Riana & Ralex

By Odia3n

15.7K 2.3K 57

(Belum direvisi) Ralex itu tunangan Riana sang gadis populer. Tapi setelah bertunangan dengan Riana, pria itu... More

PROLOG
SATU
DUA
EMPAT
LIMA
ENAM
TUJUH
DELAPAN
SEMBILAN
SEPULUH
SEBELAS
DUA BELAS
TIGA BELAS
EMPAT BELAS
LIMA BELAS
ENAM BELAS
TUJUH BELAS
DELAPAN BELAS
SEMBILAN BELAS
DUA PULUH
DUA PULUH SATU
DUA PULUH DUA
DUA PULUH TIGA
DUA PULUH EMPAT
DUA PULUH LIMA
DUA PULUH ENAM
DUA PULUH TUJUH
DUA PULUH DELAPAN
DUA PULUH SEMBILAN
TIGA PULUH
TIGA PULUH SATU
TIGA PULUH DUA
TIGA PULUH TIGA
TIGA PULUH EMPAT
TIGA PULUH LIMA
TIGA PULUH ENAM

TIGA

587 103 0
By Odia3n

Ailen menatap Riana tidak yakin "mungkin tunangan mu, kau sudah bertunangan kan?"

"Kau bicara apa? Itu tidak mungkin," Riana mengelak perkataan Ailen.

Ailen menatap Riana, "apa dia semalam meneleponmu?"

"Hah?" Riana ingat semalam Ralex meneleponnya dan pria itu memberi tahu kabarnya setelah itu pria itu memutuskan sambungannya.

"Bagaimana?" Tanya Ailen.

Riana balas menatap Ailen "kau tahu darimana dia meneleponku?"

Ailen terdiam dan Riana melihat ada kegelisahan dimata gadis itu.

"Ailen," panggil Riana.

"I...iya ada apa?"

Riana menatap penuh selidik membuat Ailen menjadi kikuk. "Kau tidak menyembunyikan sesuatu kan?"

"Tidak," jawab Ailen datar.

Melihat perubahan Raut wajah Ailen membuat Riana memandang Ailen aneh. Gadis itu entah kenapa membuatnya menjadi misterius, seperti ada hal yang disembunyikannya. Tapi apa? Riana terdiam beberapa saat. Ia mulai berpikir seharusnya ia tidak perlu berbicara hubungan pribadinya dengan Ailen. Ailen bukanlah orang yang seharusnya ia temani. Gadis seperti Ailen memang sengaja menjadi aneh untuk menarik perhatiannya lalu gadis itu menjadi temannya dan seterusnya gadis itu merebut hal-hal yang ia miliki.

"Ada apa Riana? Apa kau mencurigai ku?" Tanya Ailen.

Riana menaikkan alisnya, "aku tidak berkata begitu."

Wajah Ailen yang tadinya datar kembali tersenyum, seolah tidak terjadi apa-apa. Riana semakin yakin kalau Ailen menyembunyikan sesuatu.

Ailen mengeluarkan bukunya dari dalam tas. Riana memperhatikan semua apa saja gerak gerik gadis itu. Tidak ada yang aneh, kecuali kotak persegi dilapisi kaca itu. Ailen langsung memasukkan kotak itu kedalam tas dengan cepat.

"Ailen," panggil Riana. Ailen tersenyum menatap Riana.

"Ada apa?"

"Ah itu, apa ada tugas?" Riana sebenarnya ingin menanyakan soal kotak itu kepada Ailen. Tapi niat itu langsung urung ketika Ailen menatapnya.

"Hei sejak kapan kau menanyakan soal tugas kepadaku? Biasanya kau selalu siap mengerjakan tugas."

Riana jadi gelagapan. Ailen tertawa pelan melihat tingkah Riana.

"Aku hanya bertanya, apakah tidak boleh?" Riana menggerutu.

"Tentu saja boleh, aku malah senang jika kau bertanya kepadaku."

"Jadi?" Riana menaikkan alisnya.

"Apa kau tidak memeriksa mata pelajaran hari ini?"

"Aku memang memeriksa mata pelajaran hari ini. Aku lupa memeriksa ada tugas atau tidak."

"Tidak ada tugas," kata Ailen.

"Oh yasudahlah."

