Psikopat Analog [TAMAT]

By feraliakumbri

6.5K 659 251

"Jangan!! Jangan menggunakan perasaan yang bahkan tidak kamu punya. Itu ... menjijikkan!!" ucap Utari dingin... More

Victim 06
Mr. & Mrs. Ditama
-- Sister
- The Only Exception -
-- Evanesce
Reunion
-- The Call
Souvenirs
A Sign
Jealousy
--Stay
Don't Touch --
-- Another Death
Fear
-- Dismembered
Short Trip -- Healing
Kill it
The Key (Part 1)
The Key (Part II)
-- Fake Protagonist
- Time To Remember
Dirty
Your Secret --
Fiction
FICTION ( BAGIAN DUA)
Reason
-- Still Alive
Judgement
Analog

Unravel

133 22 4
By feraliakumbri

"Tell me what you're fighting and I'll fight with you."
― Calia Read, 

Utari memperhatikan Arman yang entah masih hidup atau tidak di sudut ruangan itu. Sedari tadi dia tidak mendengar ringisannya lagi. Kini mereka kembali tinggal berdua saja di ruangan itu. Pria yang menghajar Arman hingga tidak berdaya itu mengancam akan mengirimkan bukti yang dia miliki kepada pihak berwajib agar Arion ditangkap dan dia bisa memiliki Utari selamanya.

Dari sorot matanya Utari dapat melihat sosok yang sama malam itu. Tatapan yang tidak pernah berubah dari dulu. Obsesinya akan Utari membuatnya melakukan hal keji itu terhadap wanita yang dia bilang dia cintai.

Utari kembali memutar ingatannya, saat dia menerima lamaran Arion untuk menikah. Baginya Arion memang menarik tetapi untuk menjalin hubungan serius dia akan menghindarinya. Karena masa lalunya dan ambisinya untuk balas dendam terhadap mereka yang menghancurkan kehidupannya. Arion yang memiliki hubungan kerja dengan Ciara saat itu membuatnya tertarik. Dia membuat dirinya semakin jatuh kepada pesona Arion dan setuju menikah. Tentu alasan utamanya masih tentang balas dendamnya.

Ternyata membenci lebih mudah dilakukan dari pada balas dendam. Keinginan untuk membalas semua perbuatan orang-orang yang menghancurkan hidupnya terkubur perlahan bersama kehidupannya sebagai seorang istri. Penyakit yang dia derita yang membuat dia tidak bisa sembarangan kontak fisik dengan orang lain terutama pria menjadi salah satu alasan dia melupakan misi balas dendamnya. Kasih sayang Arion yang begitu besar membuatnya nyaman dengan peran barunya sebagai istri. Dia menemukan sosok pria yang berbeda dari semua lelaki yang pernah hadir di hidupnya. Lelaki yang berbeda dari ayah yang selalu menyakiti dirinya dan sang Ibu yang dia cintai. Lingkungan keluarga yang seolah mendukung perannya sebagai istri dan wanita yang tanpa noda membuatnya betah di zona itu. Dia ingin selamanya di sana.

Pintu terbuka, Utari pikir pria itu sudah kembali saat dia melihat sosok lain yang muncul. Ikatan Utari dilepaskan. Wajahnya tegang dan cemas.

"Semua akan baik-baik saja, jangan takut!" ucapnya lembut menyentuh wajah Utari

Mereka berdua berniat meninggalkan ruangan itu secepatnya.

"Sudah ku duga, lo pasti datang ke sini. Arion. Lihatlah Utari dia tidak datang bersama polisi. Dia tahu gue ada di mana tanpa perlu bersusah payah. Tidak kah kamu curiga? Suami yang lo pikir suci ini tidak lebih sama dengan gue. Seorang Penjahat!"

"Desta. Seharusnya perbuatanmu tidak sejauh ini." Arion menggenggam tangan Utari yang berada di belakangnya.

