[✔]My Teacher My Boyfie | Lee...

By syucims

104K 9.8K 840

Ini bukan tentang perjodohan atau pernikahan dini. Ini tentang perjuangan Ara mendapatkan cinta manusia silum... More

.: cast :.
.: satu :.
.: dua :.
.: tiga :.
.: empat :.
.: lima :.
.: enam :.
.: tujuh :.
.: delapan :.
.: sembilan :.
.: sepuluh :.
.: sebelas :.
.: dua belas :.
.: tiga belas :.
.: empat belas :.
.: lima belas :.
.: enam belas :.
.: tujuh belas :.
.: delapan belas :.
.: sembilan belas :.
.: dua puluh :.
.: dua puluh satu :.
.: dua puluh dua :.
.: dua puluh tiga :.
.: dua puluh lima :.
.: dua puluh enam :.
.: dua puluh tujuh :.
.: dua puluh delapan :.
.: dua puluh sembilan :.
.: tiga puluh :.
.: tiga puluh satu :.
.: tiga puluh dua :.
.: tiga puluh tiga :.
.: tiga puluh empat :.
.: tiga puluh lima :.
.: tiga puluh enam :.
.: tiga puluh tujuh :.
.: tiga puluh delapan :.
Graduation
After She Leave Us
After She Leave Us : Part 2
Ara's Recording Diary
Survive

.: dua puluh empat :.

1.9K 216 9
By syucims

(Disarankan untuk memutar video yang ada di multimedia)

Happy Reading!!!^^








Baru saja Ara sampai di sekolah tapi gadis itu sudah kebelet buang air kecil. Ara memutar matanya malas sambil memegang perut dengan kedua tangan nya. Kenapa tidak tadi saat di rumah saja sih?

Kemudian Ara membelokan badan nya menuju toilet yang tidak jauh dari posisi nya.

Setelah selesai dengan acara buang air nya, Ara mencuci tangan dan bercermin sebentar.

Wajahnya sedikit ─tidak, kacau sekali. Matanya sembab dengan kantong mata yang tebal karena terlalu banyak menangis kemarin. Bibirnya juga pucat walaupun sudah ditimpa dengan tint lipbalm.

Ara membasuh wajahnya agar bisa mengatasi kekacauan itu walaupun sedikit.

"Loh?" Ara terkejut saat kedua telapak tangannya sudah dipenuhi dengan darah. Ara mimisan lagi.

"Akhir-akhir ini gue emang sering kecapekan ya," Ara bermonolog sendiri dan berusaha membasuh hidungnya yang terus mengeluarkan darah.

Untungnya tidak sebanyak sebelumnya, jadi tidak memakan banyak waktu untuk membersihkannya.

Ara mengoleskan sedikit bedak dan tint lipbalm setelah wajahnya yang basah dikeringkan dengan tisu yang tersedia di sebelah wastafel.

Selesai dengan kegiatan kecilnya, Ara merapikan seragamnya yang agak berantakan, rambutnya juga.

"Semangat! Pokoknya gak boleh loyo!" Kemudian berjalan keluar toilet dan bergegas menuju kelas nya.

Awalnya Ara berjalan seperti biasa. Langkahnya sedikit melambat saat melihat Taeyong berjalan ke arahnya dari ujung koridor.

Ah benar, toilet ini ada di koridor yang sama dengan ruangan Jaehyun. Positif thinking saja. Mungkin Taeyong mau ke ruangannya.

Rasanya ingin menangis saja melihat wajah brengsek itu. Tapi Ara menahannya karena ini masih di sekolah.

Ara menghembuskan napasnya sambil meyakinkan dirinya sendiri dan berjalan seperti biasa sembari menunduk. Berusaha sekeras mungkin agar tidak bertatapan dengan Taeyong.

Ara mengambil langkah di sisi kiri Taeyong agar tidak bertabrakan. Dan tentu saja dengan kepala yang masih tertunduk. Ara muak dengan wajah itu.

Namun Taeyong menghalanginya. Beralih ke sisi kanan, Taeyong juga melakukan hal yang sama.

