Eccedentesiast

By ArunikaRinjani15

5.6K 472 3

Orang yang menyembunyikan tentang banyak hal dengan senyumannya, entah itu rasa sedih, trumatis atau bahkan d... More

ASING
Beku
Tiga Sekawan
Hangat di Sisimu
Illusi
Akad
Attention !!!
My Crazy Brother
Irisa Day
Siapa Kamu di Hatiku?
Benci Dengan Perasaan Ini
Seseorang Sepertimu
Matahariku
Broken Home Story
Ragu
Bestie
Pengumuman
Perasaan Yang Rumit
Jera
Terkapar
Penyesalan
Koma
Cinta Pertama
Hampa
Pulang kemana lagi?
Ego
Benci
ATTENTION
Arti Rasa
Persamaan
Menolak Terjatuh
Luka Lama
Intermittent explosive disorder
Keindahan hatimu
Psikoterapi
De Javu
Kobaran api cemburu
Hal Kecil
Peresmian
Kembali lagi
Tugas akhir dan Kejutan
Keresahan
Pesan bunda
Melepaskan
Akankah pupus?
ATTENTION
Tragedi penculikan
Pencarian Hari Pertama
Pencarian Hari Kedua
Pencarian Hari Ketiga
ATTENTION !!!
Pencarian Hari keempat
Pencarian Hari kelima
Ledakan Amarah
Flashback
Rindu akan temu
Perubahan
Post Traumatic Stress Disorders
Tenang Tapi Sepi
Tongkrongan Baru & Konspirasi Dunia
Artis Dadakan
Pernyataan yang menyakitkan
Hampir kelewat Batas
Sengaja Menghilang
Masih Sama
Penantian
Sunset
Pagi Hari yang Cerah
Akhir dari Perjuangan
Rencana Kedepan
Impian bersama
LDR
Sunset Sanur Beach
H-4
Sosok Ayah
Hari Bahagia
Tak pantaskah untuk bahagia?
Inilah Hidupku yang Berantakan
Pergi
Akhir Rasa Sakit
ATTENTION

Family Time

76 10 0
By ArunikaRinjani15

Sesampainya di cafe dekat SMA nya dulu. Devina dan feby selalu memiliki meja favorit, yaitu di lantai 4 paling atas bagian rooftoop yang berbentuk seperti secret garden. Siapa sangka cafe itu milik Angga, yapp. Abangnya devina sendiri. Devina meminta agar cafe yang di kelola angga dibuat agar memiliki tempat seperti tempat rahasia untuk devina bersantai bersama teman - temannya. Tak lupa di sana disediakan juga free wi - fi.

"Hadehh, capek banget gue feb pake heels". Devina melepas high heelsnya dan kepalanya disandarkan di sofa. Sementara dia duduk di bawah yang berlapiskan karpet dan dibawah karpet terdapat rumput - rumput jepang. Jadi terlihat sejuk di pandang mata.

"Hotspot dulu mumpung gratis hahaha". Ujar feby dengan raut wajah yang gembira mendapat hotspot gratis.

"Kebiasaan. Gue mau pesen minum dulu. Lo mau makan nggak?". Tanya devina yang beranjak dari duduknya.

"Serah lu, iya juga gak papa sih".

"Bilang aja iya ribet amat". Devinapun turun kebawah untuk meminta pesanan kepada pelayan cafe.

"Mbak, pesen moccacino dingin 2, sama kulit ayamnya 2 terus apalagi ya jamur crispynya 2 deh".

"Baik mbak devina. Ditunggu ya mbak".

"Ntar anterin ke tempat biasanya ya mbak".

"Siap mbak".

Devina pun kembali ke atas sambil bersadar di sofa yang empuk.
"Feb..".

"Hmm..". Ujar feby yang masih sibuk dengan HP nya.

"Ntar malem ke mall yuk".

"Mau cari apa lagi sih dev".

"Cari jodoh".

"Gile lu, gak sekalian ikut take me out aja".

"Itu acara cuma buat jomblo ngenes aja feb. Itu cocoknya buat elu".

"Rese' lo".

"Yaudah mau nemenin gak?".

"Males gue, besok ngampus soalanya".

"Ah gak asik lo. Yaudah ntar gue ngajak abang gue aja".

"Gak jadi males gue kalo lo ngajak bang angga. Gue ikut ya..". Feby menunjukkan sederet giginya dan tersenyum ke arah devina.

"Giliran gue ngajak bang angga aja lo gercep".

"Kan kalo rame - rame lebih enak dev".

"Kurang rame ntar lo bakar aja mallnya".

Di sela - sela perbincangan mereka berdua. Pesanan yang devina pesan sudah datang.

