AURORA BOREALIS 2 [ ✓ ]

By Mejikubillu

568K 40.1K 16.5K

[HARAP SIAPKAN HATI DAN PERASAAN UNTUK MEMBACA CERITA INI] BAGIAN 2 AURORA BOREALIS Pernah memiliki sebuah ma... More

01. AB2 • KEBIMBANGAN
02. AB2 • DESIRAN
03. AB2 • IT'S BEGIN
04. AB2 • COMPLICATED
05. AB2 • TANTANGAN TERBUKA
06. AB2 • (BU) KAN ANGEL ALGER
07. AB2 • FAULT
08. AB2 • PEMBALASAN
09. AB2 • TRUTH
10. AB2 • PERGI
12. AB2 • MALVIN
13. AB2 • SERPIHAN
14. AB2 • LET GO
15. AB2 • WILL CHANGE?
16. AB2 • BUNGA LOTUS
17. AB2 • DIFFERENT
18. AB2 • SEMUA ORANG LICIK
19. AB2 • LOVELY?
20. AB2 • NOTHING
21. AB2 • ALGER MERINDUKAN ANGELNYA
22. AB2 • KETULUSAN?
23. AB2 • MISUNDERSTANDING
24. AB2 • TENTANG KEHILANGAN
25. AB2 • ANOTHER PERSON
26. AB2 • SEBUAH RASA
27. AB2 • WHO IS IT, THEN?
28. AB2 • KESEMPATAN
29. AB2 • KERTAS LUSUH
30. AB2 • ISAK LUKA
WE BACK

11. AB2 • STRONGEST

18.1K 1.2K 261
By Mejikubillu

AURORA BOREALIS 2|BAGIAN 11

Kita memilih bukan untuk menjadikan lemah, kita memilih untuk menjadikan kuat karena konsekuensi dari pilihan itu

****

"Lo udah merasakan gimana perasaan gue."

Sean dan Aurora tengah duduk di bangku di depan ruangan Edeline.

"Nggak."

Sean berdecak, "lo bahkan masih mencoba berbohong."

"Gue nggak berbohong, gue berkata jujur. Gue belum bisa menyimpulkan kalo gue ini benar punya rasa atau enggak ke dia."

"Tapi sikap lo dan mata lo menunjukkan semuanya Ra, lo mencintai Borealis."

"Tapi perasaan lo lebih lebih untuk Edeline, Sean. Lo yang paling berat dengan ini. Kenapa masih bertahan?"

Kini Sean menoleh pada Aurora, begitupun perempuan itu.

"Karena gue mencintai dia. Gue akan berusaha supaya dia bisa membalas perasaan gue itu."

"Harusnya lo bahagia ketika dia juga bahagia, meskipun nggak bersama lo."

"Apa lo bakal bahagia juga?"

Aurora terdiam.

"Gue menunggunya selama 7 tahun. Gue percaya bahwa semua akan sesuai dengan apa yang gue harapkan", Aurora menjeda kalimatnya, "tapi gue salah. Nggak ada yang bisa menyalahi garis takdir."

Aurora menatap lurus kedepan.

"Dia yang udah buat gue untuk bertahan hidup sampai sekarang, bahkan disaat keluarga gue nggak peduli dengan gue."

"Gue kehilangan arah, waktu keluarga gue memisahkan gue dan dia dulu. Tapi kenapa justru sekarang dengan lancangnya takdir mempertemukan gue dan dia lagi disaat semua udah berubah seratus delapan puluh derajat kayak gini."

Sean mendekati Aurora dan merengkuh perempuan itu.

"Nggak salah kalo di awal gue pernah suka sama lo Ra," ucapnya lirih.

Drrt!

Sean meraih ponsel di saku dan mengangkat telfonnya, ketika melihat nama Ganendra tertera dilayar.

"Halo?"

'Sean gawat! Andri di amuk!'

"Diamuk gimana?"

