The Cat Girl ✶Completed✶

By mutiams53

23.4K 2.1K 37

【DILARANG PELAGIAT DALAM BENTUK APAPUN】 #thecatgirl Sebuah cerita tentang seorang gadis yang terkena kutukan... More

...✶PROLOG✶...
...✶Capter 1✶...
...✶Capter 2✶...
...✶Capter 3✶...
...✶Capter 4✶...
...✶Capter 5✶...
...✶Capter 6✶...
...✶Capter 7✶...
...✶Capter 8✶...
...✶Capter 9✶...
...✶Capter 10✶...
...✶Capter 11✶...
...✶Capter 12✶...
...✶Capter 13✶...
...✶Capter 14✶...
...✶Capter 15✶...
...✶Capter 16✶...
...✶Capter 17✶...
...✶Capter 18✶...
...✶Capter 20✶...
...✶Capter 21✶...
...✶Capter 22✶...
...✶Capter 23✶...
...✶Capter 24✶...
...✶Capter 25✶...
...✶Capter 26✶...
...✶Capter 27✶...
...✶Chapter 28✶...
...✶Chapter 29✶...
...✶Chapter 30✶...
...✶Chapter 31✶...
...✶Chapter 32✶...
...✶Chapter 33✶...
...✶Chapter 34✶...
...✶Chapter 35✶...
...✶Chapter 36✶...
...✶Chapter 37✶...
...✶EPILOG✶...
♡Thanks♡
Di Baca Yo

...✶Capter 19✶...

386 46 3
By mutiams53

         Bell pulang sekolah telah berbunyi semua murid bersiap untuk pulang. Diray memasukan baju seragamnya ke dalam tas begitu pun yang lain mereka memilih pulang memakai baju olahraga dengan alasan malas berganti baju

"Vin cepet dong" seru Diray berjalan mendahului ke luar kelas.

"Sabar elah, sha duluan" kata Vino yang di balas senyum dan anggukan dari Arsha.

"Ray, tungguin dong" seru Vino menyamai langkah nya.

Diray melirik nya santai, dan keduanya berjalan menuju parkiran menuju kendaraan nya masing masing

"Hari ini kedai buka gak?" tanya Vino menaiki motor.

"Buka" jawab Diray singkat dan segera menyalakan motor besarnya

"Woi! elah ninggalin mulu" gerutu Vino melihat Diray telah melesat jauh, ia segera memacu motornya menyusul Diray

Beberapa menit, Diray memarkir motornya di depan kedai dan Vino pamit terlebih dahulu, Diray memasuki kedai dan lalu mandi mengganti baju nya ia sudah memikirkan kedai ini akan tetap buka meski dari jam 3 sore sampai jam 9 malam

Diray segera menyalakan lampu plat kedai menjadi OPEN, ia segera memasak Ramen seperti yang Almarhumah Sadina ajarkan padanya dulu

Beberapa menit, para pelanggan datang dan memesan Diray segera menghidangkannya

"Ngapain lo kesini?" tanya Diray saat melihat Vino menyusup ke dapurnya.

"Mau bantu aja gak boleh" jawab Vino dan mengaduk Ramyeon di teflon besar itu.

"Oh ya yang lain juga ikut" lanjut Vino, membuat Diray penasaran dan segera melihat ke kedai tampak Aldi, Irfan dan Yogi tengah melayani para pelanggan

Diray memejamkan matanya dan kembali ke dapur lalu menarik baju Vino hingga mundur tepat di sampingnya

"Lo ngapain bawa mereka kesini?" tanya Diray dengan nada tidak suka.

"Kenapa? Mereka itu merasa bersalah sama lo dan informasi buat lo mereka udah berani memberontak pada Evan" jawab Vino santai.

"Dan lo tau lah sekarang si Evan kena karmanya dan gak punya lagi geng" lanjut Vino dan kembali menuangkan Ramyeon ke dalam piring lalu di simpannya di meja pelanggan

"Diray, meja no 5 butuh 3 piring Ramen" kata Yogi menghampiri.

Diray menoleh dan menunjukkan teflon Ramen dengan dagunya, Yogi pun mengerti dan segera bergegas, mereka melayani pelanggan dengan ramah sampai titik akhir yakni tepat jam 21:00 WIB kelimanya pun duduk di kursi dengan rasa lelah nya

"Fiuh...ternyata capek juga ya, gue baru pertama kalinya kerja" kata Yogi menghapus keringat di dahinya dengan tisue

"Ah lebay lo, tiap hari juga kerja ladenin si kunyuk" seru Irfan menyindirnya.

Ketika mereka sedang asyik beristirahat, tiba tiba pintu kedai terbuka semuanya menoleh menampakkan seorang pria paruh baya berbadan tegap

"Kami sudah tutup mohon maaf" kata Diray acuh, namun pria itu malah tetap masuk dan melangkah

Diray berdiri dan menoleh padanya ia terkejut begitu pun dengan yang lainnya

"Om Niko?" tanya Diray tak percaya, Pria itu tersenyum ramah dan menyapa mereka hangat

"Maaf ya mengganggu, saya mau bicara sama Diray ada yang harus di luruskan" kata Om Niko.

