My Little Wife[✔]

By deraxchochoblue

162K 18.9K 1.5K

❛❛Aku tahu kau pasti merasa ragu, tapi biarkan aku membuktikan kalau aku memang menyayangimu. Menikah dengank... More

Restu
Calon
Keluarga
D-Day
Hari Pertama
Ibu Rumah Tangga
Taman Bermain
Tanggung Jawab
Who's that girl?!
Kesehatan Jantung Jisoo
One Step Closer
Day to remember
Perasaan Aneh
Sumber Energi
Rindu
Piano
SPECIAL CHAPTER: UCAPAN ADALAH DOA
Keraguan
Pertanyaan Lain
Alasan Sebenarnya
SPECIAL CHAPTER: The Day We First Met
Kecewa
Lean On Me
Usai
His Weak Side
It's (Not) Over
Her Guardian Angels
Secercah Harapan
Everyone's Favorite Girl
Baikan?
Lost Without You
I'll Try
SPECIAL CHAPTER: Rencana Kabur Bersama
Don't Give Up On Us
Home
SPECIAL CHAPTER: Gadis Pertama
BONUS CHAPTER
SPECIAL CHAPTER: Main Bersama
BONUS CHAPTER
BONUS CHAPTER

Keluarga Min

3.6K 535 68
By deraxchochoblue

Jisoo menelan ludah kasar, dirinya gugup sekali saat ini, rasanya lebih gugup dibanding saat pertemuan antara dirinya dan kakaknya dengan orangtua Yoongi untuk membahas masalah pernikahan mereka dulu. Kalau dulu hanya perlu berhadapan dengan dua pasang mata milik suami istri paruh baya, kali ini Jisoo harus menghadapi hampir seluruh pasang mata yang ada dalam ruangan kala dirinya masuk dengan bergandengan dengan Yoongi.

Tanpa aba-aba semua sontak menatap dirinya, menilik dengan beberapa wajah penasaran bercampur kaget. Seolah bertanya, "Benar dia istri direktur Min?"

Well, hari ini bisa dibilang sebagai pesta perayaan akan pelantikan Yoongi tadi, semenjak siang tadi lelaki itu sudah resmi mengemban jabatan dan tanggung jawab baru sebagai seorang direktur. 

"Tenanglah." Gumaman itu keluar dari mulut Yoongi kala menyadari rematan milik sang istri di lengannya, membawa telapak tangannya yang bebas untuk mengelus milik Jisoo membuat sang empunya menoleh dan mendapati senyum manis terpantri pada wajah Yoongi.

"Aku takut, oppa." Bisikan itu terdengar di tengah kegiatan Jisoo memberikan senyum kepada tiap pemilik mata yang tidak sengaja bersitatap dengannya.

"Ada aku." Kalimat yang terdengar chessy tersebut nyatanya dapat membuat ketenangan hinggap dalam diri Jisoo walau tidak bertahan lama karna kini mertuanya tengah berjalan menghampiri. Memang sih, kedua orang tua Yoongi baik, terlebih Mama Min. Mulanya Jisoo pikir ibu mertuanya itu menyeramkan  mengingat bagaimana ia berbicara pada Yoongi dan suaminya. Tegas dan terkadang dibumbui ucapan sarkas, membuat nyalinya menciut.

Tapi pribadi seseorang memang tidak bisa dinilai dari luarnya saja. Kenyataannya Mama Min menyambut baik Jisoo, berbicara dengan manis dan lembut membuat Yoongi bahkan tak percaya bahwa ibunya memiliki sikap manusiawi karna selama ini wanita yang telah melahirkannya tidak pernah memperlakukan dirinya sebaik Mama nemperlakukan Jisoo.

"Akhirnya kalian datang juga, kenapa kau lama sekali?" Pertanyaan bernada sedikit kesal itu terlontar pada Yoongi, yang ditatap menelan ludah gugup. Percayalah, walaupun Yoongi keliatan tidak gentar pada apapun sebenarnya ia menaruh rasa segan dan takut pada kedua orangtua terlebih ibunya.

