Pandora

By meri-go-round

1.3K 201 63

Kebohongan yang dibuat Doyoung di musim gugur KSJ x KDY oneshoot fanfiction, 18++ violance, read on your risk... More

Dua
Tiga
Epilog

Satu

482 53 16
By meri-go-round

(disclaimer)

:this is only a work of the author's imagination. Events, opinions, and personalities narrated in the story does not necessarily reflect real life scenarios and characteristics of the idols involved



"Doyoung, bisakah kau tidak pergi? kapal kita akan berangkat ke Hokkaido satu jam lagi," Sejeong merajuk sambil menelungkupkan kepalanya ke atas bantal. 


Tidak jauh dari sana, Kim Doyoung, masih terlihat kelelahan dengan keringat yang menempel di dahi yang membuat rambutnya lengket, duduk di ujung tempat tidur. Dia masih setengah sadar dan bertelanjang dada menyeret dirinya sendiri ke toilet, bergegas cuci muka. 


"Hyaa," Sejeong memaki, "Kurang ajar, kamu mau pergi begitu saja setelah memakaiku? yang benar saja!"

Doyoung yang baru saja keluar dari toilet terkekeh, lalu beringsut mencium kening Sejeong yang juga basah oleh keringat. "Bukan begitu sayang, aku harus pergi, ada urusan sebentar,"


Sejeong masih cemberut, "Urusan apa? sepenting itu sampai harus pergi sekarang?"


Doyoung tertawa lagi, Sejeong ini terkadang bisa sangat overprotective, "Aku berjanji untuk menghubungi Appa dan mengirimkan surat wesel kepadanya sebelum aku pergi ke Hokkaido,"


"Tidak bisakah Lee Taeyong melakukannya untukmu?" Sejeong masih bersungut-sungut. Masih tidak rela Doyoung pergi.


"Kau tidak bisa terus melibatkan asistenmu untuk menyelesaikan masalah kita, lagipula kan aku hanya pegawai biasa,"


Sejeong duduk bersandar ke punggung tempat tidurnya dengan memeluk selimut. Rambutnya masih acak-acakan. "Taeyong akan melakukannya dengan senang, dia kan asistenku, dia akan bisa sangat diandalkan, bilang saja suruh mengirimkan wesel ke mertuaku," 


"Tapi Sejeong," Doyoung menoleh, "kita belum menikah,"


"Aaaaah pokoknya jangan pergiii, yaa yaa," Sejeong merengut masam melihat postur Doyoung yang tercermin di cermin yang tinggi itu. Dia berada di tengah-tengah mengenakan kemeja mahal yang diberikan Sejeong sebagai hadiah promosinya di kantor Ayah Sejeong.

Doyoung diam saja. Tidak menanggapi saran Sejeong yang setengah serius dan setengah menggoda. Dia memakai ikat pinggangnya dengan cepat, lalu menutupi tubuhnya dengan mantel.

Sejeong menghela napas panjang. Bukan tanpa alasan Doyoung dijuluki di jenius bertampang dingin di kantor.

Dia mungkin masih enam bulan bekerja di kantor ekspor impor barang milik Ayah Sejeong, tapi dalam waktu singkat mampu mencuri kepercayaan orang yang cukup berpengaruh di bidang bisnis itu.


-- Sekaligus mencuri hati putri kesayangannya.

Doyong menghampiri Sejeong. Membungkuk dan mencium keningnya, "Aku akan pergi ke Bank dan akan segera kembali, paling lama 30 menit,"


"Doyoung,"


"Hmm?" Doyoung sudah membuka pintu hotel saat suara Sejeong yang agak serak menghentikannya.

"Semalam aku mimpi buruk," Sejeong menunduk, "Aku memimpikan kapal yang akan membawa kita pergi akan karam, dan tenggelam, hanya ada satu sekoci dan pelampung untuk menyelamatkan diri, aku takut," Perempuan itu menahan napasnya.


"Jika itu benar-benar terjadi, apa yang akan kau lakukan?"


