Atlas [Sudah Terbit]

Galing kay Nadiapratama26

2.1M 249K 46.2K

📌PART MASIH LENGKAP ⚠️ Cerita ini menimbulkan efek samping seperti, bengek berlebihan, sakit perut, sakit p... Higit pa

New Prolog
Bab 1
Bab. 2
Bab. 3
Bab. 4
Bab. 5
Bab. 6
Bab. 7
Bab. 8
Bab. 9
Bab. 10
Bab. 11
Bab. 12
Bab. 13
Bab. 14
Bab. 16
Bab. 17
Bab. 18
Bab. 19
Bab. 20
Bab. 21
Bab. 22
Bab. 23
Bab. 24
Bab. 25
Bab. 26
Bab. 27
Bab. 28
Bab. 29
Bab. 30
Bab. 31
Bab. 32
Bab. 33
Q & A
Bab. 34
Bab. 35
Epilog
Atlas
📌 Pengumuman
📌 Siapkan Tabungan
📌 Info Pre Order
New Info Pre Order 📌
Vote Cover📌
Spoiler Bonus & Harga novel Atlas
10K bisa ikut PO Atlas
📌Tok-tok Paket, ashiap
📌 PO ATLAS
📌 Paket Murah
📌 Masih bisa ikut PO

Bab. 15

51.6K 6.7K 1.5K
Galing kay Nadiapratama26

Pre Order akhir Juni 2021
Untuk info lebih detail, bisa pantau IG aku (nadianisa13) dan IG Penerbit (loveable.redaksi)







Kedua bola mata sipit Atlas terbuka secara perlahan, dia mengatur napas dan mengerjap sesaat sebelum menyadari bahwa dirinya ada di sebuah kamar.

Ini bukan kamarnya, Atlas mengedarkan pandangan sebelum akhirnya menemukan Randi yang tengah duduk di kursi belajar sambil memainkan gawainya.

Telinga Atlas terusik karena Randi sedari tadi mengoceh seorang diri.

"Apakah kalian melihat sungai?"

"Itu di belakang elu!" jawab Randi.

"Di mana?"

"Itu… belakang elu! Buset dah!"

"Aku tidak melihatnya, apakah kalian mau memberitahu?"

"Tadi gue udah beritahu, itu di belakang elu Dora item, tapi gue sayang!"

"Apakah kalian melihat sungai?"

"BODO AMAT! GUE GAK LIHAT, KITA PUTUS!"

Atlas menghela napas, pasti Randi tengah menonton acara Dora di youtube. Berisik sekali.

“Dora?” panggil Atlas. Randi langsung mengangkat wajah.

“Eh…Pet! Udah sadar ternyata.” Randi  menutup gawai lalu bernajak dan berjalan ke arah Atlas, cowok itu duduk di sisi kasur, menatap Atlas yang mengubah posisi dari berbaring menjadi duduk menyandar di kepala kasur.

“Elu pingsan apa tidur? Lama amat sampai empat jam!” tegur Randi.

Atlas mengerjap, jadi tadi itu dia benar-benar pingsan, Atlas kira hanya mimpi. Jadi sekarang dia telah sah menjadi suami Hafsah.

Bibir Atlas mengukir senyum tipis, Randi mengangkat satu alisnya.

“Ngapain senyum?”

“Oh… itu, Hafsah…”

“Dia minta cerai.”

“APA?!!” Mata Atlas membulat sempurna. Iya meski masih terlihat sipit.

“Katanya sih dia ogah punya suami kaya elu. Masa iya habis akad pingsan. Akhirnya Hafsah minta cerai,” penjelasan Randi. Atlas menatap Randi tidak percaya.

Bahkan Atlas belum melihat Hafsah hari ini, boleh Atlas memutar waktu. Dia ingin tidak pingsan,  Atlas hanya merasa sangat gugup beberapa jam lalu saat mengakad Hafsah, makanya dia sampai pingsan.

“Katanya, Hafsah mau nikah sama gue aja,” lanjut Randi. Atlas melotot. Wah… ini sih hanya tipu daya Randi yang hobi mengerjai Atlas.

