Jodoh Pasti Kembali [Complete...

By nikniknuraeni

336K 27.4K 1.1K

Rupanya Ibu memiliki tempat teramat istimewa di hati Ayah. Nyatanya, setahun setelah 'kepergian' Ibu, ia terl... More

Intro
Bab 1
Bab 1 | 2
BAB 2
BAB 2 | 2
Bab 3
Bab 3 | 2
Bab 4
Bab 4 | 2
Bab 5
Bab 5 | 2
Bab 6
Bab 6 | 2
Bab 7
Bab 7 | 2
Bab 8
Bab 8 | 2
Bab 9
Bab 9 | 2
Bab 10
Bab 10 | 2
Bab 11
Bab 11 | 2
Bab 12
Bab 12 | 2
Bab 13
Bab 13 | 2
Bab 14
Bab 14 | 2
Bab 15
Bab 15 | 2
Bab 16
Bab 16 | 2
Bab 17
Bab 17 | 2
Bab 18
Bab 18 | 2
Bab 19
Bab 19 | 2
Bab 20
Bab 20 | 2
Bab 21
Bab 21 | 2
Bab 22
Bab 23
Bab 23 | 2
Bab 24
Bab 24 | 2
Bab 25
Bab 25 | 2
Bab 26
Bab 26 | 2
Bab 27
Bab 27 | 2
Bab 28
Bab 28 | 2
Bab 29
Bab 29 | 2
Bab 30
Bab 30 | 2
Extra Part
Extra Part | 2
Extra part | End

Bab 22 | 2

4.6K 462 49
By nikniknuraeni

"Wajah kamu hari ini kelihatan ceria banget, Na."

"Mungkin karena tadi driver yang nganternya ganteng. Tapi sayang, kayaknya masih mahasiswa,  mahasiswa tingkat akhir."

"Sikat aja, Na. Beda sedikit lah umurnya."

"Maksudnya sedikit itu, tujuh tahun?" Aku menaikkan alis.

Salma tertawa, lebih tepatnya mengejek.

"Eh, tahu nggak kalau ternyata ada voucher diskon kalau kita naik ojol bayar pakai uang elektronik?" tanyaku penuh antusias.

Tadinya kupikir info ini akan sama pentingnya bagi Salma, nyatanya dia hanya menanggapinya biasa.

"Terus?"

"Iya, tadi aku dapat diskon sepuluh ribu, harusnya bayar dua puluh empat apa dua puluh lima. Lumayan kan buat tambahan makan siang." Aku tergelak.

"Itu berarti bukan karena drivernya ganteng, tapi kamu happy gara-gara diskonan."

"Bisa jadi, ya. Receh banget sih hidup gue."

"Terus kamu kasih uang tips?"

Aku mengangguk. "Iya, kasihan."

Salma menggeleng-gelengkan kepala. "Sama aja bohong kalau gitu."

"Beda, lah." Aku menjawil pipinya sebelum beranjak ke kelas.

Kelas hari ini berjalan normal seperti biasa. Mata kuliahku pagi ini berisi 2 sks di kelas pertama, dilanjutkan dengan 3 sks menjelang jam makan siang di kelas kedua. Artinya, jadwal mengajarku full dari pagi sampai siang. Rasanya kepalaku sudah berasap ketika kembali ke ruangan.

"Eh, ada yang nyari, tuh. Driver yang tadi, bukan?" Salma menunjuk ke arah luar dengan gerakan kepalanya sambil mengedipkan mata.

"Mana?" Kepalaku celingukan mencari seseorang berjaket hijau di depan ruangan, tapi hasilnya nihil. Apa Salma hanya ingin mengerjaiku?

"Itu di depan mading. Tadi sudah kuminta tunggu di dalam, tapi katanya mau tunggu di luar saja."

Aku mengangguk sambil berjalan ke arah mading yang Salma maksud. Hingga jarak kami sekitar empat meter, seketika tubuhku menjadi kaku.

Bagai dipaku ke lantai, kakiku seperti tidak bisa digerakkan. Seharusnya detik ini pula aku buru-buru memilih untuk berbalik arah. Mendekam di ruang dosen, bersembunyi di toilet, atau mungkin menunggu di musala fakultas. Namun, faktanya aku malah diam di tempat seperti maneken yang tidak bisa bergerak.

"Hana?" Panggil laki-laki itu begitu menyadari kehadiranku.

Kalau sudah begini, bukankah percuma kalaupun menghindar?

"Kenapa? Mau menghindar lagi?" tanyanya sambil mendekat.

"Siapa yang menghindar?" Aku mengalihkan pandangan sambil menepi. Jam istirahat makan siang seperti ini membuat koridor kampus menjadi lebih ramai. Beberapa mahasiswa yang melintas melihat kami sambil berbisik-bisik atau sekadar mengulum senyum.

"Bisa kita bicara?"

"Bukannya kita sedang bicara?"

Senyum tipisnya membuatku salah tingkah.

"Di kantin?"

Aku menggeleng, tentu saja ada banyak mahasiswa dan beberapa dosen di sana. Ruangan dosen juga bukan pilihan yang bagus, karena Salma bisa ikut menguping.

"Di sana saja. Tidak lama, kan?" Jariku menunjuk sisi koridor yang lebih luas, dengan pemandangan taman di lantai dasar.

Aku berjalan mendahului.

"Kenapa tidak mengangkat teleponku?"

"Sibuk."

"Kamu pikir saya tidak sibuk?"

"Anda sampai datang ke sini hanya untuk mengatakan kalau Anda sedang sibuk?"

Fathan menghela napas. Mungkin sedikit jengkel. "Jadi, kenapa kamu menutup teleponnya?"

"Anda menelepon saya berkali-kali untuk menanyakan hal itu?" Entah dari mana datangnya keberanian untuk terus membantahnya.

"Hana, saya serius."

"Aku juga tidak sedang bercanda."

"Sebaiknya tidak di sini." Laki-laki yang hari ini mengenakan kemeja biru muda seperti warna blazer yang kupakai itu tiba-tiba beranjak.

Lho? Keningku berkerut.

"Saya lapar. Dosen sepertimu memiliki jam makan siang juga, kan? Tadi saya lihat kelasmu akan dimulai lagi dua jam ke depan. Jadi ada waktu untuk sholat dan makan di luar, jika tidak ingin makan di kantin kampus, bukan?"

"Eh, apa maksudmu? Aku tidak akan ikut." Aku membalikkan badan dan berniat kembali ke ruangan.

"Atau nanti saya datang saja ke rumah?"

Aku mengepalkan tangan. Apakah Fathan sedang mengancam?

--bersambung--


Continue Reading

You'll Also Like

784K 7.1K 20
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...
17.2M 824K 69
Bagaimana jika gadis bar-bar yang tak tau aturan dinikahkan diam-diam oleh keluarganya? ... Cerita ini berlatar belakang tentang persahabatan dan per...
40.9K 1.2K 8
Terbit di Penerbit Andi. Gadis Bianca (Gadis) seorang guru sekaligus dosen honorer merasa bosan akibat work from home. Ditambah dia yang masih single...
26.2K 2.3K 35
#Seri kedua ceria ceriwis hijrah√ Kisah Dora Ayudia Harahap, si princess cantik sahabat baik Naraya. Sipenggila tas dan barang branded lainnya. Meski...