"Ini salahku, maaf. Tadi aku harus merias diri dulu, Ma." Jisoo menyahut, merasa tidak enak pada Yoongi karna ini salah dirinya tadi. Terlalu lama menghabiskan waktu di depan meja rias, ia ingin tampil semenarik mungkin hari ini.

"Oh tidak masalah, Jisoo-ah. Wanita memang harus merias diri, tapi kurasa kau pengecualian karna kau sudah cantik, sayang." Sudah bisa lihat'kan perbedaannya di mana?

Jisoo tersipu, mengucapkan terima kasih dengan malu-malu membuat Yoongi yang berada di sampingnya gemas. Kalau saja tidak ada kedua orangtuanya di sini sudah dipastikan Yoongi akan mencium dan mencubit kedua pipi itu.

"Mau berkeliling sebentar? Mama ingin mengenalkanmu pada kerabat." Itu bukan kalimat tanya sebenarnya karna tangan Jisoo segera ditarik dan digandeng menjauh dari keberadaan ayah dan anak tersebut menuju sebuah gerombolan ibu-ibu sosialita.

Terdapat sekitar lima wanita paruh baya dengan tampilan glamour yang masih memiliki hubungan saudara dengan Papa Min, mereka memberi senyum pada Jisoo dan ibu mertuanya, terlihat tidak masalah akan kedatangan mereka. Kelihatannya.

"Jadi, ini menantumu yang kau sembunyikan selama ini? Astaga, ia cantik sekali." Sekali lagi pipi Jisoo bersemu merah, sedangkan Mama Min nampak puas menantunya dipuji. Pembicaraan lalu mengalir dengan membahas beragam hal, mulai dari topik mengenai kesehatan, pengangkatan Yoongi sebagai direktur, bahkan sampai gosip seorang artis yang tidak Jisoo kenali karna jarang menonton infotainment dan sekarang topik beralih mengenai kelahiran salah satu keturunan Min.

"Jadi, kapan kami akan mendengar kabar baik kau memiliki cucu?" Mama Min melirik sekilas Jisoo yang nampak gusar atas pertanyaan yang terlontar dari saudara iparnya, menyunggingkan senyum tipis lalu merangkul menantunya,

"Aduh, mereka'kan baru menikah. Jisoo dan Yoongi masih mau menikmati masa-masa pacaran lagi, dan lagipula Yoongi baru saja mendapat posisi baru. Ia pasti sedang sibuk-sibuknya, kasihan menantuku ini nanti kalau hamil tapi suaminya sedang sibuk."

"Memangnya tidak cukup pacaran bertahun-tahun lamanya?" Pertanyaan itu menimbulkan tanda tanya besar di kepala Jisoo, bertahun-tahun lamanya? Bibi di hadapannya ini sedang kurang fokus atau bagaimana?

"Bertahun-tahun darimana? Eii, kau salah orang, Eunso-ah." Sahutan itu diiringi sedikit ejekan perihal umur oleh teman bibi yang lain.

"Tidak, waktu itu kudengar Yoongi berpacaran lama dengan seorang model. Model itu Jisoo'kan?" Bibi Eunso nampaknya belum puas, ia bersikukuh mengatakan ia tidak pikun dan menerangkan fakta yang ia pernah dengar dulu.

"Itu bukan Jisoo, kau salah orang kakak ipar. Gadis yang dibilang itu namanya Choi-"

"Kurasa kami harus pergi menemui kerabat yang lain." Kalimat penjelasan itu terpotong oleh suara Mama Min, meminta mengundurkan diri bersama menantunya, sedikit menyesali keputusan untuk berkumpul dengan saudaranya tadi karna kini Jisoo nampak memikirkan ucapan yang baru saja dibahas.

"Ma, aku mau tanya, siapa mantan kekasih Yoongi-oppa yang daritadi dibicarakan?" Helaan nafas pelan dilakukan Mama Min, ia tahu pasti pertanyaan ini akan keluar juga.

"Namanya Choi Jaera, seperti yang dibilang mereka gadis itu seorang model."

"Pasti ia cantik ya."