“Gue udah jantungan aja.” Atlas menyugar rambutnya ke belakang.  Randi cekikikan tidak jelas karena berhasil membuat Atlas merasakan sensasi panik.

“Lagian,habis akad malah pingsan! Kaga ada akhlak lu!”

“Elu yang kada ada akhlak!” balas Atlas.

"Terus ini kamar siapa?" tanya Atlas.

"Kamar Hafsah," jawab Randi.

Tidak lama kemudian, pintu kamar Hafsah terbuka, menampakan sosok Sarah, Alif, dan Bagus.

"Sudah bangun ternyata." Sarah tersenyum lembut pada sang putra.

"Sumpah, gue tadi pengen ketawa pas Peta tiba-tiba pingsan," ucap Alif dengan diakhiri tawa. Bagus juga ikut tertawa.

Semua orang dibuat kaget oleh Atlas, terutama Hafsah. Awalnya Hafsah tidak tahu kalau Atlas pingsan, dia'kan menunggu di dalam kamar selama akad.

Tiba-tiba Ayahnya masuk dan memberitahu kalau Atlas pingsan. Laki-laki yang telah resmi menjadi suaminya itu pun di bopong oleh beberapa orang, lalu dibaringkan di kasur Hafsah.

Acara resepsi gagal karena mempelai laki-laki pingsan, hanya Hafsah yang menemui tamu undangan tadi.

"Breaking news… seorang mempelai laki-laki dikabarkan pingsan setelah mengakad calon istrinya." seluruh pasang mata yang ada di kamar Hafsah pun tertuju ke arah pintu.

Qaid, putra Rafi yang baru saja meledek Atlas bagai penyiar berita sambil memegang kamera yang biasa dia bawa untuk vlog. Ada Atha dan Qilla juga di sana.

"Qaid!!" tegur Sarah. Qaid tertawa, begitupun Atha dan Qilla.

"Qaid di suruh Paman Atha tadi," ucap remaja itu sambil melangkah mendekati kasur.

"Papa!" Sarah melotot pada Atha. Suaminya itu hanya tertawa sambil merangkul Qaid.

"Ah… si Peta! Udah ganteng-ganteng tapi pingsan, bikin Papa pengen hujat sampai nemu laut bikini botom!" timpal Atha. Dan membuat semua yang mendengar tertawa kecuali Atlas dan Sarah.

"Dasar Atlas, kasihan tuh Hafsah," imbuh Qilla. Atlas langsung menatap serius ke arah Qilla, Atlas benar-benar ingin bertemu Hafsah saat ini.

Bagus menoleh dan ikut menatap Qilla yang tengah tersenyum mengejek.

"Hafsah kabur tuh, suaminya aneh," ejek Qilla. Bagus tersenyum. Merasa diperhatikan, Qilla menatap balik Bagus.

Membuat sahabat Atlas yang paling waras itu buru-buru kembali menatap Atlas.

"Permisi…" suara lembut itu mengusik telinga Atlas dan yang lain.

Ada Hafsah di ambang pintu, dia membawa nampan berisi satu piring makan siang dan segelas air putih untuk Atlas.

"Ekhem! Yuk keluar yuk!" ajak Atha.

"Ayo… ayo… " imbuh Qilla.

"Kita tinggalkan pasutri ini," imbuh Randi.

Kedua bola mata indah Hafsah membulat sempurna, dia tidak siap jika harus ditinggal bedua dengan Atlas.

"Tetap di sini aja gak apa-apa kok Pak Atha dan yang lain," cegah Hafsah.

"Panggil Papa aja," balas Atha. Hafsah tersenyum kikuk.

Detik berikutnya Atha dan yang lain langsung keluar dari kamar Hafsah.

Tinggalah Hafsah dan Atlas di kamar bernuansa biru itu. Hafsah memberanikan diri melangkah mendekati Atlas.

"Makan dulu," ucap Hafsah. Atlas diam, dia hanya menatap gerak-gerik Hafsah.

Istrinya itu duduk di sisi kasur dengan ragu, Atlas masih menatap Hafsah dengan tatapan sulit diartikan. Membuat detak jantung Hafsah tidak beraturan.

"Silakan di makan." Hafsah menggeser nampan agar lebih dekat dengan Atlas.

