ATLANTAS || END

De badgrik

266K 21.6K 2K

[ Winner of the co-writing event held by TWT] Warning ⚠️ Terdapat banyak kata-kata kasar, harap bijak dalam m... Mais

Prolog
01. Permulaan
03. Insiden
04. Tawuran dan Pencarian
05. Jaket
06. Jalan-Jalan Ke Mall
07. Abel Hilang
Cast + Nama + karakter Pemain
08. Markas Vagos
09. Berlalu
10. Bertemu Kembali
11. Apartemen
12. Berangkat Bersama
13. Penasaran
14. Turnamen Futsal
15. Atlantas Dan Alex
16. Bimbang
17. Gosip Sekolah
18. Simpang Siur
19. Gudang Sekolah
20. Fakta Yang Sebenernya
21. Syndrome Sandi
22. Senja Di Rumah Sakit
23. Antara Abel, Atlantas & Alex
24. Orang Tua Abel
25. Hal Indah Di Rumah Atlantas
26. Penyerangan
27. Antara Bandung Dan Jakarta
28. Cerita Di Dufan
29. Malam Minggu
30. Setan
31. Kotak Bekal
32. Tentang Atlantas
33. Mimpi Abel
34. Meniti Ke Akhir Cerita
35. (Bukan) Akhir Segalanya
Ucapan Terima kasih
Extra Part 1
Extra Part 2
Extra Part 3 • Special POV Atlantas
Cerita Baru
Grub Atlantas
Info Bahagia?
Atlantas Versi Baru?

02. SMA Delton

11.4K 966 172
De badgrik

"Jika kamu sedang berfikir bahwa dirimu tidak berguna. Coba deh kalian pikir-pikir lagi mungkin itu memang benar adanya," - Anji.

🏍️🏍️🏍️

Keributan menguasai kelas XI IPS-4 saat ini, dan semua itu tentu saja dikomandani oleh Anji dan Ucup—dua human tengil yang bikin satu kelas selalu mengelus dada saat melihat kelakukan mereka berdua.

"Sadar nggak sih kadang ucapan sama relalita nggak kontradiktif. Yang mendadak terbang kecoa, yang diteriaki anjing," ucap Anji yang membuat satu kelas tertawa sambil geleng-geleng, karena yang di katakan Anji ada benarnya juga.

"Teman lo tuh," ucap Sandi bergidik ngeri melihat kelakuan random Anji.

"Sodara lo kali," balas Liam sambil terkekeh pelan

"HEH, ANAK ONTA! GUE JUGA NGGAK MAU KALI SODARAAN SAMA LO BERDUA, NAJIS!" Anji berteriak nyaring. Siapa sangka ternyata cowok tersebut mendengar guyonan Sandi dan Liam.

Satu kelas di buat geleng-geleng, lagi. Ucup yang duduk di samping Anji mendesah panjang.

"Guys, gue mau nanya," ucapan Ucup membuat beberapa orang menoleh ke arahnya. "Berat dosaan mana ... antara curi motor orang atau curi hati jodoh orang?"

Anji yang mendengar hal tersebut diam-diam melirik ke Ucup, lalu berdehem pelan. Anji mengerti betul pertanyaan tersebut yang sebenarnya memang menyindir Ucup sendiri. Geblek memang.

Asal kalian tahu saja, Ucup ini menyukai salah satu siswi di Delton, dan sialnya siswi tersebut sudah tunangan. Mistis, kan? Eh, miris maksdunya.

Anji jadi meringis pelan. Sungguh, miris sekali nasib temannya ini.

“Apapun jawabannya mencuri adalah hal yang tidak baik,” ucap Anji mendadak bijak. Cewek-cewek di kelas menyoraki cowok tersebut. Anji dan kata-kata bijaknya sangatlah tidak cocok.

"Ya, curi hati jodoh oranglah," celetuk Rakas si ketua kelas tidak santai. "Pahala boleh berkurang, asal pacar bertambah terus," sambungnya lagi membuat para cowok-cowok bersorak-sorai, membetulkan dan mendukung ucapan Rakas.

