Yutubir [END]

By Stephn_

2.4M 247K 80.6K

PART MASIH LENGKAP "Karena lo gue berhenti jadi yutuber. Yuk, tubir aja!" -Cecilia Yolanda Lestari ••• Memend... More

Yu(k) Tubir
Bab 2-Bencana
Bab 3-Transformasi
Bab 4- Perempuan Dewasa
Bab 5-Firasat
Bab 6-Melindungi
Bab 7-Menunggu
Bab 8-Terlupakan
Bab 9-Pesta
Bab 10-Asam Daddy
Bab 11-Mukbang
Bab 12-Berunding
Bab 13-Holiday
Bab 14-Lombok
Bab 15-Lombok- Day 1
Bab 16-Lombok- Day 2
Bab 17-Penyelamat
Bab 18-Lombok-Day 3
Bab 19-Lombok- Day 4
Bab 20-Debaran
Bab 21-Bingung
Bab 22- Lombok Day 5
Bab 23-Lucu
Bab 24-Last Day
Bab 25-Mimpi yang mati🥀
Bab 26-Tanggung jawab
Bab 27-Traktiran
Bab 28-Gantungan kunci
Bab 29-Part I- New Year Party
Bab 29-New Year Party (2)
Bab 30-Under The Sea..🐳
Bab 30-Under The Sea 🐳 (Part II)
🦋SPOILER YUTUBIR AFTER MARRIED🦋
🦋SPOILER YUTUBIR AFTER MARRIED (Part 2) 🦋
TRILOGI

Bab 1-Si Youtuber

86.1K 9.4K 1.1K
By Stephn_



"Sssst..."

Seorang gadis berusia dua puluh tiga tahun tampak bersembunyi di balik tanaman hias. Sesekali gadis itu menyentuh bibirnya dengan jari telunjuk, wajahnya terlihat panik memandang ke arah kamera Go-pro.

Gadis itu bernama Cecilia Yolanda Lestari. Putri tunggal seorang pengusaha sukses yang memilih jalan ninjanya sendiri. Cecilia tidak ingin menjadi penerus seperti anak pengusaha lainnya, gadis itu lebih senang menghabiskan waktu dengan membuat konten untuk ditonton subscriber-nya.

Sudah genap dua tahun Cecilia berprofesi sebagai youtuber, melepaskan gelar sarjana ekonomi yang ditempuh selama tiga setengah tahun begitu saja.

Untungnya Cecilia adalah anak tunggal yang sangat dimanja dan disayangi oleh kedua orangtuanya. Jadi, gadis itu bebas untuk melakukan hal yang ia sukai. Meski dalam lubuk hatinya, Cecilia ingin menunjukkan pada kedua orangtuanya bahwa ia bisa sukses dengan jalan pilihannya sendiri suatu hari nanti.

Cecilia sangat percaya diri, terlebih jumlah subscriber channel miliknya sudah sebanyak seratus tiga puluh ribu. Kontennya juga sering masuk trending di youtube. Cecilia yakin suatu saat bisa seperti youtuber seniornya yang memiliki subscriber sampai puluhan juta.

"Jadi guys, tebak gue lagi di mana?" Cecilia mengarahkan Go-pro ke bangunan bertingkat dua dengan desain minimalis yang berada tepat di hadapannya. "Gue kasih waktu sepuluh detik buat nebak, coba jawabannya tulis di kolom komentar."

Selagi berlagak memberi waktu pada para subscriber channel-nya untuk menjawab, Cecilia kembali mengendap-endap. Bersembunyi dibalik pot-pot bunga yang berada di halaman rumah itu. Meski sebenarnya pot-pot itu tidak bisa menyembunyikan keberadaan Cecilia.

Tetapi gadis itu selalu memegang teguh prinsipnya.
'Lebih baik gagal setelah berusaha dari pada gagal karena tidak mencoba.'

Oleh sebab itulah di sini Cecilia berada. Di balik pot bunga Lily putih dengan tangan kanan membawa Go-pro. Mengusahakan agar layar kameranya tidak terlalu berguncang saat tubuhnya berpindah dari pot ke pot.

Setelah melewati empat pot bunga, akhirnya Cecilia berhasil sampai di depan pintu rumah. Cecilia kembali menatap Go-pro di tangan kanannya. Tampak memberi kode pada para penontonnya melalui kedipan mata.

"Jadi hari ini gue mau grebek rumah pengantin bar--Aaaakh!"

Cecilia nyaris melemparkan Go-pro miliknya saat merasakan sebuah tangan perlahan menyentuh tengkuk lehernya. Bulu kuduk Cecilia langsung meremang, kedua kakinya mendadak lemas.