Hafsah merunduk, dia takut bercampur malu saat Atlas terus menatapnya seperti itu tanpa suara.

Hafsah juga bingung harus apa, ingin kabur keluar kamar, takut dibilang istri tidak ada akhlak karena meninggalkan suami yang baru saja sadar dari pingsan. Menetap, dia bingung sendiri dengan situasi ini.

"Sudah salat duhur?" tiba-tiba saja Atlas bersuara. Hafsah mengangkat wajah sebelum akhirnya kembali merunduk.

"Belum, nunggu…"

"Nunggu aku?" tanya Atlas. Hafsah diam sejenak sebelum akhirnya mengangguk. Atlas membuang wajah, kemudian tersenyum tipis.

"Ya sudah, ayo salat." Atlas menurunkan kedua kakinya dari kasur.

"Makannya?"

"Nanti setelah salat. Eh iya," Atlas menatap Hafsah.

"Kenapa?" tanya Hafsah dengan wajah yang masih merunduk.

"Aku belum mendoakanmu." sejurus kemudian, Atlas menempelkan tangan kanannya diubun-ubun kepala Hafsah yang terbalut khimar berwarna putih.

[Ya Allah, aku meminta kepada-Mu kebaikan istriku dan kebaikan apa yang ia munculkan pada pernikahan. Dan aku berlindung padamu dari keburukan istriku dan keburukan apa yang ia munculkan pada pernikahan.” (H.R. Abu Dawud dan Ibnu Majah) ]

"Itu… boleh?" tanya Atlas setelah berdoa. Hafsah mendongak menatap wajah sang suami. Atlas sedikit terkejut karena dia bisa melihat wajah Hafsah dengan jarak sedekat ini. Rasanya seperti mimpi.

"Apa?" tanya Hafsah. Atlas menelan ludahnya susah payah. Dia ingin meminta  satu hal, namun takut ditolak oleh Hafsah.

Takut jika dibilang agresif, tapi hati kecilnya berbicara. Kan sudah jadi suami, kan kalau habis doakan istri sebaiknya gitu, cium kening.

"Ci…" Atlas menahan napas sebelum melanjutkan ucapannya. Atlas semakin gugup kala melihat Hafsah mengerjapkan mata indahnya.

"Ci apa?" tanya Hafsah.

"Ci——cicak," jawab Atlas cepat.

"Cicak? Di mana?"

"Di dinding, diam-diam merayap." Atlas mengerjap. Detik berikutnya dia menyesali ucapan yang baru saja terlontar. Aku ngomong apa sih tadi?!!

Hafsah tersenyum, ah… tidak! Lebih tepatnya Hafsah tertawa pelan. Dan ini adalah satu hal yang membuat hati Atlas dipenuhi bunga.

"Manis," ucap Atlas refleks. Hafsah menghentikan tawanya.

"Apanya?"

"Itu…" Atlas menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Cicak itu manis kalau senyum. Iya… kamu harus lihat nanti." Atlas beranjak dari duduknya. Hafsah dibuat bingung sendiri oleh ucapan Atlas. Mana ada cicak senyum'kan?

"Mau ambil wudu, nanti salat jama'ah. Sekalian salat sunnah dua rakaat," ucap Atlas sebelum melangkah pergi dari kamar Hafsah. Hafsah masih diam membeku, hingga akhirnya suara Atlas kembali terdengar.

"Hafsah?"

Hafsah menoleh. "Iya?"

"Kamar mandi di mana?"

Perlu adaptasi memang kala kita harus hidup di lingkungan baru dengan orang baru.

Yang sudah lama saling mengenal saja terkadang masih canggung jika bertemu. Apalagi dengan orang yang baru kenal lalu di satukan dalam ruangan.

Contohnya Atlas dan Hafsah. Keduanya masih sama-sama canggung sekarang. Baru mengenal tentang data diri masing-masing, belum mengenal secara mendalam.

Itu membuat keduanya kesulitan dalam berkomunikasi, apalagi keduanya ini sama-sama memiliki sifat pendiam dan sikap kaku.

Tapi tentu saja kalau Atlas lebih kaku daripada Hafsah.