Doyoung berpikir sebentar, lalu menjawab asal, "Menurutmu? Tentu saja aku akan memberikannya untukmu, Kau kan tidak bisa berenang,"

"Kau tahu aku dulu di sekolah juara tim renang? Jika aku masuk ke air dan masih perlu menggunakan pelampung, maka aku akan kehilangan muka,"

"-- Waktu itu Jeno juga bilang begitu," Potong Sejeong. "Tapi dia berbohong,"


Hening sebentar. Rasanya atmosfir sekitar kamar hotel ini memberat setelah Sejeong menyebut nama itu. Nama Adik kesayangan Sejeong yang meninggal dalam kecelakaan kapal dua tahun yang lalu.


 "Kau tahu aku tidak bisa berbohong padamu," Doyoung tersenyum lebar. "Aku pergi dulu ya Sayang, aku akan kehabisan waktu,"

"Jangan terlalu memikirkannya, semua mimpi buruk itu tidak akan terjadi. Percaya padaku semua akan baik-baik saja. Juga, jangan merokok!" teriak Doyoung serius.


Dia tahu setiap Sejeong teringat Adiknya Jeno dan kematiannya yang tragis, dia akan merokok tanpa henti.


Pintu tertutup. Meninggalkan ruangan dalam keadaan penuh keheningan.


Perlahan Sejeong bangkit dari duduknya, meraih piyama yang tergeletak sembarangan di lantai dan memakainya. 

Dia duduk di tepi jendela yang mengarah langsung ke arah jalan raya. Menatap jauh dengan tatapan kosong.

Sejeong meraih sebatang rokok, menyalakannya dan menghisap dalam-dalam. 



Lima belas menit kemudian, ponsel Sejeong di atas tempat tidur bergetar.

"Halo John,"

"Tuan Puteri," Suara laki-laki menyapa di seberang, "Sepuluh menit yang lalu Kim Doyoung tiba di depan sebuah restoran tidak jauh dari hotel anda dan bertemu dengan kepala kepolisian unit 101, Tuan Park. 

Dia telah menyerahkan barang bukti ke orang itu, dia benar-benar mengkhianati kepercayaan anda dan tuan Kim,"


"Huh," Sejeong tertawa getir. Asap yang dia hembuskan di sela-sela bibir dan hidungnya mengaburkan pandangannya. "Terus ikuti dan laporkan,"

Sejeong menutup telepon, dan bersamaan dengan itu terdengar suara pintu yang dibuka.

Sejeong memperhatikan Doyoung yang masuk dengan pipinya yang sedikit kemerahan karena angin dingin di luar.

Begitu Doyoung memasuki ruangan, dia segera menghirup udara di dalam ruangan dan marah-marah, mencium bau asap rokok, "Sudah kubilang jangan merokok! kau mau aku tersedak lalu mati? . . . . . uhuk, uhuk,"

Sejeong dengan cepat membuka jendela, membiarkan udara luar yang sejuk mengganti udara dalam kamar yang penuh asap.

"Bagaimana? Sudah mengirimkan wesel ke Ayahmu?" 


"Uhm," Doyoung berdehem sedikit, "Ada begitu banyak orang di bank, tapi untung antreannya tidak begitu lama, kukira aku akan terlambat," Kata Doyoung sambil tertawa di akhir. 

Doyoung bergegas mengemasi kopernya untuk ke Hokkaido, untuk melakukan perjalanan bisnis perusahaan sekaligus berlibur dengan perempuan kesayangannya, Kim Sejeong.


Dia sama sekali tidak memperhatikan bahwa tatapan mata Kim Sejeong, perlahan-lahan berubah menjadi seperti es yang dingin.


Kau benar, Doyoung. Kau tidak akan bisa berbohong dariku.





***



TBC

Ini harusnya jadi oneshoot, tapi Meri gak tahan nulis banyak banyak wkwkwkwkwkwk. 

Continue Reading

You'll Also Like

61.7K 5.6K 33
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
380K 39.3K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
51.4K 2.3K 42
Almeera Azzahra Alfatunnisa Ghozali seorang dokter muda yang tiba-tiba bertemu jodohnya untuk pertama kali di klinik tempatnya bekerja. Latar belakan...
49.1K 6K 29
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...