DIA AKSARA

By Preciousjuni

115K 13.5K 3K

Disarankan untuk follow terlebih dahulu :) *** Entah sebuah anugrah atau musibah bagi Netta ketika menjalin h... More

ATTENTION
AKSARA [2]
AKSARA [3]
AKSARA [4]
AKSARA [5]
AKSARA [6]
AKSARA [7]
AKSARA [8]
AKSARA [9]
AKSARA [10]
AKSARA [11]

AKSARA [1]

21.1K 2.1K 495
By Preciousjuni

"Percaya sama diri sendiri, karena kalau bukan kita ya siapa lagi, Upin Ipin? Jangan ngimpi."
-Aksara Tangguh Perwira-

******

"Woy, San! Si Kornet mana?" Tanya Aksa dengan nafas ngos-ngosan kepada Sania sahabat sekaligus teman sebangku Netta dikelas tiga.

Sania yang tengah memakan cuankinya seketika tersedak karena kaget ketika Aksa tiba-tiba datang dari arah belakang menepuk pundaknya.

"Uhuk uhuk." Sania terbatuk seraya menggapai-gapai meminta air minum, Lukman yang juga sahabat Sania dan Netta langsung memberinya air minum yang langsung diteguk habis oleh Sania.

Setelah batuknya reda, Sania menatap Aksa yang cengengesan dengan mata tajam. "Bisa gak sih tenang dikit?" Ujarnya kesal.

Aksa menggaruk belakang kepalanya. "Ya sorry, tapi serius ini si Netta kemana? Kok gak ikut ke kantin?"

Sania memicingkan mata. "Nah pasti ini mah, udah jelas. Lo biang keroknya."

"Lah kok gue?" Ujar Aksa kurang paham, baru juga dirinya datang ke sekolah setelah bolos dua jam pelajaran. Padahal ini hari pertama masuk setelah libur kenaikan kelas.

"Luk, jelasin sama ini Baboon." Ujar Sania kepada Lukman. Dia malas harus menjelaskannya.

"Ya elu, biang keroknya yang buat temen tercinta terkasih tersayang gue moodnya ancur." Ujar Lukman kesal dengan nada tidak kalah ceriwisnya seperti Sania, cowok itu memang sedikit melambai.

Bagaimana dia tidak ikutan kesal, kalau sahabatnya-Netta-dari pagi hingga jam istirahat ini menjadi sangat pendiam. Sania yang mengajak bicara juga hanya ditanggapi seadanya. Sudah pasti ini berkaitan dengan Aksa.

Aksa mengacak rambutnya. "Pasti ini gara-gara yang kemaren." Gumamnya yang mampu didengar oleh Sania dan Lukman.

"Emang lo kemaren ngapain?" Todong Sania.

Aksa terdiam sebentar, terlihat tengah berpikir. "Ya itu, gue ngilang gak ada kabar." Ujarnya terdengar tidak yakin.

Lukman menggeleng tidak percaya. "Gak mungkin temen tercinta terkasih tersayang gue sampe jadi diem begitu kalo lo gak ada kabar sehari. Pasti lo ketauan selingkuh lagi kan?" Ujarnya dengan mata menyelidik membuat Aksa berdiri salah tingkah. Menurut Lukman, Netta itu orangnya tidak terlalu posesif, jadi Aksa menghilang sehari saja tidak akan membuatnya misuh-misuh seperti perempuan kebanyakan kecuali kalau Aksa ketahuan selingkuh.

"Nggaklah, selingkuh apaan gue kan setia." Ujar Aksa seraya merapihkan kerah seragamnya dengan gaya terlihat songong.

Sania mendecih, padahal dia saksinya ketika melihat Netta menangis karena memergoki Aksa jalan bersama perempuan lain setelah diselidiki selama satu minggu berturut-turut. Bukan hanya sekali tapi berkali-kali.

"Iya, setiap tikungan ada." Sarkas Sania yang hanya ditanggapi cengengesan oleh Aksa.

"Sana lo samperin my baby Nenet, terus minta maaf. Kalo sampe abis ini dia tetep murung. Siap-siap aja Vespa butut lo gue kiloin." Ujar Lukman dengan penuh intimidasi.