'Bukan. Rumah sakitnya ngamuk'

"Gimana sih maksudnya?"

'Ah ribet lo, sini biar gue yang ngomong' terdengar suara George.

"Ada apa sih George?"

'Ada yang ribut di rumah sakit tempat Andri di rawat. Kita coba ngabarin Bos tapi nggak di angkat jadi kita hubungin lo'

"Gue kesana sekarang."

Sean menutup panggilannya.

"Ada apa?" tanya Aurora.

"Ada yang ribut di rumah sakit tempat Andri di rawat."

Sean bangkit dari bangkunya. Tapi tangan Aurora menyambarnya dan menghentikan langkahnya.

"Lo mau apa? Mau bilang ke Borealis?" tanyanya.

"Iya, dari tadi Ganendra hubungi dia nggak di angkat."

Aurora menggeleng, "jangan. Lo sayang kan sama Edeline?"

"Kenapa lo nanya gitu?"

"Dia butuh Borealis di sisinya, dia butuh Borealis untuk menenangkannya."

"Tapi dia ket—"

"Untuk kali ini, biarin dia."

Akhirnya mereka berdua pergi menuju Rumah Sakit tempat Andri di rawat, menggunakan motor Sean.

Langkah mereka terhenti beberapa meter sebelum sampai di ruangan Andri, dan melihat dua orang perempuan tengah saling bersitegang. Dengan beberapa anggota Kingston disana.

"Lo siapa ha!" bentak Nayla.

"Lo tanya gue siapa?! Gue cinta pertamanya Andri!"

Plak!

Tamparan itu berasal dari tangan Nayla, "gue pacarnya Andri! Ada hal apa lo dateng kesini!"

"Gue dateng atas keinginan orang tua Andri, Nayla! Mereka bilang Andri butuh gue!"

"Lo bukan siapa-siapanya Andri sekarang!"

Ganendra menarik Siska menjauh, sedangkan Alister menarik Nayla.

"Siska udah," ucap Ganendra.

"Andri itu masih cinta sama gue! Dia nggak akan pernah lupain gue!" bentak perempuan bernama Siska.

Aurora tak bergeming. Perempuan itu menatap lurus ke arah keributan tersebut.

Dia melihat keributan itu seolah melihat kisah hidupnya yang miris, dimana dia berada di posisi Siska.
Dia memang cinta pertamanya, tapi bukan berarti dia yang menetap selamanya.

Aurora tersenyum hambar, "it's harsh world."

Perempuan itu berjalan mendekat dan berdiri diantara Siska dan Nayla.

"Ribut kalian nggak akan menyelesaikan masalah," ucapnya datar.

Keduanya menatap Aurora dengan heran.

"Maksud lo?" tanya Siska.

"Andri udah menetapkan pilihannya, mencintai itu hak semua orang, tapi untuk memiliki, itu bukan paksaan. Itu keinginan seseorang," ucap Aurora, "dia sedang nggak baik-baik aja sekarang, jangan buat semuanya semakin nggak baik-baik aja. Yang seharusnya kalian lakuin adalah berdoa yang terbaik untuk dia."

"Andri siuman!" teriak Rozi dari dalam ruangan

Semua tersentak.

"Panggil dokter!"

Seorang dokter datang dan memasuki ruangan Andri. Setelah beberapa saat dokter itu keluar.

"Pasien ingin bertemu dengan kekasihnya," ucap dokter tersebut.

Nayla memasuki ruangan itu.

Baru satu langkah Siska akan mengikuti memasuki ruangan itu, tangannya sudah di cekal oleh Aurora.

"Biarin. Lo memang cinta pertama Andri. Tapi kalo Andri lebih memilih pilihan kedua, itu artinya lo belum pantas untuk dia," ucap Aurora.

"Tapi orang tua—"

"Cinta itu bukan paksaan. Sekalipun lo ada bersama orang tuanya bahkan keluarganya, kalo dia nggak cinta, semua itu nggak berguna."

