Better With You [VENAL]

By Velova95

44.4K 4.4K 1.3K

18+ Akan ku penuhi seluruh sarafmu dengan kenikmatan hingga kita menegang dan terbakar hangus.. Kita akan ter... More

#1
2. FIGHT
3. GAME
4. MY FIRST KISS
5. SIAPA DI HATIMU?
6. THE PERFECT BASTARD
7. TIDUR BARENG
8. LOVE ME YA
10. DIMENSI LAIN
11. CREEPYPASTA
12. TESTPACK
13. SEBUJUR BANGKAI
14. SECRET ADMIRER
15. MELAMAR?
16. DRAMA QUEEN
17. BAD LIAR
18. WANITA PILIHAN
19. LOSING MY MIND
20.
21. KAMU DAN KAMU

9. DILUAR NALAR

2.3K 213 63
By Velova95

Pendar matahari terbit mengintip malu—malu, melalui ventilasi jendela kamar seorang gadis yang sedang tenggelam dalam mimpinya. Ketika sang mentari telah menampakkan biasnya di ufuk timur. Setiap insan yang melihat keindahannya, pasti akan merasa terpana akan keagungan Tuhan.

Veranda bergegas turun ranjang membuka jendela di hari Sabtu pagi yang cerah itu, dia merasakan kesegaran menebar di udara. Dedaunan di setiap pohon kemilau diterpa pantulan sinar mentari. Hamparan bunga yang beraneka warna menghiasi taman belakang seakan menyapa Veranda. Dan di atas semua itu, gumpalan—gumpalan awan putih berarak di langit biru yang sangat cerah.

Di taman itu pula Veranda melihat Linda istri Kevin tengah menyusupi Rendra putra pertamanya yang baru berumur 3 tahun. Veranda bernafas lega, syukur tidak terjadi sesuatu dengan Linda dan jabang bayinya.

Veranda menengok ke belakang, dia mendapat ranjangnya telah kosong. Keynal berjalan menuruni tangga lipat yang terbuat dari bahan kayu. Derap langkah kakinya menapaki lorong yang menghubungkan antara loteng dan lantai dua rumah keluarga Reyhan.

Keynal menjejakkan kakinya di lantai putih menuju kamar mandi. Terletak di sudut ruangan berbatasan dengan dapur. Kamar mandi itu, memang diperuntukkan khusus para tamu.

Dia berjalan santai sembari membawa handuk yang menggantung di pundak kirinya. Tak lupa Keynal juga membawa odol dan pasta gigi. Satu hal jadi kebiasaan Keynal, dia tidak bisa berbagi pasta gigi itu kepada siapa pun, termasuk keluarganya.

Sedetik ketika Keynal memutar knop bilik kamar mandi. Tahu—tahu Veranda muncul begitu saja, menyusup ke dalam tanpa permisi. Keynal dibuat berang. Dia langsung menarik ujung kaus kakaknya, membuat Veranda hanya berjalan di tempat.

Veranda menoleh dan tersenyum lebar. Nal, gue duluan ya.”

Cewek itu mandinya lelet kek dugong.” Keynal melepaskan cengkeramannya. Dia masuk ke dalam dan menendang Veranda keluar.

Veranda menyerap udara dengan sabar. Kemudian balik ke kamar. Dua puluh menit berselang, Keynal keluar dari kamar mandi dengan handuk putih yang membelit pinggangnya hingga pertengahan paha.

Keynal naik ke atas loteng dan memasuki kamarnya. Veranda menoleh dengan wajah bersemu, lantas gadis itu menilik penampilan Keynal. Rambut acak—acakan masih lembab sehabis keramas. Ditambah bulir air yang menetes ke leher, punggung dan dada bidangnya. Membuat Veranda enggan sekali berkedip.

Keynal berhenti di samping ranjang tepat di depan Veranda yang hanya berjarak setengah meter. Keynal menyeringai senyumnya menjadi aneh.