Aksa mendengus. "Upil lo gue kiloin." Ujarnya setelah itu beranjak pergi hendak menyusul pacarnya. Namun baru juga tiga langkah, dia menepuk keningnya kemudian berjalan kembali ke arah meja Sania.

"Gue lupa, kan kita udah kelas tiga. Nah, kelas si Kornet dimana?" Tanya Aksa kepada Sania dan Lukman yang sudah menghela nafas jengah.

"Kelas pacar sendiri aja gak tau lo, pacar macam apaan kau ini, Bung." Ujar Lukman dengan logat batak yang berantakan.

Aksa menggerakan tangannya seolah hendak menempeleng kepala Lukman. "Yeu, bukan begitu, siluman. Gue kan baru dateng tadi. Dia juga dihubungin kagak bisa, nomer gue di blokir lagi kayaknya." Ujarnya.

"Amit-amit gue dapet cowok modelan kayak lo. Kok bisa ya si Netta tahan sama sempak firaun." Ujar Sania seraya mengetukan tangannya di atas meja.

"Anjir sempak Firaun, gini-gini juga si Netta cinta mati sama gue." Ujar Aksa yang langsung mendapatkan respon dari Sania dan Lukman seolah-olah ingin muntah.

Bukannya tersinggung atau apa tapi Aksa malah cengengesan. "Baru kali ini gue liat muntahan babi mau muntah." Ujarnya tanpa berpikir panjang.

Sontak Sania langsung berdiri hendak memukul Aksa. Namun dengan sigap Aksa berlari terbirit-birit sambil tertawa. Mengenai dimana kelas Netta sekarang, dia bisa bertanya kepada orang-orang yang berpapasan dengannya di lorong. Soalnya kalau harus kembali ke lantai satu untuk melihat mading, dirinya malas sekaligus takut bertemu dengan Bu Tuti, guru kesayangannya.

******

"Yang, jangan diem begini dong ntar lo kesurupan bisa berabe. Yang susah siapa? Pasti ustad." Ujar Aksa seraya memainkan rambut Netta yang tengah menelungkupkan kepalanya di antara lipatan tangan di atas meja.

Sedari tadi semenjak Aksa datang, Netta tidak merespon sama sekali apalagi mengubah posisinya. Tapi Aksa tahu kalau Netta mendengar ucapannya meskipun telinga gadis itu tengah disumpal oleh headset.

Aksa ikutan menaruh wajahnya di atas meja dengan sebelah tangan yang masih setia memainkan rambut panjang Netta.

"Sumpah kemaren gue abis futsal terus ketiduran. Jadi gak sempet ngasih kabar." Ujar Aksa masih dengan dugaannya kalau Netta marah karena tidak diberi kabar.

"Net, ngomong dong hey. Allah kasih mulut gunanya buat apa? Salah satunya ya buat ngomong. Nanti Allah marah loh, terus diambil lagi mulutnya. Kalo gak ada mulut, ntar kita gak bisa ci-"

Brak

Netta menggebrak meja dengan kesal sehingga membuat Aksa kaget sekaligus sakit telinga karena efek suara yang ditimbulkan.

"Bisa diem gak sih? Mulut lo itu kayak petasan gantung, berisik." Ujar Netta dengan intonasi yang tinggi setelah menegakan tubuhnya. Persetan dengan teman-teman sekelasnya yang saat ini tengah memperhatikan perdebatan unfaedah ini.

Aksa mengusap sebelah telinganya yang masih berdengung. "Si kornet kampret lo, kalo gue budek gimana? Mau lo punya cowok bolot?"

Netta menipiskan bibirnya kemudian menggerakan tangan seolah tengah meremas kertas di depan wajah Aksa. "Gue sebel sama lo, Aksara!" Ujarnya setelah itu membuang muka dengan tangan terlipat di depan dada.

Aksa menghela nafas mencoba bersabar supaya mulut cabenya tidak keluar ketika menghadapi Netta yang tengah merajuk.

"Sebel kenapa? Ngomong dong, Net. Kan gue udah minta maaf kalo kemaren ngilang gak ada kabar." Ujarnya lembut tapi terdengar serius. Mungkin orang-orang akan kaget ketika menyaksikan perubahan sikap Aksa yang biasanya terlihat slengean tidak jelas tiba-tiba menjadi serius.

Netta mendengus. "Kemaren abis futsal lo langsung kemana?" Tanya Netta dengan mata menatap Aksa tajam.

