Riana & Ralex

By Odia3n

16.3K 2.3K 57

(Belum direvisi) Ralex itu tunangan Riana sang gadis populer. Tapi setelah bertunangan dengan Riana, pria itu... More

PROLOG
SATU
DUA
TIGA
LIMA
ENAM
TUJUH
DELAPAN
SEMBILAN
SEPULUH
SEBELAS
DUA BELAS
TIGA BELAS
EMPAT BELAS
LIMA BELAS
ENAM BELAS
TUJUH BELAS
DELAPAN BELAS
SEMBILAN BELAS
DUA PULUH
DUA PULUH SATU
DUA PULUH DUA
DUA PULUH TIGA
DUA PULUH EMPAT
DUA PULUH LIMA
DUA PULUH ENAM
DUA PULUH TUJUH
DUA PULUH DELAPAN
DUA PULUH SEMBILAN
TIGA PULUH
TIGA PULUH SATU
TIGA PULUH DUA
TIGA PULUH TIGA
TIGA PULUH EMPAT
TIGA PULUH LIMA
TIGA PULUH ENAM

EMPAT

588 105 0
By Odia3n

Elin teman Riana mengunjungi Riana ketika mendengar kabar gadis itu sakit.

"Mengapa tulangmu bisa retak?"

Riana memutar bola matanya malas. "Apa kau melihat tulangku retak?" Tanya Riana.

Elin adalah teman dekat Riana. Mereka berteman sudah sangat lama. Tapi bagi Riana Elin hanya sekedar teman bukan sahabat. Kalian pasti tahu apa perbedaan teman dan sahabat. Teman cuma sekedar teman seperti teman sebangku, teman karena tetangga dan masih banyak lagi. Sedangkan sahabat adalah teman yang paling berharga dan selalu ada disampingmu baik duka maupun senang. Sahabat juga bisa diajak curhat. Lain halnya dengan teman, teman memang bisa diajak becanda tapi tidak dapat menjaga rahasia.

"Kalau tulangku retak aku tidak akan bisa makan, mandi maupun berjalan. Walau seluruh tubuhku rasanya remuk."

Elin menatap khawatir, "sini aku obati,"

"Memangnya kau punya obat?" tanya Riana.

"Hm punya. Kata Ibuku obat ini bisa meredakan rasa nyeri." Elin mengeluarkan botol obat dari dalam tasnya. Bentuk obat itu seperti saleb tapi bukan saleb. "Sekarang buka bajumu!"

"Untuk apa membuka baju?" Mata Riana membelalak ngeri. Apa Elin masih normal?

"Jangan berpikiran yang macam-macam. Aku hanya mengolesi pereda nyeri ini pada tubuhmu," kata Elin dengan nada kesal. Tentu saja kesal, seenak jidatnya saja Riana memikirkannya tentang hal yang menjijikkan.

"Baiklah."

Elin membantu Riana melepaskan pakaian gadis itu lalu membantunya mengoleskan obat pereda nyeri yang dibawanya.

"Apa kau tidak bisa mengolesinya dengan pelan?" Kata Riana kesal.

"Ini sudah sangat pelan aku mengolesinya Riana," lama-lama suara Riana yang mengaduh membuat Elin kesal. "Okey, ini cuma sebentar saja."

"Kau enak yang berkata tapi aku yang kesakitan."

"Memangnya tubuhmu kenapa bisa begini sih?"

Riana meringis menahan rasa sakit bercampur perih di punggungnya yang sekarang sedang diolesi oleh Elin. "Tidak tahu. Setelah aku bangun tadi pagi tubuhku terasa sakit dan pegal-pegal."

"Pantas saja punggungmu sedikit membiru,"

"Masa sih?"

"Iya, jika kau tidak percaya padaku lihat saja di kaca."

Riana langsung bangkit dari duduknya dikasur menuju meja rias miliknya. Ia membelakangi kaca lalu memutar sedikit kepalanya kebelakang menatap pantulan punggungnya yang memar di kaca. Matanya terbelalak, pantas saja sakit.

"Sudah puas memandangi punggungmu melalui kaca? Sekarang cepat kemari aku belum selesai mengolesi punggungmu."