"Arion Ditama. Gue membunuh semua teman-teman gue atas suruhan lo. Berengsek!" matanya membesar merah. Amarahnya meluap. Utari semakin kuat menggenggam tangan Arion.

"Halusinasimu berlebihan!"

"Diam keparat. Gue melakukan itu agar mendapat pengampunan dari Utari agar gue bisa bersama dengan dia." Dia tergelak. Suaranya bergema. Arion memberi aba-aba agar Utari sedikit menjauh darinya. Utari mundur tepat saat Desta mengayunkan tongkat besinya ke arah Arion. Arion mengelak dengan mulus namun menabrak meja yang tidak jauh darinya.

Sekali lagi dia mengayunkan tongkat itu yang membuat meja itu terbelah. Arion menusuk leher Desta dengan bolpoin yang ada di saku celananya. Desta mundur sambil memegang lehernya yang mengeluarkan darah segar.

"Bunuh dia!" Teriak Desta ketika melihat Arman bangkit memegang potongan kayu dari meja yang rusak. Arman siap menghantam kepala Arion saat itu. Utari berteriak membuat Arion waspada dan mengelak. Cepat dia memegang tangan Arman yang tidak lagi kuat karena luka di sekujur tubuhnya. Arion memutar kepala Arman seolah mainan. Arman mati dalam sekejam di tangannya.

"Lihat, Tari ... itu sosok asli Arion, suami lo."

Arion tidak menggubris Desta yang kehilangan banyak darah akibat luka pada leher yang sepertinya mengenai organ vital. Arion mendekati Utari, dan hendak mengajaknya keluar dari tempat itu.

"RAFAA..."

***

"Lakukan yang terbaik untuk adikmu. Kali ini akan lebih berat dari yang sebelum-sebelumnya." Wanita berambut pendek itu menepuk punggung putra sulungnya sambil melihat melalui kaca pintu kamar perawatan. Di dalamnya terbaring Arion yang menerima perawatan akibat luka hantaman pada kepalanya. Saat hendak membantu Utari, Desta yang dia pikir tengah tidak berdaya dengan lukanya ternyata masih berupaya menghancurkan Arion dengan sisa tenaganya. Beruntung tepat di saat itu pihak berwajib datang dan Arion cepat dapat perawatan.

"Desta memberikan kesaksiannya. Dia mengakui telah membunuh teman-temannya tetapi menurut pengakuannya dia di manipulasi oleh Arion. Desta juga mengaku memiliki bukti fisik penguat kesaksiannya. Juga memiliki bukti bahwa Arion juga terlibat dalam kasus pembunuhan berantai yang tengah dalam penyelidikan. Tapi USB yang dia bilang itu tidak dapat ditemukan di TKP. Apa kamu melihat USB itu ?" tanya Eros bersama beberapa petugas kepada Utari yang masih terbaring di rumah sakit yang sama dengan Arion dirawat.

"Tidak perlu menjawab, Tari. Kamu masih dalam tahap perawatan. Kalian boleh kembali nanti." Alfi dan Helena masuk ke dalam ruangan di mana Utari tengah dirwat bersama dokter yang menanganinya.

"Mau apa anda ke sini?" tanya salah satu petugas yang tidak senang dengan kedatangan Alfi.

"Saya pengacara Utari dan Arion. Kami adalah keluarga." Petugas tadi langsung menatap Eros. Mereka tahu Eros dan Utari juga akan menjadi calon keluarga dan baru saja informasi tersebut membuat mereka bingung. Alfi Idrus mempunyai saudara lelaki yang kini menjadi tersangka utama pembunuhan Arman.

Atas permintaan dokter yang menangani Utari akhirnya para petugas kepolisian menghentikan sementara interogasi mereka dan akan kembali setelah kondisi Utari lebih stabil.