"Mbak dev, ini pesanannya sudah datang".

"Makasih mbak".

"Sama - sama mbak dev. Kalo butuh apapun bisa panggil saya mbak".

"Iya mbak. Btw bang angga gak kesini mbak?".

"Mas angga belum kesini mbak. Mungkin nanti".

"Owh yaudah mbak".

"Permisi mbak".

Pelayan tersebut kembali ke bawah untuk melanjutkan pekerjaannya. Karyawan cafe angga lumayan banyak. Sebab cafe tersebut buka 24 jam. Hingga karyawan pun harus ikut aturan shift. Cafe ndangelicious tak pernah sepi pengunjung. Bahkan 24 jam pun masih selalu ramai anak muda yang masih nongkrong. Apalagi kalau malam minggu dan hari - hari libur.

"Bangggg abangg". Sesampai di rumah devina mencari angga yang nampaknya tak terlihat sama sekali.

"Sepi amat dev rumah lo". Ujar feby sambil melihat kiri kanan.

"Btw keknya di belakang rumah deh". Devina menuju taman belakang rumah bersama feby.

"Devina...". Ujar cowok bertubuh tinggi, berkulit putih dan berambut agak gondrong tersebut.

"Ya ampun bang rio, kangen banget sumpah". Devina pun memeluk abangnya yang baru pulang dari melbourne.

"Gue juga kangen banget sama elu dev".

"Ya ampun so sweet". Ujar feby sambil memegang sendiri kedua pipinya.

"Lo mau di peluk juga?". Ujar angga kepada feby.

"Mau". Ujar feby sambil membuka kedua tangannya kepada angga.

"Ih ogahh". Ledek angga membuat feby cemberut.

"Gini dong akur terus". Ujar friska yang baru saja datang menghampiri mereka.

"Kok bang rio gak bilang kalo mau pulang".

"Biar surpresssss...".

"Surpresss lagi kalo datengnya waktu devina ultah bang".

"Masih lama keburu males gue pulang".

"Oh iya bang angga ntar temenin devina ke mall yuk".

"Males ah dev, mager gue".

"Ayolah bang bentar aja kok, gak minta apa - apa".

"Kemaren - kemaren ditawarin ogah".

"Kan itu kemaren capek bang abis OSPEK".

"Alah ngeles aja lo. Lagian ngapain sih ke mall mau cari apa?".

"Cari jodoh katanya bang". Timbrung feby sambil terkekeh melihat ke arah devina.

"Masih jomblo aja lo". Ledek rio yang tertawa melihat ekspresi datar adeknya.

"Lah. Jomblo kok ngatain jomblo".

"Siapa bilang rio jomblo, orang di udah punya cewek. Ya ga ri?".

"Bo'ong".

"Beneran, tanya aja sama bunda".

"Beneran bun?".

"Tadi sih katanya iya cantik lagi".

"Lah katanya doang".

"Nih aku liatin fotonya". Ujar rio sambil memberikan HP nya ke devina.

"Njir, kok dia mau sama abang?".

"Mau lah. Gua aja cakep gini dan gak ada sejarahnya gue nembak di tolak cewek". Semua yang ada di sana tertawa mendengar jawaban konyol rio.

Rio memang anak kedua di keluarga tersebut. Sebelumnya di memang kuliah di luar negeri karena pilihannya sendiri ingin jauh dari keluarganya dan dia ingin belajar mandiri. Rio dan devina hanya selilisih 2 tahun saja. Sementara rio dan angga beda 3 tahun. Jarak mereka lahir memang tidak terlalu jauh. Jadi siapapun yang melihat rio dan angga jalan berdua saja dengan devina pasti banyak orang mengira bahwa mereka itu pacaran.

Sesampainya di mall mereka ber 4 terlihat seperti double date. Apalagi devina dan rio selalu bergandengan tangan selama jalan - jalan.

"Mau makan gak?". Tawar angga.

"Mau lah, dibayarin kan?". Tanya rio.

"Gampang soal itu mah".

"Gue juga dibayarin kan bang". Tanya feby langsung to the point.

"Iyalah feb. Kan lo juga udah bagian dari keluarga kita".

"Asikkkk". Ujar feby sumringah.

Mereka pun berhenti di stand kedai masakan jepang. Devina duduk di sebelah rio, sementara angga duduk di sebelah feby.

"Bang gue mau ini aja ya". Ujar devina sambil menunjuk makanan di buku menu.

"Oke, gue catet. Lo apa feb?".

"Samain devina aja bang".

"Elo apa ri?".

"Gue ini 1, ini 1, sama ini 1".

