Married Dadakan

By sweetiesone

164K 13K 3.8K

Arevin nero ardiaz, salah satu anak kembar keluarga Nero yang harus menanggung permusuhan beruntun yang ayahn... More

01. Pertemuan Kampret
02. Sah!
04. Revan Vs Revin
05. Berbeda
06. New Life
07. Why?
08. Kesal
09. Pain
10. Bisa pasti bisa
11. teror satu
12. Revan
13. Plan
14. misi dan visi
15. Perbincangan sore
16. Malam Minggunya Kita
17. Pacar saya
18. Permulaan
19. Sedikit Tanda
20. Official
21. Keraguan
22. Keluarga Adijaya
23. Pertemuan para William
24. Insiden
25. Mulai terlihat
26. Mulai bergerak
27. Mama
28. Pengorbanan pertama
29. Kepergian Aleta
30. Medan Perang
31. Ungkapan lama
32. Akhir Cerita
TERIMAKASIH
SPIN OFF ; Mengejar Cinta Muslimah

03. Definisi Cowok Nyebelin

10.1K 604 65
By sweetiesone

Hening,
Seluruh orang yang berada di ruang keluarga nampak enggan untuk saling bicara, mereka hanya dapat tertunduk dalam.

Revin, cowok yang menjadi alasan kebungkaman seluruh keluarga juga nampak tertunduk dengan rasa menyesal.

"Vin, Papa yakin ada yang nggak beres sama warga tadi," tebak Rescha yang mulai bicara pada putranya yang duduk disofa merah sama sepertinya.

Revin mendongak, dari awal ia juga sudah merasa semua ini tidak beres.
Yang pasti, ia yakin ini bukan perbuatan Leta yang ingin menjebaknya. Karena, Leta sendiri juga nampak tertekan sampai pingsan.

"Revin juga ngrasa Pa," sahut Revin, memainkan tautan jarinya.

Rescha mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti. Hanya satu yang ada dipikirannya. Revin akan merasakan apa yang ia rasakan. Jadi, ini karma beruntun (?)

"Kamu inget cerita Papa tentang musuh Papa?." Rescha bertanya mengedikkan dagunya memberi tanda kalau ia ingin jawaban iya.

Revin mengernyit sebentar, mengingat ingat apa yang Rescha tanyakan.
"Evin inget, jangan-jangan...?." Revin menggantung perkataannya, pikirannya terus memunculkan banyak opsion.

"Iya, kamu tau Aiden baru saja bebas satu bulan yang lalu. Papa rasa kamu target selanjutnya." Revin melotot tak percaya, kenapa harus dirinya. Kalau dibilang kesal tentu Revin kesal, tapi ia tak bisa melangkahi takdir hidupnya sendiri.

"Papa minta maaf, udah nyeret kamu kedalam lingkaran permusuhan Papa. Please Vin, tuntasin semua ini." Rescha memohon, menatap penuh harap Revin yang juga sedang menatapnya.

Disisi lain Rescha lega karena Revin yang menanggungnya bukan Revan, Revan itu chilldish tak seperti Revin yang lebih bijak dan berkepala dingin.
Revin menghela nafas, kalau Tuhan memilih dirinya sebagai pembalas karma Papanya walau kurang ikhlas, Revin akan tetap melaksanakan. Tak dipungkiri dirinya juga kecewa atas takdir yang dipilihkan, ia bahkan tak mengenal siapa Aleta Quenby. Yang ia tau hanyalah cewek itu satu sekolah dengan dirinya.

Revin juga takut dan merasa bersalah menyeret Leta memasuki lingkaran pembalasan dendam walau ia juga kesal dengan cewek itu. Karena Leta juga ia dijebak sekarang.

"Iya Pa, Revin usaha," ucap Revin memaksakan senyumnya. Menatap Rescha yang juga ikut tersenyum.

"Makasih boy," Rescha bangkit dari duduknya mendekat pada Revin, mendudukkan diri diantara Revin dan Vina, berlanjut memberikan pelukan pada Revin.