Aksa mengerjapkan mata kemudian menggaruk tengkuknya gugup. Ternyata jantungnya masih lemah ketika melihat tatapan Netta. "Ya gue langsung pulang terus tidur, makanya gak sempet ngasih kabar." Ujarnya dengan pandangan yang melihat ke segala arah.

"Bohong." Ujar Netta tidak percaya.

"Beneran, sumpah deh." Ujar Aksa seraya mengangkat kedua jarinya.

"Lo bohong Aksara Tangguh Perwira." Tunjuk Netta di depan wajah Aksa seraya menekan disetiap katanya.

Aksa sampai gelagapan dibuatnya. "Nggak, sumpah. Gak bohong. Tanya aja si Ardan, dia ikut futsal kemaren." Sangkal Aksara seraya menggelengkan kepala.

Netta masih belum melepaskan tatapan mautnya sehingga membuat Aksa tidak nyaman. Kalau di tempat sepi sih hayu aja, paling ujung-ujungnya kissing pikir Aksa.

"Denger ya Aksara Tangguh Perwira, kemaren pas jam empat lebih dua puluh lima menit empat detik, gue liat lo bonceng cewek di jalan deket pecel lele tempat biasa lo ngajak makan gue. Bisa dijelesain itu siapa lagi? Adek? Kakak? Sepupu? Keponakan? Tante? Ayo siapa lagi." Jelas Netta yang sangat rinci. Karena dia sudah khatam betul dengan berbagai alasan yang Aksa buat ketika terpergok sedang jalan bersama perempuan.

Padahal keluarga Aksa kebanyakan tinggal di Jakarta, dan disini dia hanya tinggal bersama Kakak perempuannya yang menikah dengan orang Bandung. Tapi ketika kelas dua SMA, Aksa memilih tinggal di kostan karena katanya supaya dekat dengan sekolah padahal ada motif lain dibalik semua itu, dia ingin hidup bebas tanpa jam malam.

"Ya-ya, ya itu cuma temen doang, pas gue abis futsal terus dia nebeng pulang, dia abis nonton futsal juga soalnya." Jawab Aksa dengan gelagapan yang terdengar kurang memuaskan.

Tentu saja Netta tidak akan termakan dengan bualan Aksa begitu saja. "Kenapa bisa nebeng sama lo? Masa dateng buat nonton bisa, giliran pulang gak bisa sampe harus nebeng. Terus juga kenapa bisa sampe di warung pecel, lo ajak makan dulu? Terus tukeran nomor abis itu jalan lagi di belakang gue diem-diem, iya?"

Aksa langsung menggelengkan kepala, dia mengacak rambutnya karena bingung harus menjawab apa. Jika di ibaratkan posisinya saat ini itu seperti tengah duduk di kursi persidangan, sangat gugup dan pikiran seketika blank.

"Nggak, gak gitu, Yang." Aksa mendecak. Kalau salah jawab sedikit saja bisa habis riwayatnya.

Netta menaikan sebelah alisnya. "Terus gimana? Jelasin cepet."

Aksa terdengar menghelakan nafas sebelum menjawab. "Jadi gini." Aksa meraih tangan Netta yang sedang memainkan headset di atas meja, meskipun sempat dihempaskan akan tetapi gadis itu luluh juga pada akhirnya.

"Dia itu dateng bareng sama temennya yang cewek, terus temen dia pergi duluan yaudah kepaksa gue tebengin, kan kita searah, dia tinggal di kostan gang sebelah deket kostan gue. Abis itu gue mampir ke warung pecel buat beli makan, dibungkus. Terus udah deh balik." Jelas Aksa dipersingkat dan tidak jelas dengan ibu jari mengelus punggung tangan Netta, siapa tahu pacarnya berhenti mengintrogasi.

"Sebenernya gue gak percaya. Tapi yaudahlah, untuk yang ke seratus kalinya gue maafin lo. Awas aja kalo lo ketauan lagi selingkuh, gak ada maaf-maafan lagi. Sekiranya kalo mau jalan sama cewek kasih tau gue. Jangan diem-diem aja, wajar kan kalo gue curiga?" Ujar Netta yang akhirnya luluh juga.

Aksa melebarkan senyumnya. "Siap bos." Ujarnya seraya memberi sikap hormat.

