencium aroma yang berbeda? 🌝

Btw, kondisi saat ini....

Continue Reading

You'll Also Like

358K 82.6K 39
(Romantic Comedy) #2 Campus Series Cloud dan Unique bertemu di kampus Cinta Hati. Mereka sama-sama menjadi dosen untuk fakultas hukum. Kedekatan mer...
1.9M 72.3K 60
"Kenapa semua orang selalu ngebandingin aku sama Radith? Aku tau penampilanku emang jadul, cupu, beda seratus depalan puluh derajat sama Radith yang...
1M 195K 44
Namanya Auriga Arsa. Aku tidak tahu apapun tentangnya selain bahwa ia suka kopi hitam. Aku bahkan tidak tahu wajahnya seperti apa. Pesanan kopi atas...
39.9K 5.1K 43
Reading List Teenlit Indonesia Mei 2019 [COMPLETED] [Tahap Revisi Perlahan] Hal terbodoh yang pernah Shafiya lakukan: 1. Merogoh kocek lumayan dalam...