"Kalau kamu butuh apa-apa, bilang sama Papa".

°•°•°•°

"Eungh..."

Leta melenguh, membuka perlahan kedua matanya. Matanya menyipit menyesuaikan cahaya diruangan bercat putih dengan gradasi abu-abu yang cukup terang dan luas.

Ia mengerjap, ini bukan kamarnya.
Dengan nyawa yang belum full Leta terduduk mengangkat selimut bercorak papan catur yang menyelimuti dirinya.

Lengkap,
Ia masih memakai seluruh seragamnya, tapi ini dimana. Tolong jelaskan, ada yang tau (?).

Leta masih enggan bangun, menaikkan selimutnya sampai ke dada. Aroma woody menyeruak dari selimut yang ia pakai.

"Astaga!." Leta memekik menepuk dahinya, air mukannya berubah masam. Kejadian beberapa waktu lalu mulai memenuhi ingatannya.

Cklek,

Leta terhenyak menatap pintu yang baru saja dibuka, matanya beradu pandang dengan pria yang baru saja membuka pintu benar saja dia adalah Revin.

"Nggak mungkin! Ini mimpi kan?," Leta bertanya pada Revin yang hanya cengo, berdiri didepan pintu dengan satu tangan masuk kedalam kantung celana training yang ia pakai.

Revin berdecak, memutar malas bola matanya. Satu hal yang ia sadari dari Leta, bego.

"Gue tidur lagi aja nanti bangun pasti udah balik lagi. Sampai jumpa, lo ganteng." Leta tersenyum kikuk kembali berbaring menutup kedua matanya.
Revin melotot tak percaya, selain bego cewek ini juga gila.

Revin melangkahkan kakinya mendekat pada Leta yang terlihat benar-benar memaksakan menutup mata. Terlihat dari bola matanya yang masih bergerak.

Pletak!

Satu jentikan sukses mengenai dahi mulua Leta. Leta meringis spontan mengusap keningnya. Dengan rasa kesal ia membuka matanya kasar, mendudukan diri menatap Revin yang sudah berdiri disampingnya dengan tatapan kosong tanpa ekspresi.

"Lo!...." Leta mengacungkan telunjuknya pada muka Revin. Ia berdecak pasrah. Mimpi ini sangat aneh.

"Lo jangan drama pura-pura amnesia" Leta mendongak mendengar cowok disampingnya ini sudah mengeluarkan kalimat yang lumayan panjang.

Tunggu, apa dia bilang tadi? Jangan drama pura-pura amnesia? Jangan-jangan ini bukan mimpi. Astaga, mati saja Leta.

"Ini bukan mimpi?! Artinya, lo sama gue...." Leta mengigit bibir bawahnya tak berani melanjutkan perkataannya, takut-takut ia salah. Matanya terus menatap Revin meminta kebenaran.

"Mandi. Gue nggak suka deket orang yang nggak mandi" Revin mengabaikan perkataan Leta, berjalan menuju sofa yang terletak didepan tempat tidur.

Leta hanya terus mengamati Revin yang duduk mengambil sebuah buku yang nampak jelas kalau itu komik dengan sampul bergambar beberapa bajak laut juga tulisan 'One Piece'.

Disini Leta menyimpulkan kalau Revin itu sangat suka manga dan komik dilihat dari beberapa rak disudut ruangan dan rak gantung disamping sofa yang berisi banyak komik.

Merasa diperhatikan Revin melirik Leta yang benar saja sedang memperhatikan dirinya.
"Mandi! Lo nggak denger?" Revin menjauhkan komik yang ia pegang, menatap gadis berkulit putih itu dengan tatapan tak suka. Revin memang tak suka diperhatikan tak seperti Revan yang cari-cari perhatian.

Leta mengerucutkan bibirnya melirik jan dinding diatas sofa yang menunjukkan pukul sebelas malam. Seriusan dia harus mandi jam segini.

"Ini udah malem kalau lo belum tau," sindir Leta menatap Revin dengan mulut yang mencibir.