Merasa geram akhirnya Ara membalikkan badannya dan mengambil rute yang lebih jauh. Tidak papa, asal tidak bertemu Taeyong.

Taeyong mencekal tangan Ara dan membuat langkah gadis itu terhenti. Untung saja koridor sedang sepi karena masih pagi, jadi tidak ada yang memergoki mereka.

Ditepisnya dengan kasar tangan Taeyong lalu kembali berjalan tanpa mempedulikan Taeyong yang mengejarnya.

Dicekalnya lagi tangan Ara, kali ini agak kasar sampai gadis Kim itu berbalik dan berhadapan dengan Taeyong.

"Kenapa?" Tanya Taeyong dengan nada datar seperti biasa. Tapi tatapannya kali ini berbeda, sulit diartikan.

Ara melepas kasar tangan Taeyong. "Bapak yang kenapa."

Lalu Ara beralih meninggalkan Taeyong. Ara akhirnya memutuskan untuk lewat rute sebelumnya. Kalau dipikir lagi untuk ke lewat rute yang memutar, yang ada Ara sampai di kelas nya saat jam pertama dimulai.

Seluas itu sekolah Ara

.::.

"Iya Mamaku sayang. Ini Ara udah dijalan." Kata Ara sembari merapikan rambutnya yang baru saja tertiup angin.

Dengan ponsel yang masih tertempel di telinga kirinya, gadis itu mengadahkan kepala menatap langit di atasnya. Sepertinya sebentar lagi hujan, langitnya sudah agak mendung.

"Hati-hati di jalan! Nanti kalo ada apa-apa langsung telpon Mama ya?" Kata Mama di sebrang sana.

"Iya ih. Ara bukan anak kecil lagi tau!" Kini gadis itu menghentikan langkahnya dan memasang wajah kesal. Di sebrang sana Mama terkekeh geli.

"Tapi buat Mama kamu masih anak kecil hihi"

"Udah ah Mah! Keburu hujan nih. Bye Mam!!" Lalu Ara langsung mematikan sambungan tanpa menunggu persetujuan Mama.

Tadi setelah pulang sekolah Ara pergi sebentar ke drug store untuk beli make up, kebetulan ada beberapa yang sudah habis jadi harus beli lagi. Ara juga beli beberapa lip product untuk menambah koleksinya.

Setelah selesai dengan acara telepon nya dengan Mama, Ara buru-buru pergi karena mulai gerimis. Setidaknya Ara berteduh di minimart dan membeli payung agar tidak kehujanan saat pulang. Antisipasi jika hujan tidak kunjung reda nantinya.

Ah ya, masalah "anaknya" yang di hancurkan Hyunjin waktu itu sudah di ganti kok. Bahkan Hyunjin membeli 5 sekaligus dengan warna yang serupa namun tidak sama. Karena cowok itu tidak tau mana yang lebih spesifik sama dengan milik Ara.

Gerimis mulai berubah menjadi hujan, tapi Ara masih saja belum sampai di depan minimart.

Gadis itu menyipitkan mata dengan tangan kanan yang menutupi bagian atas matanya. Harusnya minimart ada tidak jauh dari tempatnya, tapi kenapa tidak kunjung sampai?

Karena tidak ingin make up barunya basah, jadi ia memasukkannya ke dalam tas. Setidaknya meminimalisir kemungkinan basah "anak baru"-nya itu.

Hujan semakin deras, pengelihatan Ara jadi terhalang air hujan. Daripada dirinya semakin basah kuyup, akhirnya Ara memutuskan untuk berteduh di depan salah satu kafe disana.

Benar saja, tidak lama kemudian hujan semakin deras. Bahkan petir juga turut serta membuat Ara sesekali menutup telinganya.

Beberapa orang mulai ikut berteduh juga di sana, membuat tubuhnya semakin terdorong ke belakang sampai ranselnya menabrak kaca kafe itu. Tak apa, setidaknya ia tidak semakin basah.

Sambil menunggu hujan yang tidak kunjung reda, Ara mengedarkan pandangan nya sambil mengetuk-ngetuk ujung sepatunya malas. Lalu berhenti dan melamun, lagi.