Baju-baju Atlas dan motor miliknya telah sampai di rumah Hafsah setelah magrib tadi. Atha yang mengirimnya.

Sesuai dengan permintaan Hafsah, dia tak mau berpisah dari sang Ayah. Dia tak tega jika harus meninggalkan ayahnya seorang diri di rumah.

Atlas juga tidak keberatan untuk tetap tinggal di rumah mertuanya, meski dalam hati dia ketar-ketir saat ini. Takut terlibat obrolan dengan Ummar karena Atlas adalah tipe manusia irit bicara, jarang sekali berinisiatif untuk berbicara terlebih dahulu.

"Kalian kenapa?" tanya Ummar saat melewati ruang tengah untuk menuju dapur. Beliau melihat Atlas yang duduk di sisi kanan sofa dan Hafsah yang duduk di sisi kirinya. Pandangan keduanya juga lurus menatap layar televisi yang mati.

Hafsah menatap sang Ayah, tangannya tidak henti-henti memainkan ujung jilbabnya. Sedangkan Atlas? Duduk kaku bagai robot yang tetap disuruh diam oleh majikan.

"Itu… mmm—— ayah mau ke dapur?" tanya Hafsah berusaha mengalihkan pembicafaan Ummar, karena dia sendiri tidak tahu sedang apa sekarang. Intinya setelah salat isya dan dilanjut makan malam tadi, dia dan Atlas dilanda kebingungan. Kebingungan ingin melakukan apa.

"Iya, mau ambil minum. Kamu sama Atlas lagi apa sih? Gak tidur?"

"Hah? Tidur?" mata Hafsah membulat sempurna. Pikirannya melayang ke mana-mana. Tidur di mana? Satu kasur dengan Atlas? Jangan bercanda, duduk dengan radius dua meter saja jantungnya sudah berpacu hebat. Apalagi jika tidur bersama, Hafsah tidak yakin dia bisa tidur.

"Iya, udah jam sepuluh malam loh. Gak capek karena acara tadi pagi?" tanya Ummar lagi.

"Capek Pak!" jawab Atlas dengan tatapan yang masih tertuju pada layar televisi yang mati.

"Panggil Ayah saja. Jangan Bapak," tegur Ummar halus.

"Siap!" jawab Atlas tegas. Ummar dibuat melongo oleh menantunya itu. Kenapa jawabannya terdengar seperti seorang prajurit?

Kalau Atha tahu tentang ini, dia akan membully sang putra sampai laut bikini botom terlihat oleh para manusia. Jadi selama ini bikini botom gaib? Ya Allah … seram juga.

Ummar langsung meninggalkan Hafsah dan Atlas di ruang tengah, tadi kan beliau ingin mengambil minum, bukan introgasi anak dan menantunya.

"Hmm——itu, kamu mau tidur?" tanya Hafsah ragu-ragu. Atlas langsung beranjak dari duduknya dan menatap Hafsah. Hafsah mendongak menatap Atlas yang lebih tinggi darinya.

"Ayo! Tapi ambil wudu dulu." Atlas berjalan melewati Hafsah begitu saja.

Hafsah menghela napas pelan. "Sabar Hafsah, semua butuh proses."

Atlas memang terbiasa menerapkan adab sebelum tidur. Dia selalu mengambil wudu terlebih dahulu.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلاَةِ ، ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الأَيْمَنِ

Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka wudulah seperti wudu untuk salat, lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmu” (HR. Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)

Adapun, tidurlah dalam posisi badan miring kekanan.

Ibnul Qayyim, “Tidur berbaring pada sisi kanan dianjurkan dalam Islam agar seseorang tidak kesusahan untuk bangun shalat malam. Tidur pada sisi kanan lebih bermanfaat pada jantung. Sedangkan tidur pada sisi kiri berguna bagi badan (namun membuat seseorang semakin malas)”

Kemudian meniup kedua telapak tangan sambil membaca 3 surat pendek (annas, alfalaq dan al-ikhlas)
Lalu usapkan ke wajah dan seluruh badan yg terjangkau hal ini dilakukan berturut-turut secara 3 kali.

Dari ‘Aisyah, beliau radhiyallahu ‘anha berkata,

كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ) ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ

Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas).

Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari no. 5017).