Veranda menengadah ke atas. Menatap Keynal dengan pikiran tak karuan. Perlahan tangan Keynal bergerak turun membuka lilitan handuknya.

Eh, tunggu apa yang lo laku—

Veranda merasa tenggorokannya mendadak tercekat, mulutnya membulat sempurna. Dan matanya menyalang tajam mengikuti gerakan handuk Keynal yang melorot ke lantai.

Gadis itu menelan ludah, memandang area terlarang Keynal yang terbungkus boxer abu—abu yang longgar. Dengan kasar Veranda menghembuskan napas kecewa.

Keynal tersenyum menyeringai. Dia segera mendepak kaki kakaknya lalu mengambil baju di dalam tas. Yang mana tansel itu Keynal letakkan di bawah ranjang tepat di bawah tempat duduk Veranda.

○●○●

Seminggu berlalu, acara pernikahan berlangsung disebuah taman atau garden party di halaman belakang rumah keluarga Putra. Mereka mengambil tema ‘White Wedding’ dengan jalinan bunga—bungaan berwarna seperti salju yang bergelantungan.

Area taman dipenuhi hiasan pita—pita putih lembut nan panjang. Deretan kursi kayu yang dilapisi kain satin dan tanaman berbunga putih yang membingkai pada kiri dan kanan jalan. Membuat dekorasi pernikahan mereka terlihat sangat bersatu dengan alam.

Belum lagi aroma berbagai bunga orange blossoms, Lilac, Freesia dan mawar yang bertaburan hampir di semua arena garden, menambah keharmonisan pernikahan ini.

Kue pengantinnya pun tidak kalah cantik. Kue putih itu berbentuk menara besar yang terdiri dari lima tingkat. Dengan hiasan dedaunan serta kelopak—kelopak bunga berwarna serupa, yang sesuai dengan tema dan dekorasi pernikahan mereka. Well, Breathtakingly beautiful!

Sangat indah bukan?

Mila berdiri bersebelahan dengan seorang pria yang baru saja resmi menjadi suami sahnya. Gadis itu terlihat amat sangat cantik rambutnya yang diangkat ke atas dengan gaya Messy Look. Ujungnya dilipat ke dalam sehingga membentuk cepol. Sebagian rambut pada bagian depan dibiarkan berjatuhan. Sementara aksen kepang pada rambutnya menjadi twist yang manis, namun tidak berlebihan.

Belum lagi tubuhnya yang dibalut dengan gaun pengantin yang terlihat klasik, elegan dan cantik. Gaun satin itu berekor, terdapat renda-renda di tepian lengan dan ilusi punggung terbuka. Serta detail kancing disepanjang garis punggung hingga ujung gaun. Ditambah kerah yang berbentuk V menunjukkan kecantikan gadis itu tanpa harus mengekspos kulitnya secara berlebihan.

Jika diamati, gaun ini memang terlihat simpel. Namun memiliki detail lace yang seksi dan cantik. Semakin membuat siapapun tidak akan bisa berhenti memandang keindahan gaun yang dikenakan Mila pada hari pernikahannya.

Termaksud dengan pria pakaian jas pengantin berwarna senada yang
sedang berdiri tegak di sisinya. Lengan kirinya melingkar mesra di pinggang istrinya, memperkuat kedok kebahagiaan pernikahan mereka. Pria itu sangat mengagumi sang istri.

Terang saja, Gadis itu memang sangat terlihat cantik di hari pernikahannya. Dengan buaian make—up natural dengan corak coklat keabu—abuan terlihat cantik sebagai penghias matanya.

Belum lagi pilihan warna coral pada pipi dan bibir yang berhasil memberikan efek anggun sekaligus seksi. Kesan efek highlight juga membuat penampilan bagian tulang hidung, dahi, dan tulang pipinya lebih terlihat sehat bercahaya.

Lo lapar, apa rakus. Gak sekalian tuh bangku lo makan?

Dari jauh, Keynal berjalan tegap menghampiri Veranda yang tengah menyantap sepiring makanan dengan begitu lahap.