"Siap bos-siap bos, kayak yang serius aja. Paling juga nanti diulang lagi." Sindir Netta seraya mendelikan mata.

"Nggaklah, enak aja. Gue kan orangnya gak pernah ingkar janji." Ujar Aksa seolah-olah dia lupa bahwa semua janji itu telah ia langgar beberapa kali sampai Netta sendiri capek mendengar janjinya yang semanis madu.

Netta mendecih. "Tadi Bu Tuti nge-WA nyariin lo." Ujarnya setelah teringat akan sesuatu. Bu Tuti tahu kalau Aksa itu pacarnya maka dari itu ketika ada suatu hal yang berkaitan dengan Aksa pasti beliau menghubunginya.

Aksa menyelipkan anak rambut Netta ke belakang telinganya supaya tidak menghalangi wajah sang pujaan hati. "Dia emang sayang banget sama gue kayaknya. Sampe dicariin segala." Ujarnya sambil cengengesan.

Netta mendelikan mata kemudian memiting kepala Aksa di ketiaknya "Bukan gitu dodol, lo kenapa bolos lagi?! Baru juga masuk sekolah. Gak ada akhlak emang, udah kelas tiga bukannya tobat malah makin jadi." Ujarnya sambil menjitak sampai Aksa memohon ampun untuk dilepaskan.

"Aduh! Bukan gitu, Yang. Ampun. Itu tadi gue kesiangan bangunnya." Ujar Aksa disela ringisannya.

Merasa sudah cukup akhirnya Netta melepaskan pitingannya. "Jangan dijadiin alesan buat bolos. Orang Kakak lo udah berkali-kali nyuruh balik, tinggal lagi di rumah biar ada yang ngurus terus bangunin, kenapa gak mau sih?!" Tanya Netta dengan greget, dia juga sudah berkali-kali menyuruh Aksa untuk kembali tinggal di rumah Kakaknya tapi tetap saja cowok itu gak mau.

Aksa merapihkan rambutnya yang berantakan. "Mau tinggal dimana aja juga kalo takdirnya kesiangan ya kesiangan."

Sontak pernyataan Aksa membuat Netta kesal kemudian melabuhkan satu jitakan dikepalanya. "Jangan bawa-bawa takdir, itumah emang lo-nya aja kebo. Udah tau kebo eh masih suka keluyuran sampe tengah malem.

"Makanya lo nginep dong sekali-kali biar gue gak keluyuran." Ujar Aksa tanpa berpikir panjang.

"Itumah maunya elu, Tatang." Delik Netta. Dia tahu kalau pacarnya ini punya otak di selangkangan, makanya harus hati-hati.

Aksa melebarkan senyumnya. "Siapa yang gak mau sih tidur bareng pacar." Ujarnya seraya mencolek pipi Netta.

"Gue tentunya." Desis Netta.

"Halah, mana ada." Ujar Aksa terdengar seperti tengah menggoda Netta.

******
Bersambung
8/05/20

[Aksara Tangguh Perwira, kelas XII IPS 4, anggota ekskul futsal]

[Tiana Ganetta Ibrahim, kelas XII IPS 2, anggota ekskul basket putri]

¦

JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAM : @ UNIJUNI_29 untuk info lebih lengkapnya.

¦

LANJUT? VOTE, FOLLOW DAN KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA :)
¦

¦

Masih banyak typo monmaap

¦

*UNI*









Continue Reading

You'll Also Like

650K 34.8K 75
The end✓ [ Jangan lupa follow sebelum membaca!!!! ] ••• Cerita tentang seorang gadis bar-bar dan absurd yang dijodohkan oleh anak dari sahabat kedua...
3.6M 170K 63
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
487K 18.7K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
2.3M 156K 49
FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!! "𝓚𝓪𝓶𝓾 𝓪𝓭𝓪𝓵𝓪𝓱 𝓽𝓲𝓽𝓲𝓴 𝓪𝓴𝓾 𝓫𝓮𝓻𝓱𝓮𝓷𝓽𝓲, 𝓭𝓲𝓶𝓪𝓷𝓪 𝓼𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪𝓴𝓾 𝓫𝓮𝓻𝓹𝓸𝓻𝓸𝓼 𝓭𝓮𝓷𝓰𝓪�...