Senyum kecil disematkan Mama Min, wanita itu menyentuh pundak Jisoo untuk menarik atensi si gadis yang terlihat kehilangan kepercayaan diri tiba-tiba, "Untuk apa cantik diluar kalau didalamnya jelek? Jisoo-ah, Jaera hanya masa lalu Yoongi. Masa lalu yang sudah Yoongi tinggalkan sebelum menikah denganmu."

"Kenapa mereka tidak jadi menikah, Ma?" Sepertinya menantunya ini masih sangat penasaran dan tidak ada yang bisa Mama Min lakukan selain menceritakan potongan kisah cinta anaknya yang ia ketahui.

"Jaera pergi meninggalkan Yoongi saat lelaki itu mengajaknya menikah, untuk lengkapnya kau bisa bertanya pada Yoongi. Lagipula Mama juga tidak setuju ia menikah dengan gadis itu, masih lebih baik kau dari segimanapun, sayang."

"Perilakunya tidak sopan, pakaian yang ia kenakan seperti kekurangan bahan dan ia juga tidak terlihat mencintai anak Mama sepertimu." Mama Min berucap dengan menggebu, matanya menerawang kejadian yang terekam dalam otaknya. Saat mengatakan ia tidak menyukai Jaera, wanita itu mengatakan dengan sungguh-sungguh, bukan sekedar bualan semata untuk menenangkan Jisoo.

Merasa semua penjelasan masih belum memberikan ketenangan, terlihat dari wajah si menantu yang redup. Mama Min lantas mengangkat tangannya untuk mengelus rambut Jisoo, tersenyum menenangkan layaknya seorang ibu pada anaknya, "Jangan dipikirkan, Jisoo-ah. Itu sudah lama, yang terpenting Yoongi sekarang'kan suamimu."

Tersenyum adalah balasan yang paling tepat dilakukan walau sebenarnya ia masih amat penasaran.

"Mama akan mencari Yoongi, kau tunggu di sini ya. Jangan dipikirkan ya, sayang." Mencubit gemas pipi Jisoo sebelum melangkahkan kakinya yang berbalut heels menjauh.

Usai mertuanya pergi, Jisoo mencoba mengusir segala kegundahan di dada. Ia mengangkat kepala dan memasang senyum, mencoba untuk terlihat biasa saja. Kalau Yoongi melihatnya murung, lelaki itu pasti akan berpikiran yang tidak-tidak.

Matanya menyusuri tiap sudut ruangan yang ia tempati sekarang, beberapa ornamen penunjang seperti lampu hias dan lukisan hadir untuk menghiasi dinding agar tidak terlihat polos. Beberapa pelayan juga terlihat berkeliaran membawa baki berisi gelas-gelas yang Jisoo tidak tahu isi cairan tersebut apa tapi tangannya terjulur untuk meraih gelas tersebut saat ditawarkan.

Menciumnya sebentar lalu tak lama merasakan sensasi terbakar di kerongkongan saat cairan berwarna merah itu ia tengak. Rasanya aneh, ia belum pernah mencobanya tapi kenapa semua orang terlihat menyukainya? Bahkan ia melihat beberapa orang meminumnya dengan santai seolah itu hanya air putih biasa.

"Astaga! Ia masih SMA?!" Pekikkan itu membuat Jisoo dan beberapa orang disekitarnya ikut menoleh, itu gerombolan bibi Eunsoo tadi dan yang berteriak memang bibi Eunsoo. Wanita itu menutup mulut, matanya membola, ekspresi terkejut yang ia pasang mirip dengan artis yang terkadang dijumpai di televisi.

Wanita di sampinya menepuk pelan lenggan Eunsoo, memintanya untuk menjaga suara dan para pasang mata yang menatap mereka lantas segera mengalihkan pandangan kembali dan Jisoo juga akan berlaku demikian kalau saja ia tidak mendengar namanya disebut dalam percakapan tersebut.

"Pantas saja ia terlihat muda. Astaga, kupikir dia itu model makanya bisa awet muda."

"Sudah kubilang mereka berbeda. Model yang dulu namanya Jaera, yang tadi Jisoo."