Entah kenapa di saat seperti ini wajah Taeyong jadi muncul dipikirannya. Padahal ia sudah berusaha sekeras mungkin untuk melupakan cowok itu tapi tidak bisa, sialan.

Lamunan nya buyar saat melihat dua manusia yang ─dengan tidak santainya ikutan berteduh di kafe itu juga. Sampai membuat beberapa orang di dekat mereka berdecak kesal karena terdorong.

Awalnya gadis itu tidak peduli, tapi entah mengapa matanya memaksa untuk melihat dua orang itu. Kedua mata itu kembali menyipit, mencoba fokus dengan objek yang ada di depannya.

Dan dua orang itu Taeyong dan pacarnya yang sempurna itu. Siapa namanya? Hana? Hanjing? Siapapun itu Ara tidak peduli.

Baru tadi ia bertemu dengan Taeyong dan sekarang mereka bertemu lagi? ada di tempat yang sama lagi!

"Cih, ngapain sih mereka di sini?"

Oh liat bahkan kedua manusia itu dengan tidak tahu dirinya bermesraan di depan khalayak begini.

Apa mereka tidak tahu banyak jomblo bertebaran di sini?!

Taeyong memakaikan jas kerjanya ke cewek itu seperti adegan di drama roman picisan. Dan Hananjing itu berterima kasih sambil mencium pipinya?!!

Sialan! Dosa apa Ara sampai harus menyaksikan adegan menjijikan itu?

Harusnya Ara yang mendapatkan perlakuan seperti itu dari Taeyong.

Entah mengapa emosinya tersulut saat ini. Wajahnya memerah dengan atmofer ─yang entah sejak kapan mendadak panas begini.

Ini membuat Ara jadi semakin geram dan ingin menangis saja. Dan sialnya air mata Ara jadi keluar.

Apa Ara harus berdiam diri disini sambil memandang hal menjijikan di depan nya itu sampai hujan reda? Tidak! Sudah cukup muak Ara dengan semua yang terjadi.

Merasa tidak tahan lagi dengan apa yang ada di depan matanya, Ara nekat menerobos orang yang menghalangi jalannya dan berusaha keluar dari kerumunan.

Persetan dengan hujan deras dan petir yang bersahutan. Yang penting Ara pergi dari dua manusia tidak tahu diri itu.

"Minggir anjing." Entah sengaja atau tidak, Ara juga menyenggol lengan kiri Hana. Membuat cewek itu langsung memeluk lengan Taeyong.

Cih, bucin.

"Ara?"

Jelas Ara mendengar itu. Walaupun lirih suara Taeyong sampai dengan baik di telinga Ara. Tapi Ara tidak peduli, menoleh pun tidak.

Lalu Ara berlari sekuat tenaga menjauh dari kafe itu. Tidak peduli air hujan turun semakin ganas membasahi sekujur tubuh berbalut seragam sekolah itu. Tujuannya saat ini hanyalah rumah. Ia hanya ingin pulang.

Dan juga pelukan. Ara tidak kuat lagi dengan semua ini.

Lelah karena berlari Ara berhenti di depan salah satu halte dan menumpahkan air matanya yang sudah bercampur dengan air hujan. Untungnya disana sepi, jadi Ara tidak akan malu karena sudah menangis di publik seperti ini.

"Lemah banget gue," Ara kembali menertawakan dirinya.

Entah kenapa air matanya terus saja keluar. Tapi ia berterima kasih kepada hujan karena Ara bisa menangis tanpa orang ketahui.

"Baru juga kemaren gue bilang mau move on. Tapi apa? Liat gitu aja gue langsung nangis."

"Dasar lemah!" Ara kembali memaki dirinya sendiri.

Percayalah, terlalu menyakitkan saat kembali melihat dua orang itu. Ucapan Taeyong kembali berputar di otaknya. Membuat dirinya semakin tersiksa.

"Brengsek!!" Ara berjongkok dan menangis sejadinya. Menyembunyikan wajahnya dengan rambut panjang yang sudah basah. Tidak peduli dengan hujan yang semakin deras dan suara petir yang semakin kuat.