"Iya, iya tunggu sebentar," Riana kembali mendudukkan dirinya di tengah kasur. Ailen duduk dibelakang Riana dan kembali mengolesi tubuh gadis itu.

"Ini akibat kau salah pergerakan saat tidur kan?" Tanya Elin sok yakin.

"Bukan," sahut Riana kesal.

"Lalu kenapa?"

"Bukankah sudah kukatakan kalau setelah aku bangun tadi tubuhku sudah terasa sakit."

"Itu alasan yang tidak masuk akal," kata Elin.

"Terserah jika kau tidak percaya"

Kamar Riana menjadi hening. Karena keduanya tidak lagi mempunyai topik untuk pembicaraan. Riana akhirnya memilih keheningan menyelimuti mereka daripada mendengar segala ocehan Elin. Riana mencoba berpikir, memang tidak masuk akal jika setelah bangun tubuhnya menjadi sakit. Mungkin saja Riana salah pergerakan saat tidur. Salah pergerakan? Rasanya tidak, tulang Riana baik-baik saja setelah diperiksa oleh dokter. Kata dokter tubuhnya baik-baik saja. Dokter juga bingung mengapa tubuh Riana membiru tapi dokter mengatakan, mungkin saja ada orang yang memeluknya terlalu kuat. Tepat seperti dugaan Ailen kalau tubuhnya pasti ditindih atau dipeluk seseorang terlalu erat.

Setelah mengintrograsi siapa dalang dari pelakunya. Saudara Riana tidak ada yang mengaku. Pasti semalam ada yang mengendap-ngendap memasuki kamarnya. Lalu satu nama terlintas dipikiran Riana, apakah mungkin dia? Riana menggeleng tidak mungkin Ralex seperti yang dikatakan Ailen. Tapi mengingat anehnya Ailen tadi disekolah membuat Riana mengerutkan keningnya. Apa Ailen mengenal Ralex?
🌺🌺🌺

Malamnya keluarga Argamawan datang menjenguk Riana. Masih ingatkan nama Ralex yang menyandang nama Argamawan?  Keluarga Ralex datang menjenguknya tapi minus Ralex. Kata mama Ralex, pria itu melakukan perjalanan bisnis ke luar negri.

Tidak hadirnya Ralex membuat Riana senang bukan main. Jika Ralex turut menjenguknya, pasti Riana tidak akan nyaman dengan tatapan tajam Ralex padanya. Jantung Riana akan kembali berulah jika melihat Ralex ataupun mendengar suaranya.

"Ralex berkata padaku kalau kau sakit sayang," mama Ralex mengelus rambut Riana yang sedang bersandar di kepala ranjang dengan sayang. "Seharusnya anak itu memang harus ada disini menjenguk calon istrinya. Tapi dia harus melakukan tanggung jawabnya sebagai penerus Argamawan. Maaf ya sayang."

"Tidak apa ma," Riana berkata lirih.

Mendengar nada suara Riana yang lirih. Arlin mama Ralex tersenyum senang. "Mama tahu kau pasti merindukan Ralex. Tapi Ralex berjanji akan menjengukmu setelah perjalanan bisnisnya selesai."

What! apa katanya? Merindukan pria dingin itu? Riana bergidik ngeri, tatapan pria itu saja membuatnya takut. Bagaimana mungkin ia merindukan pria itu? Walau hanya sekali mereka bertemu disaat pertunangan, Riana tetap masih mengingat bagaimana tatapan pria itu padanya.

Tiba-tiba pintu kamar Riana terbuka. Mengalihkan tatapan Riana dan Arlin. Disana ada mama beserta papanya Riana juga tiga orang tamu dari keluarga Argamawan.

Mereka berlima memasuki kamar Riana. Untung saja kamar Riana luas jadi tidak akan pengap.

Arlin memanggil kedua putranya. "Nah Riana ini kedua putraku. Yang ini namanya Alex."

Arlin mengenalkan Alex pada Riana. Pria tampan tapi ramah itu tersenyum pada Riana. "Hallo calon kakak ipar," sapanya.

Riana membalasnya dengan senyum kaku. Tentu saja, disapa dengan sebutan calon kakak ipar rasanya aneh. Walaupun Alex terlihat ramah tapi Riana belum mengenal dekat saudara Ralex itu.