Playboy cap keset kaki gini bener jawabannya,” ucap Eka si cewek jakung.

Anji tergelak keras. Memukul-mukul meja dengan nyaring membuat Alana, si bendahara kelas merenggut kesal. Karena akibat suara pukulan tersebut dan kegaduhan yang diciptakan Anji dkk, membuat ia tidak konsen untuk menonton drakor.

"Anji nih tampilan kalem, jiwa bar-bar, gemar membacot dan nggak ada otak," tukas Alana yang memang sedari awal tidak suka dengan Anji. Karena menurutnya, Anji hanya biang keributan.

Dengan sisa-sisa tawa, Anji menatap Alana. "Sirik aja lo, cantik karena make-up aja bangga," balas Anji sengit.

Alana merotasi bola mata malas. "Ya, lo pikir aja, make-up gunanya apa, hah?! Buat rias tumpeng? Iya gitu?” cecar cewek tersebut tidak sabaran. Dia tersenyum sinus. “Kenapa diam? Kicep kan lo. Makanya, jadi cowo, kok banyak omong."

Anji jadi gelagapan, merasa kalah.

"Udah deh mendingan lo ngalah aja sama cewek," ucap Ucup sambil merangkul bahu Anji. "Lagian jangan benci-benci gitu lah, kalau ntar suka-sukaan pantat gue yang paling depan ketawain lo."

Alana bergidik ngeri. "AMIT-AMIT JABANG BAYI GUE SUKA SAMA TAI DI KASIH NYAWA KAYAK ANJI, NAJIS!" ucapnya nyaring sambil menunjuk Aji membuat satu kelas bersorak heboh.

Emang, sedari kelas sepuluh sampai kelas sebelas Alana dan Anji selalu saja berdebat.

Seperti Tom and Jerry.

Anji yang tidak terima, turut membalas ucapan cewek tersebut. "DIH, MALES LAGI GUE PACARAN SAMA TOA DI KASIH NYAWA KAYAK LO, BISA TULI GUE DI TERIAKIN MULU SETIAP HARI."

Dan pada akhirnya, kedua manusia beda gender tersebut saling tatap, tatapan yang menyiratkan bahwa peperangan akan segera dimulai.

Terlepas dari peperangan mulut Alana dan Anji, anak-anak Bandidos lainnya tampak asyik dengan dunia masing-masing. Sean dengan buku ditangannya, Atlantas dengan pisau kecilnya, dan Liam, Leo, serta Sandi, yang malah asyik di grub lambe turah sekolah.

ANAK-ANAK DAKJAL (567)

Liam:
Gue punya tebak-tebakan
Hewan ... hewan apa yang paling sederhana

Leo:
Ada emangnya?

Sandi:
Kalau yang ngasih soal si @liam
gue gak yakin jawabannya normal apaa kagak

Karan:
Setdah tumben rame, ternyata ada
anak Bandidos ngumpul

Dendi:
Jawabannya apa bang? @leo

Sean:
Bacot lo semua kelas sebelahan juga

Sandi:
Bacot lo yan, baca buku aja sono

Dendi:
beuh, akang Sean nimbrung

Leo:
Akang gendang kalau gue suruh puter,
puter ya

Radja:
Akang teteh apa nih rame-rame?

Liam:
JAWAB BANGSAT MAU GUE BEGAL HA?

Sean:
Berani emang?

Liam:
Setdah galak benar kayak singa pms @sean

Radja:
Pertanyaan lo gak mutu @liam

Dendi:
Kasih jawaban aja napa
ribet banget dah

Sandi:
Jawab aja langsung @liam

Liam:
oke, wait

Liandriano:

Liandriano:
Ala kadalnya

Radja:
ANJ, ITU TOKEK BANGSAT

Dendi:
IGUANA ASU

Leo:
Bunglon anjir @Radja @Dendi

Aksa:
Gue pikir buaya awokawokawok

Sean:
Balik ke TK lo semua! Nyampah bngst

Karan:
Punya kakel gini amat dah
untung anak Bandidos juga
kalau gk udah mau gue cemplungin
ke rawa-rawa ae rasanya

Dendi:
2in dah

Sandi:
Otak lo semua kayaknya ketukar sama isi kado

Radja:
Gak lucu tapi ngakakin aja yuk
Hahahahahhaha

Aksa:
2in

Atlantas:
plng lwt mn lo semua

Dendi:
sorry bang jago

Radja:
ampun bang jago

Atlantas:
gw tandai lo berdua

Seketika Liam, Leo dan Sandi bergidik ngeri, dengan cepat mereka menutup ponsel, lalu berdehem canggung.