Gadis bersurai coklat pirang itu menengadah. Menatap adiknya yang memang sedikit lebih tinggi darinya. Dan seketika itu tatapan keduanya bersirobok. Veranda melihat mata Keynal, kelam seperti langit malam, menyusup diam—diam sebuah perasaan bahagia ke dalam hatinya.

Bukannya kesal Veranda justru girang. Baginya sikap Keynal yang seperti itu sudah sangat klise dia lihat. Nada dingin dan kata—kata kasar, Veranda anggap itu sebagai bentuk perhatian tidak langsung dari sang adik, cukup gila, kan?

Veranda berbunga—bunga memandangi Keynal yang tampak gagah menggunakan tuxedo putih dasi kupu—kupu hitam berbahan velvet yang lembut. Serta sapu tangan mungil di bagian saku dada kirinya, dan sepatu pantofel hitam mengkilap.

Keynal terbilang cowok tampan yang memancarkan aura maskulin. Bukan tipe lelaki yang memiliki otot—otot besar di tubuhnya, tapi lebih seperti serigala. Pemuda itu bergerak luwes dengan tubuh langsing dan otot menonjol di tempat yang tepat, meski tidak terlalu kentara sebab pakaiannya yang di kenakannya saat ini.

Tetapi dada bidang dan bahu lebarnya telah menunjukkan hal tersebut. Apalagi ditambah parasnya cute dan manis disaat yang bersamaan. Membuat Veranda tidak pernah bosan memandang Keynal untuk waktu yang lama. Keynal benar—benar makhluk Tuhan paling beruntung karena memiliki kesempurnaan seperti ini.

Manik aswad Keynal balik menatap intens Veranda yang saat ini mengenakan longdrees putih polos dengan sedikit aksen manik—manik transparan dan pita yang melingkar cantik di pinggang super rampingnya. Kakinya di balut stiletto heel motif bling bling crystal. Simpel dan elegan tanpa tambahan aksesoris berlebih. Namun tetap memikat hati siapa pun yang melihatnya.

Veranda yang gugup ditatap seintim itu lantas dia membenahi poni sampingnya yang memang sudah rapi. Keynal justru melengkung kurva terbalik di bibirnya. Lebih tepatnya tersenyum geli melihat tingkah mengemaskan kakak perempuannya itu.

Entah kenapa pandangan Keynal mulai turun, tertuju pada kalung mutiara yang tergantung indah di leher jenjang Veranda. Kalung itu adalah pemberiannya di hari ulang tahun Veranda yang ke—19, tahun kemarin. Kalung tersebut semakin mempermanis penampilan Veranda di mata Keynal.

Gue cantik. Bisik hati Veranda memuji diri sendiri.

Veranda yang masih melamun cantik sampai tidak menyadari seseorang yang berjalan ke arah mereka berdua.

Hai, sayang.”

Veranda sampai keselak mendengar suara yang sangat familiar di gendang telinganya. Veranda seketika itu meletakkan piringnya di meja panjang dan molongok ke belakang. Keynal tersenyum dan langsung merangkul perempuan yang berjalan ke arahnya itu.

Keynal mengajak Naomi sedikit menjauh dan menjaga dengan Veranda. Dari jarak sepuluh meter di depan sana, Veranda melihat Keynal dan Naomi yang mengobrol pelan. Keduanya berdiri saling berhadapan, Naomi hanya bisa tersenyum. Sesekali Naomi menunduk saat tangan Keynal bergerak menyampirkan rambut hitam panjangnya ke samping telinga.

Keynal memandang Naomi lekat dan Veranda menyaksikan semua. Keynal maju selangkah dah mencium kening Naomi di tepat hadapan Veranda. Menyukai seseorang itu, ketika melihatnya berjalan menuju ke orang yang dia suka, Veranda tiba—tiba merasa kalau dia diperlakukan sangat buruk, supaya dia bisa lebih dekat dengan Keynal. Tetapi Veranda belum menangkap kode tersebut.