Sebelum Cecilia benar-benar terjatuh di lantai, pemilik tangan yang dengan jahil menyentuh tengkuk leher gadis itu dengan sigap menangkap tubuh mungil Cecilia. Menyangga punggung gadis itu dengan dada bidangnya.

"Yaelah, lemah amat?"

Mendengar suara tengil itu, Cecilia refleks mendongak. Tatapannya langsung bertemu mata dengan musuh bebuyutannya selama tiga tahun ini.

Curious George.

Ah, bukan. Nama aslinya adalah George Abraham Delovano. Pria berusia genap kepala tiga itu adalah sahabat baik sekaligus sekretaris kakak sepupunya yang rumahnya akan Cecilia grebek.

"Mau sampe kapan nyender? Lo berat."

Sindiran George langsung membuat Cecilia tersadar sepenuhnya yang masih bersandar di dada bidang pria itu. Dengan wajah memanas karena malu, Cecilia langsung berdiri tegak.

Cecilia menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. "Mana ada gue berat? Berat badan gue turun tahu!"

George memasukkan kedua tangannya di saku celana, menatap datar Cecilia. "Badan lo ringan, dosa lo yang berat."

Ucapan George berhasil menyulur emosi Cecilia. Gadis itu membelalakkan mata tidak terima. "Lo ngapain di sini? Ganggu aja."

"Enggak kebalik?" George menaikkan sebelah alis. "Gue ke sini karena ada urusan pekerjaan. Nah, lo ngapain? Mau ngerusuh? Kamuflase jadi pot bunga?"

Sial, lagi-lagi tatapan meremehkan itu terlihat dari manik hitam milik George. Cecilia benar-benar kesal dengan tatapan itu. Karena terlalu kesal, Cecilia sampai lupa jika Go-pro miliknya sejak tadi masih merekam.

"Cih," Cecilia berdecih sinis. "Dasar temen enggak pengertian. Baru juga pulang dari honeymoon, bukannya dikasih istirahat. Lo malah datang bawa kerjaan?"

"Bocah tahu apa, sih?" George menggelengkan kepala, perlahan mendorong tubuh Cecilia bergeser dari pintu. "Minggir, ini bukan tempat main."

Sudah cukup. Jika diibaratkan sebuah gunung berapi, sekarang Cecilia sudah mengeluarkan lava panas yang meledak-ledak. Menerkam habis musuh bebuyutan yang dengan sok berdiri di sampingnya.

Saat George mengulurkan tangan kanannya hendak menekan tombol bel, Cecilia dengan cepat memukul tangan itu dengan tangan kirinya yang terbebas.

Pukulan keras Cecilia berhasil membuat George terlonjak kaget.

"Minggir, gue duluan yang sampe!" Cecilia mendorong tubuh George hingga menabrak dinding.

Tanpa peduli dengan tatapan kesal George, Cecilia menatap layar Go-pro dan tersenyum. "Jadi gais, hari ini gue bakalan grebek rumah Ceo ganteng yang barusan menikah dan balik dari honeymoon!"

George yang semula ingin membalas ucapan Cecilia justru jadi terdiam. Menatap ke arah kamera, mengamati layar kecil itu.

Perbuatan George langsung tertangkap basah oleh Cecilia. Gadis itu jelas melihat pantulan bayangan George yang berusaha mengintip. Terlihat penasaran.

Cecilia menghela nafas panjang. "Mau ikutan?"

"Enggak," jawab George cepat.

"Dih, yaudah!" Cecilia mendorong tubuh George menjauh. "Jangan deket-deket nanti lo kelihatan di kamera."

George terkekeh. "Kurang gaul banget gue deket-deket bocah."

Benar-benar Cecilia sudah kehabisan kesabarannya. Perlahan Cecilia meletakkan Go-pro di atas kursi kayu jati yang berada di teras.

Kening George berkerut dalam memperhatikan tingkah Cecilia. Gadis itu tampak menggerakkan lehernya ke kanan dan kekiri, meregangkan lengan dan juga pergelangan tangannya. Cecilia juga meraih karet gelang yang berada di kantung jeansnya, mengikat tinggi rambut cokelatnya yang mulai memanjang.

George sudah was-was saat melihat Cecilia berbalik, memandangnya tajam. George menaikkan sebelah alisnya, melihat kedua tangan Cecilia sudah terkepal kuat. George refleks termundur saat Cecilia tiba-tiba memajukan tangannya tepat ke arah wajahnya. Namun, berbeda dari dugaan George. Kepalan tangan Cecilia berhenti tepat di depan wajahnya. Tepat satu senti sebelum menyentuh hidung bangirnya.

"Suit!" ucap Cecilia dengan ekspresi tegas.