Aurora menepuk bahu Siska.

"Lo orang baik. Jadi jangan salah gunakan kebaikan lo itu untuk merusak kebahagiaan orang lain. Lo cinta sama Andri kan? Biarin dia bahagia. Belajar cintai dia dengan tulus tanpa ambisi," ucap Aurora.

🌈🌠

Aurora melangkahkan kakinya memasuki rumah besar keluarga Cavarson.

"Kemana kamu?"

Suara berat khas Lebaron Cavarson menghentikan langkahnya.

"Supir kamu nunggu 2 jam dan nggak ada kamu di sekolah, bolos lagi kamu!"

Aurora melanjutkan langkahnya menaiki tangga.

"Aurora!"

"Aurora!"

Perempuan itu mendengus kesal dan dengan terpaksa dia mengurungkan niatnya menaiki tangga, "apalagi?!"

"Kemari!"

Aurora berjalan mendekati Lebaron, kakeknya.

"Apa?! Aurora capek, Aurora mau istirahat."

Bruk!

Lebaron menghempaskan sebuah stofmap ke meja dengan kerasnya.

Mata Aurora terbelalak melihatnya.

"K-kek.."

Bukan terkejut karena kakeknya menghempaskan stofmap itu. Tapi sebuah tulisan yang tertera di stofmap itu yang membuatnya terkejut.

Pencabutan Saham

Aurora meneguk salivanya. Dia benar-benar tidak percaya dengan apa yang ada dihadapannya.

"Itu pilihan pertama yang Kakek ajukan ke kamu, tapi kamu pilih pilihan kedua," Lebaron tersenyum miring, "tapi pilihan kedua nggak kamu penuhi, jadi jangan salahkan Kakek kalo ini jalan yang Kakek pilih."

"Kek.."

Mata perempuan itu tengah membendung air yang siap menetes kapan saja. Dia gagal.

"Kamu sudah mempermalukan keluarga Cavarson di acara pertunangan kemarin, Kakek rasa ini hal yang setimpal."

"Apa Kakek akan membiarkan orang yang hampir mati menjemput ajalnya di tengah hura-hura kemewahan Kakek."

"Persetan memikirkan perasaan orang! Apa kamu lupa kalo kamu juga punya perasaan Aurora! Kamu terlalu memikirkan orang lain."

"Karena Aurora benci melihat orang lain terluka seperti Aurora!"

Aurora emosi di barengi air matanya yang menetes.

"Aurora nggak mau ada orang yang merasakan betapa mirisnya kehidupan Aurora! Aurora sendiri aja benci dengan kisah Aurora! Apalagi ketika orang lain merasakan hal yang sama!" tukas Aurora.

"Hanya dengan melihat orang lain bahagia, Aurora jadi merasa bahwa Aurora benar-benar hidup," sarkas Aurora.

Aurora menatap lekat Lebaron di hadapanya. Kebenciannya sudah memuncak, "Kakek udah mengusik orang-orang di sekitar Aurora. Jadi jangan salahkan Aurora kalo setelah ini Aurora akan menganggap Kakek adalah musuh Aurora sekalipun Kakek adalah keluarga Aurora sendiri."



Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 146K 107
[COMPLETED] #1 in Teenfiction (04/12/18) #2 SMA Cover by @ilustrasiindong ⚠Belum direvisi Rayyan Alatas. Cowok galak dan cuek itu harus memecahkan ka...
14.7K 2.5K 59
Awal yang buruk menjadi bagian dari ujian hidup yang begitu berat ia rasakan. Dervin yang dibesarkan disebuah keluarga yang tak sehat, hal itu tak me...
9.1M 640K 57
[TERSEBAR DI GRAMEDIA] Faren: "Kenapa?" Dhafian: "Makasih ya untuk hari ini." Faren: "Maksudnya?" Dhafian : "Maaf, mulai besok, anggap aja kita nggak...
2.8M 436K 50
your source of happiness