Perlu digaris bawahi bahwa Keynal memiliki pikiran yang lain dari kebayakan orang. Jika menangis hanya ada satu arti yaitu kesedihan, maka bagi Keynal tangisan berarti kebahagiaan. Apa orang lain benci dia justru menyukainya tentu dari perspektif yang berbeda. Ya, Keynal punya pandangan luas tentang dunia.

Dan ternyata menyukai seseorang, membuat Veranda tidak memiliki keberanian untuk mengatakannya.

Lo, cantik. Terlihat lebih menggoda iman gue hari ini.”

Naomi mengangkat kepala, menatap balik pada manik suram Keynal. Matanya tajam, dan penuh akan keyakinan yang mengelilinginya. Binarnya mampu membuat Naomi percaya, bahwa Keynal adalah anugerah terinda yang Naomi miliki di dalam hidupnya.

Keynal memakai rambut panjang Naomi yang terurai. Gadis mengenakan midi dress putih memamerkan bahu mulusnya, dengan panjang di atas lutut serta belt berwarna senada. Juga anting—anting kecil.

Untuk alas kaki Naomi memakai flat shoes putih. Semua pakainya itu, Keynal yang tentukan. Keynal dan Naomi hunting baju kemarin sore, selepas pulang sekolah.

Keynal mengusap bibir plum Naomi. Matanya menggelap tak kuasa membendung kabut gairah yang membara. Rasanya gue gak tahan buat cium lo.” Keynal mendekatkan bibirnya tapi Naomi melarangnya.

Jangan disini! Naomi berkata sembari menahan dada Keynal yang begitu ingin menciumnya.

Naomi tersenyum kikuk memperhatikan orang—orang mulai berbisik mengomentari kejadian barusan. Sementara itu napas Keynal naik turun, menahan percikan amarah di bola matanya.

Kalo gitu gue punya tempat rahasia untuk kita berdua, ayo!

Keynal menarik Naomi tanpa perundingan keduanya meninggalkan kerumunan orang yang berlalu—lalang. Keynal membawa Naomi masuk dalam rumah pamannya yang sedang sepi, karena semua orang berada di luar. Veranda menyusul tak lama setelahnya, kakinya menerjang angin dan memerhatikan Naomi dengan bibir mengerucut tak suka.

Veranda melihat Naomi dan Keynal memasuki rumah lewat pintu belakang, yang memang terpisah jauh dari lokasi pertama. Lalu di dekat pintu masuk Veranda menemukan sebuah tongkat sapu lidi usang yang telah lapuk dimakan usia. Dengan darah yang mendidih naik ke ubun—ubun, Veranda mengambil tongkat itu masuk bersamanya dan mulai bersiap menyerang Naomi dengan senjata ajaibnya.

○●○●

Keesokan harinya, semua berjalan seperti biasa. Seusai pulang sekolah, Keynal duduk di ruang tamu sembari termenung. Cowok bersurau hitam legam dan mata gelapnya terlihat menerawang saat dia dilanda kebosanan.

Satu kerjapan mata, Keynal menolehkan pandangan ke luar jendela. Menghitung detik—perdetik apakah langit yang mendung akan meleburkan cairnya, atau memaksa matahari kembali mengintip agar senja punya polesan yang cantik sore ini.

Tiba—tiba dia merasa begitu bodoh.

Keynal duduk dengan perasaan tak nyaman. Dan di tangan kanannya, memegang selembar hasil nilai Ujian Tengah Semester (UTS) yang telah dilaksanakan seminggu yang lalu. Terdapat banyak nomor dengan tinta berwarna merah sebagai nilainya.

Anak—anak, ini hasil ujian kalian kemarin.” Pak Joko membagikan kertas ulangan semua murid dikelas XII-Ipa 5.

Bagi yang nilainya di bawah KKN tolong perbaiki, dan harus perbanyak belajar! Kejadian di kelas tadi siang, masih terniang—niang di benak Keynal.

