Riana & Ralex

By Odia3n

15.7K 2.3K 57

(Belum direvisi) Ralex itu tunangan Riana sang gadis populer. Tapi setelah bertunangan dengan Riana, pria itu... More

PROLOG
SATU
DUA
TIGA
EMPAT
LIMA
ENAM
DELAPAN
SEMBILAN
SEPULUH
SEBELAS
DUA BELAS
TIGA BELAS
EMPAT BELAS
LIMA BELAS
ENAM BELAS
TUJUH BELAS
DELAPAN BELAS
SEMBILAN BELAS
DUA PULUH
DUA PULUH SATU
DUA PULUH DUA
DUA PULUH TIGA
DUA PULUH EMPAT
DUA PULUH LIMA
DUA PULUH ENAM
DUA PULUH TUJUH
DUA PULUH DELAPAN
DUA PULUH SEMBILAN
TIGA PULUH
TIGA PULUH SATU
TIGA PULUH DUA
TIGA PULUH TIGA
TIGA PULUH EMPAT
TIGA PULUH LIMA
TIGA PULUH ENAM

TUJUH

438 101 4
By Odia3n

Ralex menunggu Riana di depan gerbang sekolah gadis itu. Kedatangannya tampak mencolok. Bagaimana tidak, dengan mobil mewah yang harganya tak murah, pria itu memarkirkan mobilnya didepan gerbang High School Emperis. Ralex keluar dari mobilnya.

Murid sekolah tampak terpana dengan kedatangan Ralex, terutama para gadis. Mereka menjerit-jerit histeris. Hingga pandangan Ralex melihat Riana keluar gerbang bersama ketiga temannya.

Riana tidak menyadari kedatangan Ralex. Sehingga salah satu sahabatnya menyeletuk.

"Wow lihat pria tampan itu," Misya menunjuk Ralex yang bersandar didepan mobilnya. Ketiga sahabatnya kompak menoleh. Dahi Riana berkerut. Siapa pria itu? Apa Ralex? Batin Riana bertanya-tanya. Dia hanya sekali bertemu Ralex, itupun disaat pertunangan mereka.

"Lihat, pria tampan itu melihat pada kita," kata Tiani.

"Kau terlalu percaya diri Tiani. Dia bukan melihat padamu tapi Riana," ujar Sarly.

Ketiga sahabat Riana memperhatikan Ralex yang berjalan pada mereka. Bukan, tapi pada Riana.

Ralex berhenti tepat didepan Riana membuat Riana mendongak. Karena Ralex lebih tinggi daripada dirinya.

"Sudah siap?" tanya Ralex.

Riana menjadi salah tingkah. Aneh, padahal dirinya terlihat tidak suka pada Ralex selama ini. Kenapa sekarang?

"Bagaimana?"

Riana mengangguk. Dengan tiba-tiba Ralex merangkul pinggang Riana. Membuat gadis itu terkejut.

Ketiga sahabat Riana terpaku lalu mereka mengerti.

"Baybay Riana sayang. Kalau kencan jangan lupa bawa oleh-oleh pada sahabatmu ini ya." Tiani melambai pada Riana. Riana tersenyum pada sahabatnya.

"Bawakan untukku juga." Misya berteriak saat Riana mulai menjauh dari mereka.

"Aku juga," Sarly juga ikutan.

"Tidak perlu sekaku itu," kata Ralex saat menyadari tubuh Riana seperti patung. Riana melihat ekspresi Ralex. Datar seperti pertama kali mereka bertemu.

Ralex membukakan pintu mobil untuk Riana. Lalu memutar tubuhnya ke sisi mobil yang lain.

Suasana di mobil berubah canggung. Riana tidak tahu harus bicara apa dengan pria itu. Sedangkan Ralex sama sekali tidak ingin membuka percakapan.

"Ja... jadi kita akan pergi kemana?" Mati-matian Riana menahan agar suaranya tidak bergetar.