Riana membuka ponselnya. Pemberitahuan langsung muncul di notifikasi layar ponselnya. Satu pesan dari aplikasi WhatsApp membuat Riana penasaran. Pasalnya tidak ada nama si pengirim. Pasti nomor asing, batinnya.

jangan banyak bergerak. Nanti tubuhmu semakin sakit!

Mulut Riana terbuka sedikit. Ia bingung, apa si pengirim ini salah kirim? Jika salah kirim, darimana si pengirim mendapat nomornya? Ah kepala Riana jadi berdenyut. Mungkin orang jahil, pikirnya. Saat Riana ingin memblokir nomor asing itu, satu pesan dari nomor yang sama terkirim padanya.

jangan coba-coba memblokir  nomorku!

Karena kesal dengan pesan si pengirim, Riana membuka profil nomor asing itu. Foto profilnya saja tidak jelas. Seperti gambar hati berbentuk love tapi buram.

"Dasar stalker," umpat Riana. Ia segera membalas pesan itu lalu mengetik.

maaf sebelumnya, ini siapa ya?

Setelah menunggu beberapa saat. Si stalker gila itu membalas pesannya.

apa kau tidak menyimpan nomorku?

Bukannya menjawab. Si stalker gila itu malah balik bertanya.

untuk apa aku menyimpan nomormu?

Pesan Riana dibaca tapi tidak dibalas. Akibatnya nomor asing itu meneleponnya. Riana mengangkat teleponnya.

"Hei kau..." ucapan Riana dipotong oleh pemilik nomor asing itu.

"Kau lupa rupanya menyimpan nomorku!"

Riana tercengang. Jantungnya tiba-tiba berulah.

"Ralex?" Tanyanya ragu.

"Ya!" suara tegas dari seberang sana membuat bulu kuduk Riana berdiri.

"Aku tidak tahu ini nomormu."

"Semalam aku sudah memberitahumu kalau jangan lupa menyimpan nomorku."

"Maaf!"

"Tidak masalah, asal lain kali jangan lupa menyimpannya. Aku tutup teleponnya."

"Hai...hei jangan dulu."

"Kau ingin mengatakan sesuatu?"

"Hmm, darimana kau tahu kalau aku berniat memblokirmu nomormu tadi?"

Ralex tidak langsung menjawab. Untuk beberapa saat lamanya Riana menunggu jawaban dari sebrang sana.

"Aku hanya menerka-nerka kalau kau berniat memblokir nomorku karena kau memang seperti itu orangnya."

Riana terdiam lalu menghela nafas, walau dalam hatinya tidak menerima jawaban tidak masuk akal Ralex. "Bolehkah aku bertanya satu pertanyaan lagi?"

"Hm"

"Kau tahu darimana tubuhku sakit?"

Ralex tidak menjawab. Tapi sambungan mereka langsung terputus.

"Apa sinyalnya jelek?" gumam Riana lalu mengangkat bahu acuh. Saat Riana menatap kesebelah bangkunya. Tatapannya langsung bertemu dengan Ailen.

"Itu tadi tunanganmu ya?"

Riana berpikir mungkin saja Ailen menguping pembicaraannya. Maka dari itu Riana cuma mengangguk, tidak ingin memberitahu lebih.

Riana bermaksud menyimpan ponselnya karena lima menit lagi pasti bel akan berbunyi. Tapi tatapan Riana terpaku pada ponsel Ailen yang ada diatas meja. Aplikasi WhatsApp menarik perhatiannya. Sebelum Ailen tersadar, Riana bermaksud mencuri baca pesan Ailen. Riana sebenarnya penasaran Ailen yang terbilang pendiam disekolah bertukar pesan dengan seseorang. Membuat rasa penasaran Riana menggebu.

'sakit' itu balasan dari Ailen. Ketika Riana ingin melihat lagi pesan yang lainnya. Bel keburu berbunyi membuat Ailen mengambil handphonenya dan mematikannya.

Riana menatap Ailen penasaran, apa Ailen sakit? Tapi tampaknya Ailen baik-baik saja, tidak ada tanda-tanda bahwa wajahnya pucat. Lalu apa maksud dari pesan Ailen tadi. Apa temannya yang sakit?
🌺🌺🌺

"Benarkah? Apa tubuhmu sakit?" Tanya Misya khawatir.

Riana mengangguk. Untuk berdiri saja ia tidak sanggup, benar-benar menyusahkan.