"Eh?" George terdiam sejenak sebelum akhirnya tertawa geli. "Untuk?"

"Siapa yang berhak tekan bel duluan."

"Astaga," George memutar bola matanya malas. "Yaudah, lo aja yang tekan bel. Ngapain pake suit-suit segala? Repot bener."

"Enggak bisa," Cecilia menggeleng. "Lo udah merebut timming bagus gue buat grebek rumah ini. Sekarang pilihannya cuma dua, kalau gue menang gue bakalan lanjutin rencana awal. Kalau gue kalah.."

Cecilia mengamati ekspresi George yang tampak penasaran menunggu jawabannya. Sebenarnya Cecilia sudah tahu rencananya untuk menggrebek rumah kakak sepupunya sudah gagal sejak kehadiran George. Pasti nanti kakak sepupunya akan lebih sibuk dengan pria menyebalkan ini.

Sekarang Cecilia jadi punya dua judul alternatif untuk kontennya. Judul pertama 'Bertemu Ceo tampan dan istrinya yang cantik'  sedangkan judul kedua 'bertemu Ceo tampan dengan istrinya yang cantik, dan temannya yang biadap'. Sepertinya pilihan kedua akan lebih menarik perhatian netizen.

"Kalau lo kalah?" tanya George tidak sabar.

"Gue pulang."

"Semudah itu?" George menatap tak percaya Cecilia.

Biasanya Cecilia bukan tipe orang yang mudah sekali mengalah. Jelas saja George yang sudah sering berusaha mengusir Cecilia dari ruangan kerja atasannya terkejut mendengar pengakuan gadis itu.

"Iya," Cecilia mengangguk yakin.

Sesaat George diam. Memperhatikan ekspresi Cecilia yang tampak sangat serius dengan ucapannya.

"Oke," George tersenyum. "Gunting, batu, kertas? Berapa kali?"

"Sekali," jawab Cecilia.

Cecilia lebih dulu mengulurkan tangannya diikuti George yang tampak ragu balas mengulurkan tangan.

"Siap?" tanya Cecilia langsung dijawab anggukan oleh George. "Gunting.. batu.. kertas..!"

Kedua mata Cecilia membulat kegirangan saat melihat George mengeluarkan batu sedangkan tangannya sendiri membentuk kertas.

"Gue menang!" Cecilia melompat-lompat kecil dengan hebohnya.

"Buset-buset gue menang!" Cecilia menepuk-nepuk lengan kekar George yang terlihat tidak bersemangat.

"Udah pacarannya?"

Suara bariton itu membuat George dan Cecilia refleks menoleh ke arah jendela di samping pintu rumah. Di balik jendela itu menampilkan wajah Jack yang tampak menyandarkan lengannya di jeruji jendela. Entah sejak kapan pria itu ada di sana, seolah sengaja menjadikan George dan Cecilia tontonan.

Jack adalah kakak sepupu Cecilia yang baru saja menikah dengan perempuan cantik bernama Adel. Nama asli Jack adalah Marchellino Feraz Harianto, tetapi pria itu lebih senang dipanggil dengan nama Jack dan hanya memperbolehkan istri juga ibu kandungnya saja yang memanggilnya sayang. Katanya supaya mirip dengan Jack di film Titanic, padahal bagi Cecilia kakak sepupunya itu tidak ada keren-kerennya jika dibandungkan dengan tokoh Jack. Justru kakak sepupunya itu lebih cocok menggantikan peran kapal yang tenggelam.

Cecilia yang semula mencengkeram erat lengan George langsung tersadar setelah mendengar sindiran Jack. Cecilia perlahan melangkahkan kakinya mundur, menjauh dari George yang tampak tenang membalas tatapan Jack.

"Padahal gue belum tekan belnya," ucap George saat pintu sudah terbuka menampilkan Jack dengan kaus putih polos dan rambut sedikit basah.

"Kemesraan kalian kedengeran sampe kamar mandi," Jack mempersilahkan George dan Cecilia masuk ke dalam rumahnya. "Adel denger suara lo berdua langsung mau masakin kalian makan malam. Udah makan? Kalau belum bagus, kalau udah tetep harus makan karena istri gue udah susah payah masak buat kalian."

"Kak Adel lagi masak? Bagus!" Cecilia bersemangat meraih kembali Go-pro yang sempat ia terlantarkan tadi. "Kak Chello, gue izin ke dapur mau bikin konten!"

Jack hanya mengangguk mempersilahkan Cecilia berlari riang menuju ke arah dapurnya yang terletak di lantai satu.

"Heboh bener bocah satu. Heran gue," George mendudukkan pantatnya di atas sofa, memandangi punggung mungil Cecilia yang mulai menjauh.

"Kenapa?"