"Menurutmu?" Bukannya menjawab Ralex malah balik bertanya. Riana menjadi kesal dibuatnya.

"Aku tidak tahu," kata Riana kesal. "Jadi kita akan kemana?"

"Aku tidak tahu," kata Ralex santai.

Mulut Riana menganga, "kau tidak tahu kita akan pergi kemana, lalu untuk apa kau mengajakku pergi?"

Ralex menaikkan alisnya, "mengajakmu? Hei nona kau yang meneleponku. Jadi siapa disini yang mengajak siapa?"

Mendengar nada suara Ralex yang mencemooh. Riana benar-benar mengutuk dirinya. Ralex terlihat sangat menyebalkan membuat Riana ingin menendang Ralex keluar dari mobil. Eh... tidak, jika ia benar-benar melakukan itu, yang ada pria itu yang akan menendangnya ke jalanan sekarang.

"Kau terlihat kesal," kata Ralex tapi masih fokus mengendarai mobilnya.

Riana mengabaikan Ralex. Ia ingin sekali memaki-maki sampai puas entah kenapa. Yang pasti Riana tidak ingin menatap pria itu untuk saat ini.

Maka dari itu Riana menatap keluar jendela mobil yang terbuka. Ia memejamkan matanya ketika udara sejuk menerpa wajahnya seolah mendinginkan hatinya yang sedang kesal pada Ralex. Riana membuka matanya lalu tersadar akan sesuatu. Udara sekitarnya terlalu sejuk menjurus dingin. Batin Riana langsung berteriak, PANTAI!! Ya Ralex membawanya ke pantai. Rina menoleh pada Ralex yang juga menatapnya.

"Sudah mendingan?" tanya pria itu. Riana tidak tahu harus berkata apa. Disi lain ia masih kesal dengan pria itu, disisi lain hati baiknya berteriak agar memaafkan Ralex.
🌺🌺🌺

Ralex merangkul Riana menuju pantai. Ketika melihat mereka orang-orang berpikiran kalau Ralex dan Riana adalah pasangan yang sedang dimabuk asmara.

Ketika mereka mulai dekat dengan pantai, orang-orang yang melihat mereka semakin banyak. Para gadis menatap Ralex dengan pandangan memuja. Lalu mereka mendesah kecewa ketika melihat rangkulan Ralex pada Riana.

Riana dan Ralex berjalan bersisian menyusuri tepi pantai. Kedatangan mereka tidak membuat orang-orang biasa saja, justru sebaliknya. Mereka berdua terlihat mencolok dimana-mana. Bagaimana tidak, Ralex dengan setelan kantornya tapi jasnya sudah dilepas dan ditaruh didalam mobil. Dan Riana dengan seragam sekolahnya. Rok pendek diatas lutut dengan warna merah kotak-kotak, kemeja sekolahnya yang senada dengan rok sekolahnya, jangan lupakan kaos kaki yang panjangnya sampai lutut.

Tidak jarang orang-orang yang berada di pantai menganggap mereka kakak adik. Kecuali orang-orang yang mengenal mereka.

"Kau lapar?" Tanya Ralex dengan nada geli ketika mendengar suara perut Riana.

Riana membuang pandangannya dari Ralex. Wajahnya memerah antara kesal dan malu pada pria itu.

Tidak mendengar tanggapan dari Riana, Ralex terus menggandeng Riana sampai mereka didepan rumah makan pinggir jalan didekat pantai.

"Tempat apa ini?" Tanya Riana dengan wajah khawatir. Ekspresi wajahnya terlihat jijik.

"Tempat makan," jawab Ralex cuek.

Dan ketika Ralex membawanya masuk, Riana semakin merasa jijik. Rumah makan ini tampak sempit dan pengap membuat Riana gerah. Disini sangat sepi, hanya ada beberapa orang makan disini. Pantas saja orang makan sangat sepi, disini sangat pengap, sempit dan menjijikkan, batin Riana. Mata Riana terbelalak ketika melihat orang makan yang tidak jauh dari meja mereka memakan makanan yang bentuknya aneh. Apa itu? Wajah Riana berubah pucat. Ia menatap Ralex yang memanggil seorang pelayan.