Keynal bukan murid berprestasi, bisa dibilang dirinya adalah tipekal cowok yang pemalas. Dia tidak akan pernah belajar, jika hal tersebut tidak berasal dari keinginannya sendiri. Keynal bisa masuk ke sekolahnya yang sekarang melalui jalur cabang olahraga atau yang kita singkat (cabor).

Ya, dia memang tidak sepenuhnya bodoh. Keynal sangat pandai dalam bidang matematika, terbukti dengan nilai seratus yang tercetak di sana. Namun sebaliknya dia selalu gagal di mata pelajaran yang lain.

Angin memilih mendominasi, menyingkirkan awan—awan kelam membuat matahari ketakutan. Keynal memejamkan matanya, dalam hati bertanya—tanya. Apakah dia benar, karena memilih tidak menceritakan ini pada kedua orang tuanya.

Dengan gerakan cepat Keynal meraih bolpoin di atas meja kaca, menyalin tanda tangan Papihnya di tempat yang telah ditentukan. Tidak begitu mirip sih, tapi lumayan daripada nanti dia kena semprot, karena telah lalai dari tugas utamanya sebagai seorang pelajar.

○●○●

Karena merasa jenuh Keynal memilih berjalan—jalan di sekitar kompleks perumahannya. Dia melewati lorong yang cukup panjang nan sepi, maka dia tengok arloji ditangan kanannya waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Tak tahu kenapa rasanya tempat itu sangat sunyi, sepi dan dingin.

Keynal tidak mendapati satu orang pun di sekitarnya, bahkan toko—toko di pingir jalan tidak ada yang buka malam ini. Seakan dia tinggal di kota mati yang tak berpenghuni. Ketika Keynal berada di perempatan lampu merah, dia menemukan minimarket di ujung jalan yang buka 24 jam.

Keynal melangkahkan kedua kakinya masuk ke minimarket itu. Dia berjalan menyusuri tiap rak—rak tinggi dan memilih bahan makanan yang akan menjadi cemilannya malam ini. Dia mengambil 2 pack mie instan cup super pedas, sosis jumbo kemasan 500gr isi 26 pck, bumbu barbeque dan beberapa kaleng susu coklat pisang ke dalam troli.

Sekitar lima menit Keynal pun ikut mengantri di kasir untuk membayar semua camilan yang dia beli. Sepertinya Keynal kurang beruntung malam ini sebab antrianya cukup ramai, barisan yang tidak teratur. Satu kasir malah di keroyok dari dua arah berlawanan. Keynal jadi bingung mau mengantri di belakang siapa? Karena semua orang ingin menjadi yang pertama.

Yang paling membuat Keynal muak sampai rasanya ingin muntah, adanya seorang bapak—bapak yang datang dari belakang, tahu—tahu main langsung menyerobok dan seenak jidat menaruh barang belanjaannya di meja kasir, tanpa penyesalan sedikit pun.

Alisnya terangkat setengah memperhatikan seorang lelaki yang berdiri di depannya, dengan gestur aneh dan gerak—gerik tidak biasa. Keynal dapat membaca segala tindak tanduk lelaki itu lantas menegurnya.

Tap! Hap!

Lo? Lepasin tangan gue!

Balikin barang itu.” Orang asing itu mencoba melawan hingga Keynal dengan berat hati melumpuhkannya.

Agkh!

Semua orang seketika menoleh. Dan mendapati Keynal tengah memelintir tangan seorang pria yang kini tertangkap basah hendak mencopet dompet ibu—ibu yang tengah sibuk menidurkan bayi yang digendongannya.

Ada yang tidak perduli dan hanya mementingkan diri sendiri. Ada juga beberapa orang yang bertingkah layaknya pahlawan kesiangan. Namun Keynal meminta untuk mereka tidak main hakim sendiri. Dan membiarkan pencuri itu pergi. Toh, orang itu tidak mendapatkan apa pun.

Tapi sebelum pria itu pergi. Dia memperhatikan muka Keynal cukup lama kemudian mengancam Keynal bahwa pria itu, akan datang kembali dan membalas dendam. Tapi Keynal yang dasarnya cuek hanya menganggapnya angin lalu.