"Brengsek lo anjing!! Kenapa gue kenal sama lo hah?!!" Tangisannya terdengar menyakitkan.

"Kenapa gue gak bisa lupain lo..." tangisannya mulai melemah. Badannya kini sudah benar-benar basah kuyup.

Dan sepertinya isi tas nya juga ikutan basah, tapi Ara tidak peduli itu.

Tiba-tiba ia tidak lagi merasakan derasnya hujan. Ara melihat ada sepatu di depannya. Kemudian mengadahkan kepalanya dan melihat siapa yang berdiri di depannya.

"Jeno..."

Jeno berdiri di hadapan Ara dengan payung hitam yang ada di genggamannya.

Tampak tampan dengan balutan turtle neck hitam dan wajah tegasnya yang disinari lampu jalanan.

Cowok itu menatap sendu Ara yang masih saja menangis. Lalu membantu Ara untuk berdiri dan langsung mendekapnya. Sedetik kemudian tangisan Ara kembali pecah.

Masa bodoh dengan tubuhnya yang basah kuyup, Ara benar-benar butuh sandaran saat ini. Rasanya sudah lelah dengan hidupnya sekarang.

"Ssttt.... Ara nya Jeno gak boleh nangis." Ucap Jeno lembut sambil mengusap bahu Ara yang basah.

Bahu kecil itu bergetar hebat saat tangan kekar Jeno mengelusnya pelan. Isakan nya lebih menyakitkan dari sebelumnya.

Angin malam ditambah lagi hujan deras tidak memudarkan kehangatan yang disalurkan Jeno. Pelukannya sangat erat dan hangat, Ara suka.

Perlahan tangisannya mereda, hanya tersisa senggukan saja. Jeno tersenyum dan mengelus surai basah Ara.

Jeno melepas pelukannya dan menatap Ara lembut. Wajahnya merah dan basah. Bahkan Jeno tidak tahu mana air hujan dan mana air mata karena rambut gadis itu masih meneteskan air hujan ke wajah cantik nya.

"Pulang yuk?" Ara mengangguk lemah. Kemudian Jeno membawa gadis itu ke mobilnya dan mengantarnya pulang kerumah.

Sesampainya di rumah, Jeno langsung membawa gadis itu masuk dan menyuruhnya untuk berganti baju dibantu dengan Mama nya, Bae Irene.

Sementara cowok itu menunggu di ruang tamu bersama Kim Suho yang sedang membaca berita bisnis terkini sambil sesekali berbincang.

"Jeno..." cowok itu menoleh saat Irene memanggilnya.

Wanita itu mengisyaratkan dengan matanya agar Jeno segera ke kamar anak gadisnya.

"Suhu badan nya tinggi. Tolong temenin Ara ya, tante buatin bubur dulu." Jeno mengangguk dan langsung naik menuju kamar Ara.

Saat masuk dirinya disuguhi pemandangan Ara yang sedang berbaring sambil menatap langit-langit kamarnya.

Seragamnya yang basah tadi kini sudah berganti dengan piyama coklat. Badan nya juga terbalut selimut agar tidak merasa kedinginan karena diluar hujan masih betah meluapkan emosinya.

Jeno menarik kursi belajar Ara dan duduk di sisi ranjang. Menatap wajah sendu itu sekilas dan mengelus rambut yang sudah kering itu dengan lembut.

"Jeno gue lemah banget ya?" Tanya Ara dengan suara seraknya. Jeno berhenti mengelus sebentar.

"Padahal gue udah janji sama diri gue buat move on tapi apa? Liat Pak Taeyong lewat aja udah bikin gue nangis." Air mata gadis itu sepertinya akan keluar lagi.

Jeno menggeleng. Gak, Ara gak boleh terlihat lemah seperti ini.

"Gak lo gak lemah. You're the strongest girl that i ever met." Kata Jeno lembut. Ara beralih menatap Jeno dengan mata merahnya.

"Gue udah bilang, gue bantu lo untuk move on."

"Dan gue selalu ada di samping lo, apapun yang terjadi." Kata Jeno lagi membuat air mata Ara semakin merembes. Dengan langkah cepat ia langsung memeluk tubuh kekar Jeno.