Seorang pelayan wanita datang mendekati meja Ralex dan Riana.

"Mau pesan apa tuan?" tanya wanita itu sopan. Ralex menatap pelayan wanita itu membuat si wanita berubah gugup. Bagaimana tidak gugup, Ralex menatap wanita itu tajam.

"Berikan menu nya!"

Si pelayan wanita menyerahkan buku menu dengan tangan gemetaran. Riana tidak terlalu memperhatikan tingkah aneh wanita itu. Wajahnya terlalu khawatir menatap tempat aneh dan pengap ini.

"Kau ingin makan apa?" tanya Ralex pada Riana yang sedang memperhatikan sekelilingnya.

"Apa saja menunya?"

"Segala jenis makanan laut"

Wajah Riana berubah syok. "Kau becanda kan?"

"Tidak."

Riana menatap si pelayan wanita, "apakah itu benar?"

Pelayan wanita itu mengangguk, "benar nona."

"Aku tidak jadi makan."

Si pelayan wanita itu menatap Riana aneh. Dalam benaknya seolah berkata, mengapa gadis secantik Riana bisa alergi hewan laut?

"Baiklah, aku memesan satu piring nila goreng pedas dan nasi." Ralex menyerahkan buku menu pada si pelayan. Sebelum si pelayan wanita itu melangkah Riana menahannya.

"Apakah tidak ada menu lain selain menu laut?"

"Tidak ada nona."

Riana mengangguk lemah. Padahal ia yang lapar kenapa jadi Ralex yang makan sendiri?

"Kau tidak ingin makan? Nanti perutmu bisa sakit"

Riana menatap Ralex tajam. Kekesalannya yang di mobil tadi belum reda, ditambah lagi Ralex tidak peduli ia makan atau tidak. Riana mengabaikan Ralex. Gadis itu lebih memilih meletakkan wajahnya pada meja daripada menatap Ralex.

"Makanlah Riana!"

Riana masih mengabaikan Ralex. Hingga terdengar suara helaan nafas pria itu.

"Aku tidak ingin tunanganku sakit."

DEG

Riana terkejut dengan perkataan Ralex. Ia mengangkat wajahnya menghadap pria itu.

"Apa maksudmu?"

"Makanlah!"

Riana menatap meja yang dipenuhi oleh makanan laut beserta nasi juga teh hangat. Entah sejak kapan makanan itu semua ada di atas meja.

"A... aku tidak pernah makan menu laut."

"Maka dari itu cobalah!"

Riana menggeleng jijik. Ia tidak suka makhluk menjijikkan itu. Mereka bau dan berlendir. Melihat reaksi Riana, Ralex memilih diam dan makan.

Perut Riana berbunyi dan Ralex tidak bisa menyembunyikan senyumnya. "Makan atau aku benar-benar membiarkanmu kelaparan."

Akhirnya dengan berat hati Riana mencuil daging ikan yang ada di atas piring. Ia memasukkannya ke mulut dan mengunyahnya pelan.

"Bagaimana?"

Riana tersentak dan mengangguk malu, "lumayan."

Ya, Riana tidak bisa berbohong betapa lezatnya ikan bakar itu. Rasanya bukan lumayan tapi sangat enak.

"Hm," gumam Ralex tapi dalam hati menertawai Riana.

Halo🖐️ Adakah yang menunggu Ralex dan Riana.

Riana gak pernah memakan makan laut? Kenapa ya?

Continue Reading

You'll Also Like

7.2M 351K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
610K 26.4K 41
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
2.8M 302K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
479K 2.6K 19
Warning ⚠️ 18+ gak suka gak usah baca jangan salpak gxg! Mature! Masturbasi! Gak usah report! Awas buat basah dan ketagihan.