○●○●

Di tempat lain, setelah menyelesaikan sholat fardhu empat raka’at secara berjama’ah. Veranda kini mulai menghidupkan pcnya dan duduk di kursi gaming, menghadap layar komputer mahalnya. Dan sekali lagi, pilihan hatinya jatuh pada  Game bergenre survival yang biasanya terlihat menarik.

Tapi, game ini tidak mudah dimainkan. Veranda ditantang untuk bertahan hidup dari zombie atau makhluk menyeramkan lainnya. Makanan dan peralatan yang diberikan pun terbatas. Veranda harus mencari cara untuk bisa tetap hidup di tempat terpencil itu.

Game bergenre survival biasanya hanya terdapat sedikit tokoh/player yang membuat Veranda kesulitan karena tidak banyak teman. Veranda  juga tidak memiliki tempat tinggal tetap, lokasinya justru dihuni oleh para zombie dan makhluk langka yang haus akan darah.

Sehingga Veranda harus berpindah tempat agar karakternya dapat hidup dan membantai para zombie yang telah menyerangnya di awal permainan.

Karena peralatan yang diberikan juga terbatas di game survival biasanya ada fitur crafting. Veranda dituntut untuk mengumpulkan barang—barang yang dibutuhkan agar bisa crafting menjadi barang yang baru.

Jika persediaan makanannya habis Veranda harus mencari makanan dengan berburu atau mengumpulkan sisa—sisa makanan lain. Itulah yang menjadi kegemaran seorang Veranda.

○●○●

Balik ke tempat tadi, tak berselang lama kemudian Keynal keluar dari minimarket. Dia urungkan niatnya untuk melewati jalan sepi tadi dan memilih jalur lain yang lebih ramai.

Tapi baru beberapa menit melangkah Keynal merasa firasatnya tak enak, seperti dirinya sedang diikuti, sejak dia keluar dari minimarket tadi. Keynal sadar dirinya seperti sedang diawasi oleh mata besar yang semakin mendekat dari kabut malam yang kian pekat.

Ada pula bisikan samar—samar yang memintanya untuk menengok ke belakang. Tapi itu tak Keynal lakukan, karena menurut Keynal itu hanya pikirannya saja yang lagi kalut karena lapar, mungkin.

Namun makin jauh dia berjalan, sosok besar itu terasa semakin nyata. Keynal mulai memainkan jarinya, pertanda dia sedang gugup dan debaran jantungnya juga seperti tabuhan keras membuat perasaannya kian waswas. Hal itu dia rasakan bersamaan dengan rintik—rintik hujan pertama yang mulai turun membasuh bumi. Keynal pun menajamkan pandangannya pada lorong gelap di depan sana.

Hingga gerimis itu reda Keynal memilih jalan pintas agar dia lebih cepat tiba di rumah. Kakinya melangkah memasuki sebuah gang sempit di tengah pemukiman kumuh. Indra penglihatan Keynal menangkap sebuah objek yang tak layak padang, dinding gang yang amat kusam, cat—cat yang mengelupas dan berlumut bahkan banyak bagian yang retak di sana—sini. Lorong itu bahkan tak muat untuk dilewati oleh dua orang.

Semenit kemudian Keynal malah berpapasan dengan seorang lekaki yang mengenakan jas hujan berwarna hitam. Anehnya orang itu terus berjalan menunduk tanpa mau menatap Keynal. Keynal berjalan miring agar sisi tubuhnya tidak mengenai dinding yang lembab dan penuh bakteri. Namun tanpa sengaja telapak kirinya bergesekan dengan jas hujan si lelaki aneh itu.

tanpa Keynal sadari lekaki aneh itu justru memberikan senyum mengerikan saat langkah Keynal semakin menjauh. Awalnya orang itu berbalik dan berlari ingin menerjang Keynal. Tapi niatnya terlarang ketika seekor kucing yang entah datang dari mana melompat kearahnya.