"Maaf."

Ara langsung menangis saat itu juga. Ia merasa sangat bersalah dengan Jeno. Bahkan di saat seperti ini ia lebih memikirkan ego nya dari pada perasaan Jeno.

Tubuhnya lemah tapi pelukan nya terasa erat. Seakan menyalurkan suhu tubuhnya kepada Jeno saat ini.

"Maaf." Kata Ara sekali lagi. Jeno hanya tersenyum tipis sembari mengelus surai hitam itu.

Di ambang pintu, Mama melihat dengan senyuman sambil membawa nampan berisi bubur dan obat penurun panas. Tidak berani menghancurkan suasana kedua anak muda itu.

Jeno melepaskan pelukannya dan menatap wajah sembab itu sambil tersenyum.

"Jangan nangis. Air mata lo terlalu berharga buat dikeluarin." Kedua ibu jarinya bergerak mengusap sisa air mata di pipi Ara.

Setelah dirasa cukup aman, barulah Mama masuk. Diletakan nya nampan itu di atas nakas dan beralih mengusap rambut anaknya.

"Ditemenin Jeno ya? Mama ada di bawah kalo butuh sesuatu." Ara mengangguk dan di detik berikutnya Mama pergi. Tidak lupa menutup pintu kamar Ara.

"Ayo makan. Terus minum obat biar cepet sembuh!" Kata Jeno sambil membantu mendudukan Ara dan mengaduk bubur yang masih panas itu.

Ara menggeleng dan menatap kosong mangkuk berisi bubur itu.

"Nanti kalo gak sembuh gimana bisa gue ajak main lagi ke taman bermain? Makan ya?" Akhirnya bujukan Jeno berhasil. Karena bagaimana pun Ara tetap tidak bisa menolak makanan walau hanya bubur simpel seperti ini.

Setelah makan dan minum obat mereka berbincang sebentar. Alih-alih membahas yang tadi, Jeno malah membahas tentang dirinya yang salah memanggil orang.

Setidaknya Ara tertawa dengan cerita Jeno walaupun tawanya terdengar lemah.

"Udah jam 9, tidur ya?" Jeno kembali membantu Ara untuk tertidur dan membenarkan posisi selimutnya agar tidak kedinginan.

"Gue pulang." Kata Jeno lalu mengelus rambut Ara.

Saat hendak beranjak Ara menahan tangan kekar itu dan menatap Jeno lamat.

"Makasih." Mendengar itu Jeno tersenyum dan mengelus kembali surai itu.

"Have a nice dream, princess." Entah apa yang Jeno pikirkan tapi cowok itu bergerak mengecup dahi Ara. Kemudian langsung berbalik dan pergi dengan wajah merahnya.

Meninggalkan Ara dengan jantungnya yang berdegub kencang.








Tbc.

Semoga nge-feel😭

Ketemu rabu lagi nih gaisnya. Happy Wednesday!!!!

Apakah kalian udah nonton MV Turn Back Time?? Hayolo kalian oleng ke siapaa?

Aku oleng ke Kak Kun😭 tapi Winwin masih nahan aku buat tetep ada di sampingnya *apaan si 😭👍

Jangan lupa streaming Kick It, Ridin', Punch, sama Turn Back Time yaa!!!

Jangan lupa tinggalkan jejak juga!!^^

Continue Reading

You'll Also Like

484K 44.7K 67
Toxic | Mark ver. (complete) Highest rank: #1 in mark at 20 August, 2021 #1 in fanficindo at 20 August, 2021 #2 in marklee at 18 September, 2021 #1 i...
386K 38.4K 14
Saat LDR terberat bukan lagi soal jarak dan juga waktu. Tapi soal kepercayaan yang berbeda. story by; Kairzel
106K 10.4K 29
gimana perasaan lo kalo sticky notes lo, dibales sama gebetan? YUK! DIBACA ❤✉️
19.8K 3.3K 37
ketika yang sulit terasa menjadi mudah, karena kita sepakat untuk tetap bersama .. -bagian kedua dari series Tied.Winwin-