Diray menyipitkan matanya dan tampak berpikir lalu mengisyaratkan Vino untuk pergi bersama yang lainnya, Vino paham dan mengajak tiga temannya menaiki tangga

Diray mempersilahkan duduk pria itu, sebenarnya Diray gugup karena kedatangan orang yang terhormat yakni seorang polisi yang di kenal baik oleh masyarakat

"Ada apa ya om? Tumben kesini" kata Diray berbasa basi ia tak tau harus memulainya seperti apa

"Jadi gini...soal kejadian tempo hari, sejujurnya Om sangat kaget setelah mengetahui kamu adalah anak kandung dari istri saya" kata Om Niko menghela nafasnya Diray tampak tak nyaman dengan pembicaraan ini

"Jadi apa benar Maya adalah ibu kamu? Saya tidak habis pikir dia melakukan ini sampai tega membiarkan anak-anaknya tumbuh sebatang kara" lanjut Om Niko menatap Diray dalam.

Diray menundukan pandangannya ke meja memang terasa sakit, sangat sakit.

"Lantas? Om mau melakukan apa?, menjauhkan saya dengan keluarga om? Saya paham saya gak berhak atas ini" kata Diray menelan pahit salivanya.

"Tidak bukan begitu, Om sudah mempertimbangkan bahwa Om akan ajak kamu tinggal bersama om" ucapan Om Niko membuat ulu hati Diray membiru sangat menohok, pasalnya ia tidak bisa beradaptasi lagi dengan ibunya dan juga dengan Rayen yang hubungan kedua nya sedang getir

"Apa yang Om katakan? Saya gak butuh orang lain saya bisa hidup sendiri" kata Diray meyakinkan hatinya.

"Om paham, tapi sekarang om merasa punya tanggung jawab atas hidupmu"

"Karena saya anak kandung istri Om? Benar. Tapi saya sungguh tidak ingin mengganggu keluarga Om, saya senang hidup seperti ini saya sudah biasa"

"Jangan seperti itu Nak, memang sulit menerima kenyataan begitu pun bagi saya yang begitu terkejut dan merasa bersalah"

"Tapi saya akan menerima kenyataan hidup saya yang harus menjalaninya sendiri, sudah malam, sebaiknya Om pulang saja"

"Tolong dengarkan, kita bisa memulainya dari awal dan hidup bersama layaknya keluarga utuh"

"Memulainya dari awal? Apa bisa melupakan semua rasa sakit yang di rasakan saya dan Kakak saya?"

Om Niko terdiam ia paham perasaan remaja memang masih labil tapi ia yakin Diray telah tumbuh dewasa dan baik, serta bisa mempertimbangkan keputusannya sendiri

"Tolong pikirkan lagi, Nak. Saya berharap kamu bisa tinggal bersama saya"

Diray menoleh dan menghela nafas kasar, "Pintu keluarnya ada di sana, permisi" kata Diray dan berdiri lalu melangkah

"Vino, tolong antarkan Om Niko keluar" kata Diray tanpa menoleh pada Niko yang sejak tadi telah di ketahuinya mengintip pembicaraan

"Oke" kata Vino yang agak terkejut karena tertangkap basah,

"Mari  Om, saya antar" kata Vino ramah, Om Vino menatap punggung Diray yang menjauh ia bangkit dan berjalan menuju pintu bersama Vino

"Om, jangan berkecil hati Diray sangat ingin mempunyai keluarga utuh suatu hari ia pasti akan menerima semuanya" kata Vino dengan hati hati

Om Niko tersenyum dan menepuk bahunya, "Tolong yakinkan dia, saya pergi dulu" kata Om Niko dan berlalu setelah Vino membalasnya dengan anggukan dan senyuman.

✦✦✦

1 minggu kemudian....

Diray memarkirkan motornya di parkiran sekolah dan segera memasuki koridor, ia melupakan masalahnya minggu lalu soal om Niko, ia mencoba menerima kenyataan bahwa ini lah takdirnya

Ia memasuki kelas dan tampak Arsha telah datang tak seperti biasa, kali ini gadis itu datang pagi namun ia tak melihat Evan tampaknya gadis itu baik baik saja tanpa dirinya

Diray menyimpan tas nya dan keluar kelas,Arsha tampak kecewa karena dirinya sama sekali tak di lirik

Diray meneguk sekaleng soda di dekat kantin ia malas jika harus duduk di kantin apalagi sendirian itu hanya akan membuat kaum hawa tak berhenti menatapnya

"Apa lo suka hidup seperti itu?"tanya seseorang membuatnya menoleh.

Tampak seorang cowok berdiri dengan dengan kedua lengannya di masukkan ke dalam saku almamater headphone itu selalu setia di tengkuk nya tak lain adalah Rayen

"Apa urusan lo?" tanya balik Diray acuh dan kembali meneguk soda nya.

"Gue emang gak berhak tau urusan lo, tapi kini situasinya berbeda gue juga sebenarnya gak mau lo itu saudara gue" jawab Rayen santai.