"Mengapa bisa begitu?" Tanya Sarly ikutan khawatir.

"Tidak tahu, ketika aku terbangun tubuhku sudah pegal-pegal," Riana menunduk sedih. Karena ia lapar, maka dari itu ia mengirim pesan pada sahabatnya dan mengatakan bahwa ia sakit dan tidak bisa berjalan. Maka disinilah mereka para sahabat Riana yang baik hati membelikannya makanan dan menemaninya di kelas. Kelas Riana sekarang ini sepi, hanya ada ketua kelas dan wakilnya sedang membahas sesuatu. Mungkin tentang pelajaran.

"Mungkin saat tidur tubuhmu membandel sehingga tubuhmu sakit." Kata Tiani sambil memijat bahu Riana yang sakit. Tiani duduk di bangku Ailen disamping Riana. Sedangkan Misya dan Sarly duduk didepan bangku Riana. Mereka memutar kursi menghadap meja Riana.

"Aww, apa kau tidak bisa pelan-pelan?"

Tiani akhirnya memijat pelan.

"Lalu kenapa bisa tubuhmu sakit kalau bukan membandel saat tidur?" Tanya Misya penasaran.

"Aku tidak tahu, tapi yang pasti semalam aku merasa seseorang memelukku begitu erat," jelas Riana.

"Hei apa hantu yang memelukmu?" Teriak Misya membuat ketiga sahabatnya meringis. Bahkan ketua kelas dan wakilnya yang tidak jauh dari mereka ikutan menoleh. "Oops sorry, keceplosan."

Ketua kelas dan wakilnya kembali membahas urusan mereka.

"So, benar itu hantu?" Tanya Misya lagi. Kali ini tidak berteriak seperti sebelumnya.

Sarly memukul kening Misya  membuat Misya mengaduh. "Ish Sarly."

"Tidak ada hantu," Sarly melotot galak pada Misya. Misya cemberut sedangkan Riana dan Tiani tertawa pelan.

"Sebenarnya aku tidak tahu yang memelukku tadi hantu atau bukan. Kata Ailen hantu tidak bisa menyentuh manusia. Jadi aku berasumsi kalau ada yang memelukku tadi malam." Riana mengangkat bahunya.

"Siapa Ailen?" Tanya Tiani. Sarly dan Misya juga ikutan menuntut jawaban dari Riana.

"Teman sebangkuku."

"Gadis pendiam itu?" Nada suara Sarly terdengar mencemooh.

"Sejak kapan kapan kau dekat dengan sipendiam itu?" Tiani terlihat tidak suka.

"Hei kalian ini kenapa? Aku bisa jelaskan," kata Riana jengkel.

"Kalau begitu jelaskan!" Tuntut Misya yang diangguki Tiani dan Sarly. Bahkan Tiani tadi memijat bahu Riana langsung berhenti ketika mendengar nama Ailen. Begitu anehkah nama Ailen ditelinga mereka sehingga menuntut Riana untuk menjelaskan? Oke tidak masalah.

Riana menghela nafas ia mulai menjelaskan bahwa Ailen tadi menolongnya sehingga Riana bertanya apa tadi malam yang memeluk tubuhnya jin atau bukan dan Ailen menjawab bukan. Riana sengaja tidak membeberkan tentang Ralex yang meneleponnya ataupun balasan pesan singkat Ailen.

"Begitu..." Riana mengakhiri penjelasannya dengan satu tarikan nafas.

Ketiga sahabatnya terlihat lega.

"Syukurlah kau tidak sungguh berteman dengannya," Tiani tersenyum.

"Ya aku juga tidak suka melihat sipendiam itu," kata Sarly.

"Apalagi aku," ucap Misya.

Riana tersenyum. Ia juga tidak mau terlalu dekat dengan Ailen. Karena Ailen itu aneh dan misterius bagi Riana. Riana tidak perlu mengatakan yang sesungguhnya kepada sahabatnya tentang sikap Ailen. Biarlah untuk saat ini.



TBC.

Continue Reading

You'll Also Like

2.8M 299K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
1.8M 86.3K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
608K 61.4K 47
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
425K 26.9K 55
Masalah besar menimpa Helena, ia yang sangat membenci bodyguard Ayahnya bernama Jason malah tak sengaja tidur dengan duda empat puluh empat tahun itu...