Sekarang Arlin mengenalkan saudara Alex yang satunya lagi. "Dia Gema adik Ralex dan Alex."

"Hai calon kakak ipar!" Gema mengulurkan tangannya pada Riana yang disambut uluran tangan juga. Mereka bersalaman.

"Hai juga," balas Riana.

Gema orangnya juga ramah. Seperti Riana lihat pertama kali di pesta pertunangannya.

"Ini tidak adil," Alex menggerutu.

"Apanya yang tidak adil?" tanya Gema.

"Calon kakak ipar mengapa kau tidak membalas sapaanku? Sedangkan Gema kau membalas sapaannya." Alex mengabaikan Gema.

Tawa Gema bergema. Seperti namanya orangnya juga punya tawa yang bergema.
"Rasakan kau," ejek Gema.

Sedangkan Riana menjadi salah tingkah. Bagaimana tidak, kedua saudara itu saling adu mulut karena dirinya.

"Calon kakak ipar ayo balas sapaan
ku," kata Alex dengan wajah menggemaskan.

"Menjijikkan," ujar Gema. Alex tidak mempedulikannya. Ia malah memandang Riana dengan wajah memelas.

Karena tidak enak hati, Riana tersenyum pada Alex. "Hai juga..."

"Alex," lanjut Alex

Riana tersenyum. "Hai juga Alex."

Wajah Alex berbinar. "Terimakasih calon kakak ipar. Aku akan mendoakanmu supaya menjadi kakak iparku."

Alex ingin mendekati ranjang Riana tapi ditahan oleh Gema. "Mau kemana?"

"Tentu saja memeluk kakak ipar."

"Tidak bisa Alex."

"Hei aku ini kakakmu. Enak sekali kau menyebut namaku."

"Biarkan saja. Memangnya kau mau berurusan dengan kak Ralex?" tanya Gema.

Alex menjadi kikuk. Tentu saja ia tidak mau berurusan dengan kakaknya itu.

"Lebih baik kita duduk disana saja," Gema menunjuk sofa. Disana ada papanya dan papa Riana yang sedang mengobrol. "Itu ada teh dan makanan."

Mata Alex langsung berbinar mendengar kata makanan. "Ayo" ajaknya semangat sembari menggandeng tangan Gema.

"Hei, hei lepaskan."

"Tidak mau."

Riana tertawa pelan mendengar perdebatan antara Alex dan Gema. Mereka benar-benar ramah tidak seperti Ralex. Kalau saja tunangannya seramah mereka, Riana akan menerima pertunangannya walau dengan cara dijodohkan.

Mendengar Riana tertawa, Arlin tersenyum lembut. "Mereka memang seperti itu nak."

Riana memandang Arlin "benarkah?" Arlin mengangguk. "Mereka lucu."

Arlin tertawa anggun, "tentu saja "

Sely, mama Riana terlihat bahagia melihat kedekatan Arlin dengan Anaknya. Tidak sia-sia Sely menjodohkan Riana dengan Ralex. Walaupun awalnya Sely ingin menampar anaknya yang ceroboh itu karena berniat melarikan diri. Oh, jangan kira Sely tidak tahu aksi ingin melarikan diri Riana dari pesta pertunangannya. Sely tahu semuanya. Ia adalah nyonya besar. Karena tidak ingin membuat rusuh, Sely mengutus Clasie anak keduanya, kakak Riana itu menemui Riana. Dan Clasie setuju menghentikan aksi Riana karena telah disogok oleh Sely.

Sely yakin lambat laun Riana pasti menerima Ralex. Pertunangan mereka bisa menguntungkan kedua keluarga besar ini.

TBC.

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 109K 35
"Aku benar-benar akan membunuhmu jika kau berani mengajukan perceraian lagi. Kita akan mati bersama dan akan kekal di neraka bersama," bisik Lucifer...
8.7M 108K 44
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
4.2M 124K 87
WARNING ⚠ (21+) 🔞 𝑩𝒆𝒓𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒘𝒂𝒏𝒊𝒕𝒂 𝒚𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒌𝒆 𝒕𝒖𝒃𝒖𝒉 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒅𝒂𝒏 �...
1.4M 123K 43
Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langga...