Leta dapat melihat cowok tinggi yang tengah duduk disofa itu menghela nafas, "Nggak mandi, tidur diluar. Ini kamar gue jadi semua gue yang atur," ujar Revin tak ingin dibantah, tanpa mengalihkan pandangannya pada komik yang tengah ia baca.

Leta berdecak, Revin ini bossy sekali.Mentang-mentang ini miliknya semua harus ditentukan dirinya juga. Baru beberapa jam hidup bersama sudah hancur seperti ini. Leta yakin ini cuma berlangsung satu minggu.

"Iya bentar! Mau minum." seru Leta melotot geram pada Revin.
Tak ada sahutan, padahal leta berharap akan diambilkan minum atau bagaimana begitu.

"Mau minum, Ehmm" Leta berdehem keras melirik Revin yang tak bergerak dari duduknya sama sekali tidak bergerak, bola matanya pun tak bergerak menatapnya.

"Haus! Mau minum!" Leta tambah memekik, Revin ini sangat tidak peka. Padahal idaman Leta itu cowok peka, dapetnya malahan pekok!.

Revin berdecak menghela nafas, menatap Leta yang terduduk di tempat tidurnya dengan ekspresi geram. Kenapa Leta ini, mukanya sangat merah, apa Revin berbuat salah. Tolong jelaskan.

"Ambil didapur, lo keluar kamar ini cari tangga turun belok kanan nanti ada dapur," jelas Revin menatap sekilas Leta yang nampak cengo tak percaya.

Leta sendiri sudah kebakaran jenggot, ekspektasi Leta diambilkan, realitanya dibiarkan.

Leta berdiri. Kaki polosnya berusaha menyesuaikan diri dengan lantai. Ia berjalan mendekati sofa tempat Revin duduk.

"Minjem sendal," pinta Leta melirik Revin yang memangku satu kakinya.
Revin memutar malas bola matanya, manatap kaki polos Leta.

"Nggak muat, kaki lo kurcaci gitu," Revin mencibir kembali membaca atau pura-pura membaca komiknya.

Leta melotot, bisa-bisa matanya lepas kalau melotot terus. Revin ini memang definisi cowok nyebelin se–Indonesia.
Tadi cowok ini bilang apa? Kakinya kurcaci? Maksudnya telapak kakinya pendek gitu?. Astaga, mau dibunuh nih cowok tapi Leta takut jadi janda muda. Nggak elite kan.

Ia mendengus berjalan keluar kamar dengan menghentakkan kedua kakinya. Saat sampai di depan pintu, Leta berhenti menoleh kebelakang mungkin saja cowok ini akan berubah pikiran tapi nihil! Cowok itu masih terduduk tak bergerak. Karena geram, Leta membuka asal pintu kamar dan menutupnya dengan keras supaya otak peka Revin encer.

Cewek edan! Revin yang melihat kejadian pintu tadi hanya dapat mendengus kearah pintu tertutup itu.

____________________________________________________________

Thnks for your vote, coment dan follow😊

Gimana part ini?

Ada yang mau bilang sesuatu ke dedek Revin nggak?

Atau mau ngomong sesuatu ke Leta?

Next ngga?


Continue Reading

You'll Also Like

166K 6.1K 34
Boleh di Follow sebelum dibaca;)✔️ ⬇️ #StoryWiloKevin2 [Sequel LoVin] Ada kalanya cinta memang menggenggam begitu erat, tapi ketika pikiran mulai tak...
22.6K 7.6K 50
[FOLLOW SEBELUM BACA!] 📌NOTE: CERITA ORISINAL - - "Dibutuhkan kesedihan untuk mengetahui apa itu kebahagiaan"- Kana * * Ig: @tania.niaa_ Start: Janu...
1.3M 44.5K 55
Sial bagi Sava Orlin setelah melihat lembar penetapan pembimbing skripsinya. Di sana tertulis nama sang mantan calon suaminya, membuat gadis itu akan...
3.3M 169K 25
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...