George mengerutkan kening melihat Jack duduk di seberangnya. "Apanya?"

"Kenapa tadi lo ngalah?" Jack melipat kedua tangannya, menatap curiga George. "Jelas lo tahu Cecil selalu keluarin kertas setiap kali suit."

"Enggak ada alasan penting," George mengedikkan bahu tak acuh. "Dia dateng duluan tadi dan sebagai saksi lihat dia kamuflase jadi pot, gue berbaik hati biarin dia menang. Kasihan juga kalau disuruh pulang."

"Kasihan?" Jack menganggukkan kepala. "Kirain ada  alasan lain."

"Jangan mulai," George memutar bola matanya malas.

Jack tertawa.

George kesal sekali jika sahabatnya itu mulai menuduh yang macam-macam terkait hubungannya dengan Cecilia. Benar-benar perpaduan yang tidak masuk akal. Sudah jelas dari jarak umur saja terpaut tujuh tahun, terlebih sikap kekanakan Cecilia. George hanya memandang gadis itu seperti bocah yang banyak gaya dan mengganggu.

Selagi Adel menyiapkan makan malam bersama Cecilia yang tampak asik merekam, George dan Jack lebih serius. Membicarakan terkait perkembangan bisnis di perusahaannya selama Jack sibuk honeymoon selama tiga hari.

Menunggu setengah jam, meja makan telah dipenuhi dengan beraneka macam lauk. Mulai dari sayur asem, ikan nila goreng, ayam goreng, tempe bawang, tahu, dan kerupuk udang.

George dan Cecil terpaksa duduk berdampingan melihat betapa menempelnya Jack pada istrinya.

Kening George berkerut dalam melihat Jack sempat mengecup sekilas pipi Adel sebelum bergabung ke meja makan. Tatapan George beralih pada tangan Jack yang menggandeng erat tangan Adel. Padahal ini cuma di dalam rumah.

Dasar bucin, batin George.

Adel lebih dulu memimpin doa makan sebelum mereka mulai menikmati hidangan yang tersedia. Adel tampak sibuk mengabil nasi untuk Jack tidak memperhatikan Cecilia dan George yang sudah mulai meributkan hal kecil.

"Ini sendok gue!" Cecilia merebut paksa sendok yang  sudah berada di genggaman George.

"Astaga," George dengan kesal melepaskan sendoknya, mengalah. "Masih banyak yang lain juga. Berasa sendok lo terbuat dari perunggu? Special lo, hah?"

Setelah tadinya berebut sendok, lagi-lagi George dan Cecilia meributkan siapa yang berhak mengambil nasi lebih dulu.

"Ladies first," celetuk Cecilia seraya merebut centong dari tangan George.

"Menurut gue ladies first cuma berlaku untuk woman," George merebut kembali centong dari tangan Cecilia. "Lo bocah bukan woman."

Melihat tatapan Cecilia berubah membara karena emosi, Adel dengan cepat meraih centong di tangan George. "Aku aja yang ambilin biar adil. Oke?"

George dan Cecilia kompak kembali duduk di kursi masing-masing, saling menatap kesal.

Jack menyandarkan punggung memandang lelah George dan Cecilia. "Bertengkar mulu. Awas lo benci jadi bucin."

"Gue bucin sama bocil? Ew," George bergidik ngeri.

Tingkah George langsung mendapat tatapan tajam Cecilia. "Dih, gue juga ogah bucin sama om-om!"

Adel berhenti menyendokkan nasi, tatapannya bertemu mata dengan Jack yang sedang memandanginya penuh arti. Ah, rindu sekali melihat pemandangan itu. Persis seperti tingkah jutek Adel sebelum jatuh ke dalam pelukannya.

"Lihat aja nanti," ucap Jack langsung membuat Cecilia dan George kompak mendengus sinis.

🐵🐵🐵

🐵🐵🐵

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 313K 47
(Spin Off End Up With Him, Bisa dibaca Terpisah) Inggrit Clarissa Surendra tinggal jauh dari kedua orangtuanya yang menetap di London. Tapi, tiba-tib...
101K 11.7K 34
"love is blind, so it doesn't matters right I like you?" -HHJ -start : 11/12/2O19 😈 -fin: 08/06/2020👿
5.1M 713K 49
Nadia Sasmita Sandhi menyukai jendela. Baginya bingkai jendela seperti sebuah layar tempat dia bisa menyaksikan berbagai macam cerita. Dia suka hanya...
39.9K 5.1K 43
Reading List Teenlit Indonesia Mei 2019 [COMPLETED] [Tahap Revisi Perlahan] Hal terbodoh yang pernah Shafiya lakukan: 1. Merogoh kocek lumayan dalam...