"USB itu. Dia memperlihatkannya padaku dan kemudian dia sempat pergi meninggalkan aku dan Arman di ruangan itu. Setelahnya aku nggak tau lagi di mana benda itu berada. Sementara hanya itu yang bisa aku sampaikan, Ros," ucap Utari ketika Eros dan rekanannya hendak keluar dari ruangan itu.

Helena menggenggam tangan Utari tanpa berbicara. Sela memperhatikan gerak-gerik Helena dan Alfi dengan penuh curiga. Kenyataan yang tengah dia hadapi membuatnya bingung setengah mati. Dia membenci orang-orang yang menghancurkan keluarga mereka yang tidak pernah utuh itu hingga ingin melenyapkan keberadaan mereka. Tetapi semua itu hanya ada dalam kepalanya. Dia tidak menyangka akan ada orang yang bersedia melakukan itu. Menghilangkan nyawa atas dasar penembusan dosa. Normal kah?

"Semua akan baik-baik saja. Mami akan mendampingi kamu dan Rafa. Mengerti?" ucap Helena lembut disambut anggukan ringan dari Utari.

Helena dan Sela keluar ruangan membiarkan Alfi menanyakan beberapa hal yang perlu dia pastikan sendiri dari adik iparnya itu.

"Sejak kapan kamu tahu, tentang Rafa?" tanya Alfi tenang.

"Bagian yang mana?" Utari tersenyum kecut.

"Senyum itu ... aku akan menyimpulkan kamu sudah tahu tentang Rafa sejak lama. Tapi mungkin setelah menikah." Alfi memegang dagunya seolah berpikir keras tanpa menurunkan pandangannya dari tatapan Utari.

"Kamu nggak takut? Rafa itu ... berbeda ... " sekali lagi Utari hanya tersenyum penuh misteri. Seolah menyembunyikan sesuatu yang bahkan dia sendiri tidak mengetahuinya. Mungkin dia hanya menolak mengetahuinya.

"Aku akan baik-baik saja, kami akan baik-baik saja, selama itu Rafa aku akan baik-baik saja." Keyakinan yang membuat bulu kuduk Alfi meremang, sepasang mata cokelat yang menyiratkan sebuah rahasia besar.

Alfi keluar meninggalkan Utari agar bisa beristirahat. Wanita itu tidak terluka parah pada fisiknya, hanya sedikit memar di wajah

yang membuat Rafa sempat naik pitam. Perlahan dia berjalan menuju kamar mandi sambil membawa infus. Utari mengeluarkan sebuah benda kecil berwarna merah yang sedari tadi dia sembunyikan. Benda kecil merah itu sempat dia pandangi lama sebelum akhirnya dia jatuhkan ke dalam closet. Benda itu hilang masuk ke dalam pipa-pipa pembuangan. Tidak akan ada yang menjumpainya lagi.

======
Duh jadi Utari gimana? Rafa gimana ?

Hari ini sesuai janji kepada Kakak-Kakak peneror tercinta, Bii update 2 part. Tinggal dikit, semoga sehat dan lancar selalu.

Chuu,
Bii

Continue Reading

You'll Also Like

7.5K 361 9
[LENGKAP - FANFICTION] Nyaman! Saat aku berada dalam dekapanmu. Tapi sayang, kita terhalangi atas dasar sahabat. _Alify_ ~~~**~~~ Seorang gadis yang...
148K 12.5K 17
DISCLAIMER: Cerita ini tidak dilanjutkan, namun akses tiap chapter masih bisa dibaca. Terimakasih ═ SEQUEL KEYVAN ═ Raul Richardson pemimpin terting...
203K 5.7K 50
[Budayakan VOTE Sebelum Membaca] The Billionaire Prison [Love is Difficult] Sungai Thames, London. 📌 "Bersihkan semua, jangan sampai ada yang tertin...
552K 52.7K 81
[MATURE] PRIVATE ACAK FOLLOW AKUN DULU SEBELUM MEMBACA!!! Pernahkah kalian membayangkan jika hari ulang tahun itu menjadi hari yang terburuk dalam hi...