Psikopat Analog [TAMAT]

By feraliakumbri

6.5K 659 251

"Jangan!! Jangan menggunakan perasaan yang bahkan tidak kamu punya. Itu ... menjijikkan!!" ucap Utari dingin... More

Victim 06
Mr. & Mrs. Ditama
-- Sister
- The Only Exception -
-- Evanesce
Reunion
-- The Call
Souvenirs
A Sign
Jealousy
--Stay
Don't Touch --
-- Another Death
Fear
-- Dismembered
Short Trip -- Healing
Kill it
The Key (Part 1)
The Key (Part II)
- Time To Remember
Dirty
Your Secret --
Fiction
FICTION ( BAGIAN DUA)
Reason
Unravel
-- Still Alive
Judgement
Analog

-- Fake Protagonist

131 19 1
By feraliakumbri

"Kepalsuan adalah teman bagi mereka yang menggunakan topengnya."

"Kamu nggak bosen yah, tiap hari di rumah sama aku?"

"Memangnya kamu bosen sama aku?"

"Ya nggak, sejak aku resign kamu ikutan di rumah melulu. Nggak ada aktifitas lain selain ngekorin istrinya?" Pria itu tertawa terbahak-bahak dan hampir saja tersedak.

"Ya nggak ngekorin juga, aku juga kan kerja dari rumah, sayang. Lagi pula, ini seperti masa-masa pengantin baru kan? Aku menunggu kamu hingga akhirnya kamu menyerahkan segalanya untukku, aku hanya ingin menikmati moment," ucapnya setelah puas tertawa sebelumnya.

"Hmmm," wajahnya bersemu merah membuat Arion tersenyum senang.

"Tapi, semakin aku mengenalmu, semakin dalam aku jatuh cinta, maka aku semakin takut kehilanganmu suatu hari nanti," ucap Utari tiba-tiba.

Arion memutar kursi kerjanya menghadap Utari.

"Aku beri satu rahasia. Aku takut ... ditinggalkan, Tar. Sejak ditinggalkan kedua orang tuaku, aku berhenti berbicara dengan orang lain, aku membenci siapa saja karena aku yakin mereka akan meninggalkanku dan membenciku suatu hari nanti. Alfi, adalah seseorang yang membawaku kembali masuk ke dalam dunia ini setelah lama kuputuskan untuk meninggalkannya sama seperti yang Mama dan Ayahku lakukan. Bisa dibilang Alfi adalah pria terpenting dalam hidupku. Dia seperti Ayah yang tak pernah kumiliki dan saudara lelaki yang tak pernah ada. Dia memahami dan mengetahui tentangku lebih dari apa yang aku ketahui. Justru aku yang harusnya takut, kamu akan ninggalin aku." Wajahnya berubah sendu dan sedih. Utari menghampirinya. Sebuah pelukan diberikan. Erat dekapan membuat keduanya merasa nyaman satu dengan yang lainnya. Masa-masa sulit yang telah dilewati menjadi penguat bagi hubungan mereka.

"Alfi pernah berjanji, seberapa buruk diriku dia tidak akan membenciku atau meninggalkanku. Apa kamu bisa berjanji hal yang sama?" tanya Arion masih dalam dekapan sang istri.

"Apa kamu akan berjanji hal yang sama? Seberapa buruk masa laluku, seberapa menjijikkan kenyataan yang akan kita hadapi nanti ... jangan pernah meninggalkan aku," ucap Utari lirih.

"Janji!!" Arion yakin.

"Maka aku akan melakukan hal yang sama." Utari melepaskan dekapannya dan memegangi wajah suaminya seraya tersenyum kemudian mendekapnya kembali.

Jakarta tengah dihebohkan dengan penemuan korban ketujuh kasus pembunuhan berantai yang terjadi sejak tahun 2016 itu. Belum selesai kehebohan itu terjadi, seorang pria yang diduga sebagai pelaku pembunuhan berantai itu akhirnya ditangkap. Berita tertangkapnya pelaku terduga kasus pembunuhan membuat kehebohan di mana-mana.

Para pemburu berita memenuhi halaman Polda menanti pernyataan resmi dari Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya tentang kebenaran dan perkembangan kasus yang membuat resah warga Jakarta itu.