"Oh iya, gue baru ingat. Lo semua masih inget, kan, sama cewek yang beberapa minggu lalu masuk markas kita." Leo dan Liam serempak menoleh ke arah Sandi, saling melempar pandang, sebelum akhirnya mengangguk secara bersamaan.

"Yang sepupu Banu itu bukan, sih?" tanya Leo menerawang, memastikan. Liam mengangguk.

"Emangnya kenapa? Naksir lo?" tanya Leo ngasal.

"Sembarangan!" bantah Liam kesal. "Gue baru dapat informasi dari Rendi malam tadi. Kalau tuh cewek sekolah di Delton juga,” jelas Liam kepada dua temannya tersebut. "Dia anak IPS-2, baru kelas sepuluh."

"Ya, terus kenapa?" tanya Leo penasaran.

Liam mendesah capek. Menatap Leo dengan keki. "Lemot banget, sih, lo! Bukannya Atla nyuruh kita buat cari informasi tuh cewek!"

Leo terdiam selama beberapa detik, lalu melebarkan kedua matanya. "Anjing! Gue lupa, woi!" serunya panik, lalu diam-diam menoleh ke belakang-ke tempat Atlantas duduk, Bersyukur cowok tersebut tidak terusik dengan teriakannya barusan. "Gimana, anjir, gue belum cari tau apa-apa tentang tuh cewek, sialan!" umpatnya pelan di depan Liam dan Sandi yang malah terkekeh pelan.

"Santai aja. Gue udah cari, kok, kemarin lewat Rendi sama Banu," ucap Sandi, membuat Leo menghela napas lega.

"Jadi, dia siapa?" tanya Liam.

"Efigenia Arabella Egda," jawab Sandi mantab. Senyuman misterius terpatri di wajah tampannya. "Dia anak terakhir dari tiga bersaudara. Kedua Kakaknya cowok, tapi nggak tinggal di Jakarta, katanya masih tinggal Kalimantan."

"Katanya ada alasan juga kenapa dia jadi pindah ke Jakarta, tapi gue gak tau ... dan Banu juga nggak mau kasih tau," sambung Sandi menceritakan informasi yang dia dapat.

"Hal ini udah lo kasih tau Atla?" Sandi menggeleng pelan, lalu menggaruk tekuknya yang tidak gatal.

"Gue masih butuh informasi ... lo berdua bisa bantu gue, kan?"

Doubble L-Liam dan Leo mengangguk secara serentak. "Kita bantu."

🏍️🏍️🏍️

"Perkenalkan nama saya Efigenia Arabella Egda, kalian bisa panggil Abel aja. Pindahan dari Sma Matahari 09 Kalimantan, salam kenal semuanya."

"Lo kenapa pindah? Nggak kuat ya di SMA Matahari, soalnya di sana panas, kan ya?" tanya salah satu murid yang duduk paling depan.

Sangat random, pikir Abel.

Abel hanya tersenyum simpul. Merasa malu sekaligus gugup. "Eum, enggak, kok. Abel pindah karena ikut posisi ayah bekerja," jawab Abel mencoba untuk santai walaupun jantungnya berdegup sangat kencang saat ini.

Satu kelas hanya mengiyakan. Bu Yati, selaku wali kelas hanya tersenyum tipis dan menyuruh Abel untuk duduk di kursi yang kosong dekat jendela baris ke tiga, berdampingan dengan seorang cewek.

"Maksih, Bu," ucap Abel sopan dan segera berjalan pelan menuju kursinya.