Tak lupa untuk membaca ayat kursi. Bacalah ayat Al Kursi karena dengannya kamu selalu dijaga oleh Allah Ta’ala dan syetan tidak akan dapat mendekatimu sampai pagi, membaca doa sebelum tidur dan merapihkan tempat tidur.

Di usahakan sebelum tidur untuk membersihkan dan merapihkan tempat tidur mu. Kibaslah terlebih dahulu.
Sambil membaca bismillahi wallahu akbar.

Hafsah masuk ke dalam kamarnya, menatap Atlas yang tengah duduk di kursi belajarnya. Hafsah sudah berganti pakaian saat ini, dia mengenakan piyama lengan panjang  bermotif bunga dengan khimar berwarna hitam.

Atlas menatap Hafsah sejenak sebelum akhirnya kembali merunduk, memainkan jari-jemarinya secara abstrak.

"Itu…" Hafsah masih berdiri di depan pintu kamar yang dia tutup.

Atlas mengangkat wajah untuk menatap Hafsah. Mata keduanya bertemu kemudian saling membuang pandangan.

Hafsah bingung sendiri ingin memanggil Atlas dengan sebutan apa, Hafsah gugup saat ini. Terlebih kasur miliknya tidak begitu besar, kalau untuk dua orang, tidak akan leluasa untuk tidur.

Sekarang siapa yang akan disalahkan atas ukuran kasur? Ah… Hafsah ingin lenyap saja untuk sementara.

"Mau tidur?" tanya Atlas. Hafsah mengejap.

"I——iya." Hafsah berjalan ke arah kasur bersamaan dengan Atlas yang juga baru saja beranjak dari duduk.

"Maaf ya, kasurnya gak besar."

"Gak masalah, kan kasur gak bisa tumbuh besar," jawab Atlas, membuat Hafsah mengerjap polos sambil berpikir. Iya juga'kan kasur bukan benda hidup.

"Aku tidur di sini'kan?" tanya Atlas sambil menunjuk sisi kanan. Hafsah mengangguk.

"Iya, Abang di situ."

"Abang?" Atlas membeo. Hafsah tampak gelagapan, dia takut salah sebut.

"Eh… gak suka ya di panggil Abang?  Maaf ya."

"Suka," sela Atlas cepat. Hafsah tersenyum kaku.

"Suka kamu."

Blush!!!! Pipi Hafsah seketika merona dibuatnya. Atlas bucin wahai para rakyatku awokwokwokokw.

Hafsah tak menimpali dan langsung duduk di sisi kasur.

Altas membaringkan tubuhnya secara perlahan, Hafsah masih ragu untuk ikut berbaring, dia juga mulai membuka khimarnya meski ada rasa malu.

"Kenapa?" tanya Atlas.  Hafsah menggeleng lalu membuka khimarnya.

Tubuh Atlas menegang kala melihat rambut indah milik Hafsah. Rambut panjang dan berwarna hitam itu mengusik perhatian Atlas. Ah… Atlas seperti bertemu bidadari dari khayangan saja saat ini.

Hafsah berbaring memunggungi Atlas, detak jantungnya juga mulai tidak normal, yang Hafsah inginkan saat ini adalah, tidur nyenyak dan cepat pagi.



























•••

Pagi pasukan Peta 😁 udah kerasa baper gak sih? Wkwkwk

Maapin Peta yang kaku ya, dia lagi belajar untuk melemasakan hatinya buat Hafsah :v

Ada yang retak tapi bukan kaca :v

HATI SAODAH wkwwkwkw :v

Selamat menjalankan ibadah puasa semua ❤️

Jangan lupa vote & komen 💕

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

2.7M 190K 34
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
1M 4.3K 15
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
70.1K 5.7K 46
#Romance_isalmi (CERITA INI MASIH EKSKLUSIF DI WP.) Menikah karena perjodohan bukan alasan untuk saling menyakiti. Bagi Rega dan Marwah, tidak cinta...
75.3K 5.6K 45
-Azlan Zaydan Eithar- *** Judul: Kalau Jadi Jodoh Penulis: Leli Liliput Status: Selesai Genre: Fiksi Remaja *** Ava bertemu lagi dengan Azlan setelah...