"Untuk sementara kami masih melakukan penyelidikan dengan hati-hati dan cermat. Agar tidak terjadi kesalahan. Maka dari itu kami menghimbau kepada warga Jakarta untuk tetap waspada. Terduga pelaku kasus pembunuhan berantai ditangkap di kediamannya di daerah Pal Merah. Semua bukti sementara merujuk kepada pelaku tersebut berinisial A R. penjelasan lebih lanjut akan kami kemukakan hari Jum'at nanti saat konferensi pers."

Utari dan Arion tengah menonton siaran berita bersama. Keduanya tampak serius mendengarkan perkembangan kasus tersebut.

"Eros bakalan sibuk banget nih, kasihan Sela," ucap Utari

"Hmm, ajak Sela buat tinggal sama kita aja sementara waktu," ujar Arion seraya memainkan rambut ikal istrinya.

"Pasti dia nolak."

"Kenapa sih? Dia masih nggak nyaman dengan aku apa yah?" tanya Arion ragu.

"Mungkin, entahlah. Kamu tahu sendiri, Sela kalau diajak serius rada susah," ucap Utari disambut tawa kecil oleh Arion yang mengerti.

"Kita sering main aja ke rumahnya, kamu udah nggak kerja lagi jadi enak buat kita jalan-jalan. Iya kan?"

"Iyap, setuju!" ucapnya girang

Perkembangan kasus berjalan lambat, pelaku masih tidak mengakui perbuatan dan cenderung tidak menjawab pertanyaan dari para penyidik. Pihak kepolisian tidak memiliki cukup bukti untuk membawa tersangka ke pengadilan dan pengacara pelaku dapat membebaskannya dengan mudah karena kurangnya bukti tersebut.

"Bukti yang kalian sampaikan tidak cukup," sergah pria dengan setelan resmi, dia adalah pengacara terduga pelaku kasus pembunuhan berantai.

"Tapi dia satu-satunya yang sesuai dengan bukti yang kami temukan," ucap salah seorang penyidik geram.

"Tetap tidak cukup!" dia tersenyum. Membuat para penyidik tambah geram dan seakan ingin menelan pengacara itu hidup-hidup.

"Maaf, Pak," seorang petugas berseragam yang terlihat lebih muda tiba-tiba memutus perdebatan sengit mereka.

"Ada apa?" tanya aparat yang lainnya.

"Ada seorang wanita yang mengaku telah mencelakai korban terakhir kita, Kalila Fitriani."

"Saya mengaku telah mendorong Kalila sewaktu di tangga darurat. Saya juga orang yang mengirimkannya surat waktu itu. Tapi saya bersumpah Pak saya tidak membunuhnya."

Seorang wanita yang bertubuh gempal datang mengaku telah mendorong Kalila sehingga membuatnya mengalami cidera kaki. Dan wanita ini juga mengaku dialah yang mengirim surat ke Kalila sehingga wanita itu buru-buru pergi dari rumah dengan niat menakut-nakuti Kalila yang selalu mem-bully-nya. Sedangkan terduga pelaku berinisial A R itu akhirnya dilepaskan karena kurangnya bukti dan keterbatasan waktu yang dimilki para penyidik untuk melakukan interogasi lebih lanjut. Lagi pula pengacara yang mereka hadapi adalah si tangan dingin, Alfi Idrus.

Keesokan harinya Utari terlihat sangat sensitif. Wajahnya tidak enak dilihat. Dia tengah menahan emosinya sedari berangkat dari rumah dan tiba di kantor polisi. Kali ini kedatangannya ke kantor polisi tidak lagi mengenai dirinya atau tuduhan yang ditudingkan kepadanya. Kali ini mereka ke kantor polisi karena Arion dipanggil sebagai saksi atas kematian Kalila.

Tidak lama Arion, Utari beserta Sela tiba di kantor polisi, Alfi juga sampai di sana.

"Nggak perlu didampingi pengacara lah, Fi. Cuma jadi saksi aja," ucap Arion.

"Nggak boleh, Kak Alfi harus mendampingi kamu, sayang," bantah Utari. Jika bukan karena perintah sang istri sudah pasti Arion menolak didampingi sang kakak.