"Oke, baiklah anak-anak. Buka buku IPA kalian halaman 34, dan rangkum materi di sana," ucap Bu Yati membuat seisi kelas bersyukur lega. Lebih baik membuat rangkuman ketimbang melaksanakan tugas yang belum tentu ada jawabannya di buku paket.

"Kenalin gue Lovandra Naida, salam kenal ya semoga kita bisa jadi sahabat," ucap cewek dengan rambut sedada itu ramah. Seulas senyuman muncul di wajahnya membuat Abel ikutan tersenyum dan menjabat tangan Naida.

"Panggil gue Nai aja, oke?"

Abel mengangguk-anggukkan kepalanya dua kali, membuat Naida terkekeh pelan.

"Istirahat nanti mau bareng? Sekalian sama teman-teman gue yang lainnya."

Lagi dan lagi Abel hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Santai aja elah, nggak usah gerogi. Lo nggak usah takut sama gue. Oh iya, kenalin yang di belakang kita itu namanya Cassia dan yang di sampingnya itu Mitsuko, dia keturunan Jepang."

"Serius?" tanya Abel tidak percaya sekaligus takjub. Ia tidak menyangka akan ketemu dengan orang Jepang. "Ahh, iya wajahnya emang kayak orang Jepang," gumam Abel saat berpaling untuk memperhatikan wajah cowok tersebut.

"Udah-udah fokus dulu, ntar pas istirahat baru kita sambung. Dari tadi Bu Yati lirik-lirik ke sini," ucap Mitsuko pelan dan mulai menulis.

Abel jadi salah tingkah. "Iya, ayo selesaikan dulu."

Dan waktu terus bergerak, tanpa terasa kini mereka sudah duduk di salah satu kursi kantin, menyantap berbagai makanan seraya bertukar kisah. Sesekali Abel tertawa karena guyonan dari tiga orang yang baru saja resmi jadi temannya tersebut

Namun, tiba-tiba saja jeritan histeris terdengar sangat riuh saat segerombolan cowok memasuki kantin dengan tampang cuek dan agak menakutkannya. Abel jadi mengernyitkan kedua alisnya. Kenapa? tanyanya dalam hati.

Abel memiringkan kepalanya, lalu berbisik pelan kepada Mitsuko yang berada di depannya, karena Naida dan Cassia yang malah sibuk bikin story instagram sambil sesekali ikutan menjerit.

"Mereka siapa?" tanya Abel.

Mitsuko menoleh ke arah Abel, lalu menyeruput orange juss miliknya sampai tandas. "Bandidos, anak geng motor terbesar di Jakarta. Ketua mereka anak pemilik sekolah ini," jawab Mitsuko santai. "Jadi, lo jangan cari perkara sama mereka Bel, soalnya mereka kalau udah marah nggak pandang gender, semua dibasmi."

Abel bergidik ngeri, melirik-lirik takut ke arah segerombolan cowok yang kini memenuhi pojokan kantin. Banyak terdengar suara pujian untuk mereka dari para siswi-siswi.

"Tapi, lo nggak usah takut. Kalau lo nggak cari masalah sama mereka, mereka nggak bakal ganggu lo," jelas Mitsuko lagi. Abel mengangguk-anggukkan kepalanya patuh.

"Kalau bisa jaga jarak. Terutama sama Atlantas dan Sean, mereka memiliki kekuasaan besar di sekolah Delton."

"Kok, jadi serem ya," ucap Abel tanpa sadar, Mitsuko hanya terkekeh pelan dan mengacak-acak rambut Abel gemas.

"Kan, udah gue bilang. Kalau lo nggak ada masalah sama mereka, mau lo kayang juga mereka nggak perduli."

Abel tergagap, lalu tersenyum kecil. "Iy ... iya, makasih udah kasih tau."

Mitsuko tersenyum simpul, "Nggak masalah buat calon pacar."

Abel membeku dengan wajah bersemu merah.

"Gini nih, kalau ngomong sama Mitsuko, gampang nyaman, kan takut baper," gerutu Abel sangat pelan.

🏍️🏍️🏍️

Di sisi lain—pojok kantin, Atlantas duduk dengan gumpalan kertas di tangan kanannya.