"Tapi tetap saja aku tidak menyangka kalau ia masih SMA. Apa yang ada dipikiran Yoongi ya? Kenapa mau dengan anak SMA padahal ia bisa mendapat perempuan yang matang di luar sana."

"Jisoo tidak seburuk itu, ia terlihat cantik dan manis. Kau sendiri mengatakan itu tadi."

"Jangan sebut nama, nanti ada yang tahu. Lagipula aku hanya basa-basi, seperti tidak tahu saja bagaimana ibu Yoongi. Wanita itu pasti akan mencekik leherku kalau mengatakan hal buruk pada menantunya." Jisoo tersenyum getir, merasa bodoh mengetahui kalau ia tersipu atas pujian itu tadi.

"Menurut kalian kenapa Yoongi tidak jadi dengan Jaera ya? Padahal mereka pacaran cukup lama bukan? Sayang sekali."

"Kurasa Jaera belum mau melepas karir modelnya, tiap wanita karirkan begitu. Kalau istrinya tadi masih bocah, pemikirannya belum luas jadi mau-mau saja kalau disuruh menikah."

"Orangtuanya memang tidak memberi pengarahan ya?"

"Orangtuanya sudah meninggal. Saat anakku datang ke pemberkatan, hanya ada tiga kakak lelakinya."

"Astaga!" Sekali lagi suara pekikan Eunsoo bergema membuat wanita di sampingnya lagi-lagi harus memperingati.

"Apa kakak lelakinya yang menyuruh dirinya untuk menikah ya? Aduh kasihan sekali." Jisoo merasa rasa sesak memenuhi dada, genggaman tangannya pada gelas mengeras. Rasanya kesal tapi lebih kesal lagi tahu bahwa dirinya tidak mampu berbuat apa-apa. Ia menengak kembali cairan dalam gelas sampai habis, berharap rasa panas tersebut dapat membuat pikirannya teralihkan.

"Jaera lebih baik sih kurasa, sudah cantik, model, dewasa pula, sedangkan istrinya tadi masih bocah."

Jisoo menghela nafas, memaksa kakinya untuk berjalan menjauh, ia tidak yakin bisa menahannya lebih lama. Daripada membuat keributan yang nantinya dapat membuat malu nama suami dan mertuanya lebih baik ia mengungsikan diri pergi dan balkon menjadi tujuan kemana kakinya melangkah.
   

⊱─━━━━✧━━━━─⊰


Yoongi mengedarkan pandangan guna mencari keberadaan istrinya, Mama bilang Jisoo menunggu di dekat sudut ruangan tapi tidak jelas sudut bagian mana. Ia lantas memilih untuk bertanya pada salah satu wajah yang ia kenal saat suara obrolan mereka terdengar olehnya,

"Jaera lebih baik sih kurasa, sudah cantik, model, dewasa pula, sedangkan istrinya tadi masih bocah."

Berniat menghampiri bibinya untuk menegur agar tidak berbicara sembarangan- Yoongi tidak bodoh untuk mengetahui bahwa dirinya kini menjadi topik gosip, saat matanya menangkap sosok Jisoo yang berjalan menjauh dengan sedikit terhuyung.

Dirinya segera memutar haluan, mempercepat langkah kaki saat menyadari langkah gadis di depannya mulai tidak benar, dan hampir saja terjatuh kalau saja dirinya tidak sigap menahan.

"Ji?" Yang empunya nama menolehkan kepala, memasang senyum miliknya sembari memanggilkan nama Yoongi. Bukannya senang karna disambut senyum sang istri, Yoongi malah mendekatkan kepalanya, mencium aroma yang keluar dari mulut sang istri, "Kau mabuk?"

"Mabuk? Eii, tentu tidak." Merasa tidak mendapat jawaban memuaskan, tangannya meraih gelas kosong yang berada di genggaman Jisoo. Melakukan hal yang sama seperti sebelumnya, membaui.

"Itu sudah habis, oppa mau? Aku ambilkan ya." Yoongi mencegat Jisoo yang hendak masuk ke ruangan, kalau ibunya melihat Jisoo mabuk tamat sudah riwayatnya.

"Kenapa minum alkohol?" Jisoo memiringkan kepala, keningnya berkerut bingung seolah Yoongi berbicara menggunakan bahasa lain.