Dengan mata kuningnya yang menyala, bulu putih belang hitam mengkilap dan ekor panjang yang tegak, juga sebaris gigi yang tajam siap merobek mangsanya. Kucing persia itu menggeram. Menyadari binatang kecil di hadapannya ini bukanlah kucing biasa, lantas pria itu memilih memutar arah dan kabur terbirit—birit.

Lolos melewati gang sempit barusan, Keynal akhirnya tiba di jalan raya utama menuju rumahnya. Dia berdiri di pinggir trotoar untuk menyebrang jalan, karena rumahnya ada di seberang sana. Keynal melangkah ringan memasuki istana besarnya. Sesampainya di dalam dia langsung menyerahkan barang belanjaan pada Mbok Pat untuk diolah.

Keynal berjalan ke ruang tengah, sama seperti malam—malam sebelumnya. Keynal mendapati Maminya tengah menonton televisi di temani Veranda. Pemandangan yang sudah biasa tapi tidak pernah membuatnya bosan. Keynal tersenyum dan melangkah ke kamar untuk segera membersihkan dirinya. Dia lalu mengambil handuk dan melangkah menuju mandi.

Keynal berdiri di depan wastafel, menghidupkan kran begitu hendak mencuci tangan. Tapi diurungkan Keynal menunduk dalam, menatap telapak tangannya berhiaskan bercak darah yang mulai mengering.

Keynal mengangkat tangan mengamatinya lebih dekat. Dia meneguk ludah susah payah lantas Keynal mengerang lemah, kepalanya pusing mencium aroma amis menguar di udara. Kesadarannya semakin menipis, kepalanya pusing, bau anyir itu membuatnya mual.

Tubuhnya gemetar dan perasaan jijik itu menyeruak hingga ke kerongkongannya. Keynal selalu beraksi seperti itu ketika dia mencium darah yang bukan miliknya. Dia mengecek tubuhnya dan benar Keynal tidak menemukan luka apa pun, baik di tangan, wajah hingga kedua kakinya.

Keynal buru—buru mencuci bersih tangannya pakai sabun berharap aroma terkutuk itu lekas sirna. Lalu Keynal menyikat gigi dengan tatapan tajam ke kaca wastafel. Kepalanya mulai mereply sedikit flashback ke belakang, Keynal ingat sekarang, tadi tangannya tanpa sengaja menyenggol jas hujan pria aneh yang berpapasan dengannya.

Beberapa menit kemudian, Keynal menatap ke arah cermin, memperhatikan wajahnya yang berkeringat dengan seksama.

Dia segera berkumur—kumur menanggalkan pakainya lalu masuk ke shower box. Di sana Keynal mulai menyalakan shower—nya kemudian mengguyur tubuhnya. Meresapi setiap tetesan itu sampai ke hatinya. Lalu tiba—tiba fokus Keynal terdistraksi akan suara ketukan di balik pintu kamar mandi dan Keynal memilih mengabaikannya.

Namun semakin lama ketukan itu semakin menuntut, Keynal langsung menyambar handuknya lalu berjalan membukakan pintu. Keynal mencoba mengintip dari celah pintu yang terbuka dan melihat sosok di depannya dengan muka pucat.

Sosok itu memaksa masuk, Keynal dengan sigap menutup pintunya, tapi lagi—lagi sosok misterius justru menahan pintu kamar mandi, tangannya mencoba mencekik leher Keynal.

🎬 6 Mei 2020

Continue Reading

You'll Also Like

4.5M 192K 49
On Going ❗ Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
203K 13.9K 34
Sakura Hiden: Thoughts of Love, Riding Upon a Spring Breeze (サクラ秘伝 思恋、春風にのせて, Sakura Hiden: Shiren, Harukaze ni Nosete)
18.1M 1.3M 69
⚠️FOLLOW SEBELUM DIBACA ⚠️ [Bijak dalam berkomentar dan hargai karya penulisnya, follow sebelum di baca] _________________________________________ Ai...
291K 22.5K 50
jangan dibawa ke dunia rl/nyata‼️