Anji dan Ucup langsung melancarkan aksi mereka, memberikan rayuan-rayuan receh  kepada siswi-siswi yang ada di kantin.

Leo, Liam dan Sandi masih asyik menyambung mabar mereka yang sempat tertunda selama beberapa menit.

Sedangkan San yang duduk di samping Atlantas tampak tidak melakukan apapun. Kedua matanya menyorot ke seluruh isi kantin.

“Lo yakin dia ada di sini, Tas?” tanya Sean kepada Atlantas dengan pelan.

Atlantas hanya bergumam. Sean menghela napas panjang.

“Buat apaan, sih, lo cari dia?”

“Nggak ada.”

“Gue kenal lo nggak sebulan di bulan, Tas, tapi usah belasan tahun. Gue nggak percaya kalau lo jawab begitu. Pasti ada alasannya, kan?”

Atlantas melempar gumpalan kertas di tangannya tepat ke dalam tong sampah, lalu terkekeh sinis. “Kalau lo udah tau kenapa pakai nanya lagi?”

“Gue nanya alasan lo cari dia, Tas.”

“Lo nggak perlu tau.”

“Terserah lo.”

Dan seketika mereka masing-masing terdiam. Baik Atlantas ataupun Sean, mereka fokus dengan pemikiran masing-masing.

Tanpa ada yang menyadari, Atlantas menatap ke salah satu titik di kantin. Menatapnya dengan sebelah bibir yang terangkat.

“I found you¹,” bisik Atlantas sangat pelan.

🏍️🏍️🏍️

Banu bergerak gelisah. Ini tidak baik, sungguh. Kenapa ia baru mengingatnya sekarang?

Lantas, apa yang harus ia perbuat?

Banu memejamkan kedua matanya. Di sampingnya ada Rendi yang terlihat ikutan gusar. Rendi ini adalah sepupunya juga, tapi tidak ada yang tau selain kerabat lainnya.

“Lo yakin dia itu ....”

“Gue yakin, Ren. Yakin seratus persen.”

“Terus sekarang lo mau apa?”

“Sebisa mungkin gue bakal jauhin mereka,” ucap Banu pasrah. “Untuk sekarang lo cukup bersikap biasa doang. Jangan tunjukkin gelagat aneh. Dia itu berbahaya.”

“Gue mengerti. Tapi, sebisa mungkin lo harus jauhin mereka. Setidaknya buat dia nggak sadar sama hal ini.”

“Akan gue lakuin sebisa mungkin.”

Banu dan Rendi sama-sama menghela napas berat. Keputusan memasukan Abel ke sekolah ini ternyata adalah suatu kesalahan besar.

“Gue harap semuanya bakalan baik-baik saja.”

“Yah, semoga saja.” Rendi pun tidak bisa banyak komentar. Ia pasrah.

“Abel ya ... nggak nyangka gue takdir bakalan mainin dia sekonyol ini.”

“Bukan konyol, Ren. Tapi gila!”

“Hahaha, kita liat aja kedepannya gimana. Kita yang kalah, atau dia yang kalah.”

Banu mengangguk pasrah. Tanpa menyadari jika sedari tadi ada seseorang yang menguping pembicaraan mereka dengan kedua tangan yang terkepal erat.

“Sialan!”

🏍️🏍️🏍️

¹ : aku menemukanmu

Continue lendo

Você também vai gostar

17.6K 1.1K 73
Athlantas Bright Satterle. Berpura-pura mungkinkah takdir Athlas selama ini? Hidup dengan segala kemewahan dan sorotan media membuatnya menelan kenya...
ARGA [End] De Alisyaa

Ficção Adolescente

17K 966 44
Singkat. Tentang Aku, Dia, dan Masalalu •••••• Senja tau kapan waktunya menghilang Pelangi tau kapan waktunya untuk memudar Bahkan Laut tau kapan wak...
1.7M 123K 48
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
1.1K 129 12
Bagaimana jadinya jika Markus Dwi Samudra, pemuda pencari cinta pada pandangan pertama dipertemukan dengan Jeffrey Putra Angkasa, pemuda penyebar sej...