"Banyak amat maruk lu".

"Laper bang". Rio terkekeh.

"Minumnya?".

"Samain aja sama devina".

"Elo feb?".

"Samain aja lah bang".

"Oke". Angga pun berjalan menuju tempat pemesanan dan kasir.

"Oh iya lo masih temenan sama bocah nakal ini dev?". Ledek rio sambil melihat feby.

"Enak aja nakal. Elo kali ri yang nakal".

"Kok jadi gue".

"Yang dulu pas kita ber 3 main petak umpet terus tiba - tiba lo ceburin gue ke kolam sampe gue mau mati kalo gak di selamatin om andre".

"Lah, itu gue greget aja sama lo. Masak jaga gak nyari yang ngumpet".

"Tapi itu lo kek mau ngebunuh gue tau gak. Untung om andre keburu nolongin gue".

"Udahlah jangan bahas papa". Seketika devina mengehentikan pembicaraan mereka berdua.

Suasana hening, mereka ber 3 menatap devina yang nampak berkespresi sedih. Entalah ada apa dengan dirinya. Hingga pesanan pun datang membuat keadaan sedikit tidak hening.

"Bang, ntar abis makan devina mau nyari sepatu ya".

"Iya. Ntar abang temenin". Ujar angga sambil melahap makanan di depannya.

"Eh, gak usah bang. Ntar.. sama feby aja. Sekalian ini mau ketemu sama temen devina kok".

"Cewek apa cowok?". Tanya rio.

"Emm, cewekk lah bang".

"Ikut dong gue kalo cewek. Cantik kagak?".

"Ih apaan sih. Lo sama bang angga aja disini atau gak maen timezone sana. Ganggu orang aja".

"Yaudah, tapi jangan lama - lama ya dev. Ntar abang tunggu di lobby kalo agak lama".

"Rese lo dev. Awas aja lo". Ancam rio

"Apa!!! Mau ngancem".

"Udah - udah ini apa sih. Ayo ri kita jalan - jalan sendiri sekalian cari oleh - oleh buat bunda di rumah sendiri kasian dia".

"Makannya bang cari pembantu atau gak supir. Rumah segede itu cuma di huni 4 orang. Kamar kosong aja masih ada 2".

"Iya ntar gue pikir - pikir lagi. Ayoklah". Angga menarik hoodie rio membawa pergi dari devina.

Sementara devina dan feby masih belum beranjak dari tempat duduknya.

"Lo mau ketemu siapa sih dev?".

"Ah, ntar lo juga bakal tau kok".

"Cewek?? Siapa. Temen SMP lo?".

"Bawel, ayo buruan ini udah ditungguin disana".

Devina pun menarik tangan feby dan mereka ber dua menuju tempat sepatu.
Jam baru menunjukkan pukul 08.10 WIB. Dan mall semakin ramai pengunjung.

"Kak, udah nungguin lama?". Ujar devina kepada seseorang yang sedsri tadi berdiri memilih - milih sepatu di depannya.

"Eh, dev. Enggak kok".

"Kak, kenalin ini temen aku feby". Devina menyuruh feby berjabar tangan dengan andrian.

"Andrian".

"Feby".

"Oh, iya dev. Besok kan temen gue ultah nih cariin sepatulah buat temen gue. Gue gak tau selera cewek soalnya".

"Owh, buat cewek ya kak".

Devina pun mencari - cari sepatu yang menurut dia bagus dan menarik. Tak lama dia mencari dia menemukan sepatu sneakers yang bagus. Berwarna hitam dengan peraduan warna putih.

"Ini bagus deh kak". Ujar devina sambil mengambil sepatu tersebut.

"Beneran? Gak ada warna lain ya?".

"Ukurannya berapa dulu. Kalo ini sih ukuran ku. Hehe".

"Emm berapa ya. Kira - kira 38 deh".

"Kalo 38 tadi aku nemu yang bagus juga kak disana. Tapi warnanya kuning ada hitam - hitamnya gitu".

"Dimana?".

Andrian pun mengikuti devina ke arah sepatu yang devina temukan.

"Ini lumayan dev, lucu". Ujar andrian sambil tersenyum melihat sepatu tersebut.

Entahlah sudah berapa kali devina melihat senyum menawan andrian yang membuat devina ingin selalu melihat andrian tersenyum.

"Ini aja ya dev kayaknya".

"Harganya kemahalan gak kak?".

"Enggak, ayo buruan ke kasir".

Mereka pun menuju kasir untuk membayar sepatu tersebut. Selesasi itu andrian mengajak devina untuk jalan - jalan sebentar.

"Udah makan belum dev?".

"Udah tadi".