"Itu alkohol?"

Yoongi menghela nafas, "Sekarang kita pulang saja ya, aku akan telpon Papa nanti, ia pasti mengerti." Ya tentu menelpon Papa, menelpon Mama sama dengan cari mati.

"Ihh tidak mau! Aku mau di sini, aku tidak mau ke sana." Suara yang tadinya terdengar manis kini berubah, mata gadis di hadapannya tampak bergetar dan ia berjalan mundur menjauh.

"Ada apa?" Yoongi melirik sekitar untuk memastikan tidak ada yang melihat, lalu mencoba untuk mendekati istrinya yang justru mendapat penolakan.

"Mereka jahat! Mereka bilang aku bocah. Aku'kan sudah besar, iya'kan?" Pasti istrinya mendengar ocehan tidak berbobot milik bibinya, inilah alasan kenapa Yoongi sebenarnya enggan mengajak Jisoo ikut kalau tidak dipaksa orangtuanya.

Keluarga besarnya suka mengosipkan hal yang bahkan mereka tidak tahu kebenarannya sama sekali. Mengatakan kalau Jaera lebih baik padahal menurutnya Jisoo'lah yang lebih baik.

Yoongi sudah hendak mengucapkan kalimat penenang saat suara milik Jisoo kembali mengudara, "Mereka bilang si Jahe Jahe itu lebih baik dari aku- Ih! Kenapa ketawa?"

"Jaera, sayang. Namanya Jaera." Kalau Jisoo sedang sadar ia pasti sudah menahan untuk tidak berteriak saat mendengar Yoongi memanggilnya, 'sayang.'

"Aku tidak peduli namanya siapa. Tapi ia menyebalkan! Mereka memuji dia tapi mengatakan aku bocah! Sebal! Sebal!" Ada yang bilang kalau sedang mabuk tingkah seseorang akan sangat menyebalkan, tapi kenapa Jisoo malah menggemaskan ya?

"Hiks," Yoongi terkesiap saat suara tangisan keluar, "Aku seburuk itu ya, oppa? Kenapa mereka sampai mengatakan Jahe itu lebih baik daripada aku?" Sebisa mungkin menahan tawa saat kata 'Jahe' itu kembali keluar.

"Ji, Jisoo-ah. Coba lihat aku." Tangan besarnya menangkup wajah Jisoo, membawa jempolnya untuk menghapus air mata yang mengalir di sana.

"Coba jawab aku. Sekarang siapa yang akhirnya menikah denganku? Kau atau si Jahe-Jahe itu?"

"Aku."

"Yang mengambil marga Min'ku?"

"Aku."

"Dan yang sekarang berdiri bersamaku sebagai istri sahku?"

"Aku."

Yoongi tersenyum, "Tidak peduli mereka mau bilang apa, kenyataannya'kan kau istriku, kau yang menjadi nyonya Min Yoongi dan kau yang aku sayangi."

Senyum itu menular, membuat Jisoo juga menyunggingkan senyumnya dan tak lama beralih menubruk Yoongi untuk memeluknya. Sedikit kaget dengan aksi mendadak sang istri tapi tak lama tangannya mulai beraksi untuk mengelus surai yang tergerai tersebut.

>>>Tbc...

Tolong hargai dengan memberikan vote & comment  🙄😣

Continue Reading

You'll Also Like

337K 18.1K 19
[VOTE AND COMMENT] [Jangan salah lapak‼️] "Novel sampah,gua gak respect bakal sesampah itu ni novel." "Kalau gua jadi si antagonis udah gua tinggalin...
285K 9K 63
Cerita Pendek Tanggal update tidak menentu seperti cerita yang lainnya. Berbagai tema dan juga kategori cerita akan masuk menjadi satu di dalamnya.
3.4M 16K 18
Warning! Khusus area dewasa dedek-dedek gemush silakan menyingkir dulu Kumpulan cerita dewasa murni hasil pemikiran sendiri!
25.9K 2.6K 53
"aneh sekali, jaman sekarang ada ya wanita yang seperti itu"-Min Yoongi-