Sela yang sedari tadi diam karena merasa tidak enak, hanya bisa tersenyum kecut. Tidak lama tampak Eros berlari menuju mereka.

"Sorry, yah. Aku nggak bisa apa-apa karena saksi menyinggung namamu," ucap Eros terengah. Dia kemudian sedikit terkejut melihat Alfi.

"Maaf, saya Alfi pasti kamu sudah tahu. Saya di sini mendampingi Rafa," ucapnya sopan dan senyum yang tak lepas.

"Kenapa harus pakai pengacara?"

"Karena terkadang pihak kepolisian suka menambah dan mengurangi sesuka mereka," sindir Utari terang-terangan membuat wajah Sela semakin tidak enak.

"Sayang ..." Arion menepuk pundak sang istri pelan.

"Nggak apa-apa, Ros. Alfi ini Kakakku. Bisa beritahu kenapa saksi menyinggung tentangku?" tanya Arion.

"Oh ya, ayo aku jelaskan sambil jalan."

Wanita yang datang mengaku sebagai pelaku pendorong Kalila waktu dulu itu tidak lain adalah Geby. Rekan kerja Arion dan Kalila. Seseorang yang selalu di-bully oleh Kalila. Saat itu dia merasa berdosa dan ingin segera mengaku saat mengetahui Kalila sampai cidera akibat perbuatannya. Tetapi dia urung. Saat dia dan rekan lainnya menjenguk Kalila, bukan ucapan terima kasih yang dia dapat, Kalila bersama dengan teman-temannya yang sudah berada di RS saat itu kembali mengejek dan kembali mem-bully-nya dengan sengaja dan berlebihan.

Akhirnya niat mengaku itu urung, dia ingin membalas perlakuan kasar Kalila terhadapnya. Geby tahu, tepatnya seluruh rekan kerja Kalila tahu bahwa dia sangat menyukai Arion. Jadi Gaby menggunakan nama Arion untuk memancing Kalila keluar. Geby berencana mengajak beberapa teman lelakinya untuk menakut-nakuti Kalila saat dia tiba di bangunan itu. Sial, yang dia temukan saat itu Kalila yang sudah tidak bernyawa. Karena takut, dia meninggalkan jasad Kalila begitu saja.

"Maaf ya, Pak. Saya membuat Bapak terlibat padahal Pak Arion selalu baik sama saya," ucapnya merasa menyesal.

"Saya akan menjalankan proses hukum yang berlaku, seharusnya saya tidak berbuat sejauh ini. seandainya saya tidak memancingnya keluar mungkin saja ..." ucap Geby terhenti.

"Sudahlah ..." Utari mencoba memenangkannya.

"Semua sudah terjadi, dia sudah tidak bias dihidupkan lagi. Dan yang paling penting kamu sudah menyesal. Semua akan baik-baik saja." Wanita gempal itu mengangguk dan menangis dalam diamnya.

Satu kata dapat melukai perasaan seseorang sebegitu hebatnya. Luka yang membuat kewarasan hilang meninggalkan sebentar. Logika tidak berguna. Lidah menjadi senjata bunuh diri. Lidah menjadi senjata penghancur diri dan orang lain. Siapa pun yang ter-sakiti, siapa pundapat mati akibat lidah gagal terkunci.

My dearest Utari Zanitha.

=========

Wah,

semakin mendekati bab-bab akhir. semoga semuanya selamat eh sehat deh maksudnya.

^^

chuu,

Bii

Continue Reading

You'll Also Like

4.9K 252 47
Bella tak pernah tahu apa yang di perbuat di masa lalu sehingga hidupnya seperti sekarang. 3 tahun lalu ia merasa dunianya hampir sempurna. Namun han...
6.3M 484K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
29.8M 1.1M 45
Sudah dibukukan❤️👅 tapi part masih lengkap karena isi di wattpad dan di buku sangat berbeda 🤭 ini cerita pertamaku di wattpad jadi harap maklum tul...
192K 9.5K 19
PART 20 PRIVATE JD DIHARAP FOLLOW DL BIAR NNTI PAS MAU BACA ADA TERIMAKASI. Kath adalah seorang mahasiswa di Universitas Internasional Study. Ia sal...