Diray menatapnya dan memicingkan nya, "Terus? Lo mau nya apa? Ngajak gue tinggal di rumah lo? Sorry gue juga punya rumah kok" kata Diray enteng.

"Gue ngelakuin ini bukan karena kemauan gue, tapi nyokap lo" ucap Rayen tanpa menoleh ia ikut menyandarkan punggungnya di tembok koridor

"Dia bukan nyokap gue, lo pikir semudah membalikkan telapak tangan? Gue harus beradaptasi dengan keluarga baru?, ya mungkin. Karena lo gak pernah ngerasain jadi diri gue"

"Lo bener, tapi gue juga gak ngajak lo, cuman gue gak mau punya musuh atau bersikap dingin dengan teman sekelas "

"Terus apaan? Lo mau nya apa? Gue jauhin keluarga lo? Sama kayak keinginan bokap lo?"

"Bokap gue...pernah nemuin lo?"

"Bukan urusan lo"

"Dia bilang apa? Lo gak diapa-apain kan?"

"Apa peduli lo?"

"Sorry. Tapi lo yakin gak mau ketemu sama nyokap lo?"

"Gue selalu ketemu dia, karena dia juga guru disini Apa yang udah gue lihat selama ini udah cukup bagi gue"

"Gue gak akan maksa lo buat tinggal di rumah gue, tapi gue yakin lo gak bisa selamanya hidup sendiri"

"Terserah!"

Diray membuang kaleng soda yang telah kosong ke tong sampah, dan meninggalkan Rayen sendirian, 'Dia pikir dia siapa? Sotoy banget sih, gue bisa hidup sendiri' ucap Diray dalam hati

✦✦✦

Bell istirahat berbunyi nyaring, Arsha memasukan barang barang nya kedalam tas barunya pemberian dari ibunya, jujur saja ia senang tapi ada hal lain di hatinya karena harus menyimpan semua barang pemberian dari Sadina

Tapi ia juga harus menyesuaikan diri, sekarang tinggal sama siapa? Dan mana yang harus ia hormati atas pemberian nya

Kelas mulai lengang karena para murid memilih untuk mengisi perut mereka di kantin, Tina mengajaknya ke kantin juga. Keduanya berjalan beriringan menuju kantin dan segera memesan makanan

"Lo mau apa?" tanya Tina singkat, Arsha menoleh.

"Aku mau mie ayam aja" jawab Arsha tersenyum simpul.

"Lo yakin gak bosen?" tanya Tina, pasalnya setiap kali ke kantin Arsha selalu memsan itu, Arsha menggeleng kan kepalanya

Lalu keduanya memesan 2 piring mie ayam dan jus lemon, Arsha melihat di meja pojok sana tampak Diray tengah bercanda tawa bersama teman temannya akhir akhir ini ia sering melihat, Aldi, Irfan, dan Yogi ikut bergabung.

Apa yang terjadi kepadanya? Apa banyak hal yang ia lewatkan? Bagaimana dengan keseharian Diray di kedai? Itulah pertanyaan yang selalu terngiang di kepalanya ia tak pernah berhenti memikirkan cowok itu walau hanya sedetik

"Lo kenapa melamun?, mie nya udah datang" kata Tina membuyarkan lamunannya, Arsha mengerjap dan segera menarik mangkuk mie ayam mendekat dan keduanya mulai menikmatinya

Di sela sela makan Arsha tetap mencuri curi pandang ke meja pojok itu, sampai makanan nya habis. Arsha meneguk jus nya dan segera pergi membayar bersama Tina. Keduanya berjalan di koridor dengan santai

"Lo kenapa? Khawatir sama Diray?" tanya Tina datar yaa wajah itu selalu datar

"Hhm ya, sulit rasanya terus di jauhinya. Memangnya salah aku apa?" jawab Arsha menoleh sekilas gadis itu ada sedikit perubahan kulit nya terawat dan rambutnya semakin berkilau membuat iri para kaum hawa di koridor yang melihatnya

"Kenapa lo gak coba ngomong aja sama dia, agar gak ada kesalahpahaman diantara kalian berdua" usul Tina.

"Sudah ku coba, tapi Diray tak mau bicara lebih jauh hanya untuk sekedar membalas sapaanku" ucap Arsha sedih yaa tentu saja sedih  Diray yang mengenalkannya pada dunia luar tanpa dia, yang dengan suka rela membawanya tinggal, jika tidak mungkin sekarang ia sedang berbosan bosan di rumah tua itu

"Coba lain kali " kata Tina, keduanya memasuki kelas dan duduk di bangkunya masing masing, Arsha melirik bangku di sampingnya terngiang kembali memori saat pertama kali melihat wajah Diray yang terkejut karena dirinya masuk sekolah tanpa sepengetahuannya

Memori bersama laki-laki itu kembali menghantui pikirannya, dimulai dari saat pertama kali bertemu sampai sekarang. Semuanya tak terduga banyak hal indah yang telah di lalui.


✴✴♡

Continue Reading

You'll Also Like

280K 5.9K 33
WATTPAD BOOKS EDITION You do magic once, and it sticks to you like glitter glue... When Johnny and his best friend, Alison, pass their summer holid...