"Lo mau apa".

"Kamu aja kak". Batin devina berbicara.

"Kok diem dev".

"Eh, mau apa. Apa feb. Lo dari tadi diem mulu".

"Eh apa. Ya gak tau apa. Apa aja boleh kok".

"Es krim mau?". Tanya andrian.

"Mau banget". Ujar devina sambil tersenyum ke arah andrian.

Mereka ber 3 mengunjungi stand es krim yang dari tadi selalu ramai pengunjung.
Andrian membeli es krim rasa coklat, devina vanilla, strowberri sementara feby coklat vanilla.

"Eh, udah jam 9 nih kak, gue cabut ya. Pasti abang udah nungguin".

"Lo sama abang lo?".

"Iya".

"Gue kira lo sama temen lo ini doang".

"Yaudah ya. Makasih udah beliin es krim".

"Iya makasih juga udah bantu nyari sepatu.lo pulangnya hati - hati ya".

"Iya kak. Bye".

Devina & feby pun pergi dari hadapan andrian dan langsung menuju lobby. Namun ketika sampai lobby ternyata ke - 2 abangnya belum sampai mobil.

"Bego'. Ini pasti bang rio ngajak timezone bang angga nih". Gerutu devina yany berdiri di sebelah mobilnya.

"Ya lo telfon aja susah amat".

"Ntar gue telfon".

"Tuh, tuh orangnya dev". Ujar feby sambil menunjuk ke arah 2 lelaki tersebut.

"Udah nyari sepatunya?". Tanya rio

"Udah".

"Mana?".

"Duh, goblok banget sih kenapa tadi gak sekalian gue beli sepatu".

"Kok diem?" Tanya rio kembali.

"Gak ada yang bagus". Ketus devina.

"Oh gak ada yang bagus. Gak dapet sepatu malah dapet es krim tuh?".

"Kenapa sih. Cuma es krim doang. Lo mau??? Nihhh ambil semua". Devina menyodorkan es krim cupnya kepada rio. Kemudian dia masuk kedalam mobil.

"Lo tadi sama siapa sih dev". Ujar angga kepada devina yang sedari tadi diam melamun mengahadap ke luar jendela.

"Temen".

"Cewek?". Tanya rio kembali.

"Cowok. Kenapa!!". Ketus devina dengan nada tinggi.

"Kok bo'ong sih dev. Harusnya tadi kamu tu bilang aja sama cowok gitu". Ujar angga dengan nada yang rendah.

"Kenapa sih bang harus banget ngurusin hidup gue. Gue itu udah gak kecil lagi. Kalian gak bisa bikin aku agak bebas dikit aja. Gue juga pengen pergi sama siapa aja, kapan aja bebas tanpa ada pertanyaan - pertanyaan yang seharusnya gak perlu gue jawab".

Mereka yang ada di mobil pun diam. Suasana hening yang terdengar hanyalah suara kendaraan - kendaraan di luar sana. Sesampainya di rumah, devina langsung menuju kamarnya dengan eskpresi marah.

"Bang, koper gue masih di atas". Ujar feby.

"Ya lo ambil lah". Jawab rio.

"Duh, kalo devina udah marah gue gak berani sumpah".

"Ambil aja feb gakpapa". Ujar angga.

"Kenapa lagi sih bang?". Tanya friska yang dari tadi duduk di ruang tamu sambil menonton TV.

"Itu bun anak bunda ngambek trosss".

"Ri, diem napa". Ujar angga masih tetap sabar.

"Dev, gue pulang dulu ya". Ujar feby sambil mengambil koper yang tadi dia bawa. Namun devina tidak merespon apapun. Dia hanya berbaring di tempat kasur saja.

"Bang, bunda. Feby pamit pulang ya".

"Gak sekalian nginep aja feb?". Tanya friska.

"Kapan - kapan aja bun. Assalamualikum".

"Waalaikumsalam".

Continue Reading

You'll Also Like

3K 92 17
Maaf telah menyukaimu dengan lancang. Ini tentang Marie yang menyukai diam-diam kepada Verick. Cintanya yang bertepuk sebelah tangan, bahkan Marie ha...
1.7K 528 10
Orang baik akan pergi saat di sepelekan, tapi orang tulus tidak akan pergi sesakit apapun itu Dipublikasi: 29 Des 2023. Ending cerita: ------
25K 2K 25
Si cantik dengan bahasa kegemarannya yuk baca aja!!!!
5.8K 1.8K 43
Kumpulan kata yang tercipta dengan tidak sengaja, dan akhirnya menjadi sebuah cerita. [Selesai] Garis Luka Written by @sndykalagirl_ ©2021