Home - Jeon Jungkook (Sequel...

By R_Seokjin

938K 58.5K 5.7K

Jika kalian berfikir semua berakhir bahagia, kalian salah.. Justru badai yang paling besar datang setelah Se... More

Home 1
Home 2
Home 3
Home 4
Home 5
Home 6
Home 7
Home 8
Home 10
Home 11
Home 12
Home 13
Home 14
Home 15
OPEN PO
Home 16
Home 17
Home 18
Home 19
Home 20
Home 21
Home 22
Home 23
Home 24
Home 25
Jin Hyung!
Home Terbit Lagi 💕
PRE ORDER LAGI!!

Home 9

23.1K 2.2K 344
By R_Seokjin

Banyak yang bilang, orang akan berhalusinasi saat mereka terlalu merindukan seseorang.

Jungkook, ia masih terus memandang pria yang kini menjadi pusat perhatiannya.

Matanya sampai berkaca-kaca. Ia berharap dalam hati, jika ini mimpi, Jungkook tidak ingin bangun dari mimpi indahnya ini.

Sudah lama ia tak bermimpi Seokjin membuat Jungkook begitu di landa kerinduan yang amat mendalam.

Dan sepertinya, Tuhan sedang berbaik hati. Karena disaat dirinya sedang berada di titik terbawahnya, Tuhan memberikan mimpi yang indah untuknya.

"Jin hyung..?" Lirih Jungkook.

Suaranya bergetar menahan tangis. Tangannya sudah dingin sejak ia melihat seseorang di hadapannya. Entah kenapa ini terasa begitu nyata untuk ukuran sebuah mimpi.

"Kau tahu namaku?" Tanya pria itu membuat Jungkook terisak dan menarik baju pria itu untuk mendekat. Dan langsung saja Jungkook memeluk erat pria tersebut.

"Seokjin hyung.. Aku merindukanmu hiks.. Aku rindu Jin hyung.. Hikss.." Ucap Jungkook di sela tangisnya.

"Ahh maaf, aku bukan Seokjin. Aku Yoonjin."

Seketika Jungkook terdiam dan melepas pelukannya.

"Anni! Kau pasti Seokjin hyung! Apa kau amnesia hyung?"

Yoonjin, orang yang di panggil Jungkook itu terdiam tak mengerti.

Amnesia katanya?

Seperti di drama saja.

"Tidak, aku tidak amnesia. Dan namaku benar-benar Yoonjin. Song Yoonjin." Jelas Yoonjin membuat Jungkook semakin menangis.

"Hey! Kenapa menangis eoh?" Yoonjin berjongkok menyamakan tingginya dengan kursi roda Jungkook.

"Hyung begitu mirip dengan hyungku hiks."

"Ahh, begitu. Lalu? Kemana sekarang hyungmu? Kau sendirian?" Yoonjin melirik ke segala penjuru untuk memastikan dengan siapa Jungkook di taman.

"Hyungku, dia meninggal 5 tahun yang lalu."

"Maaf aku tak bermaksud." Sesal Yoonjin. Namun ia terkekeh setelahnya karena melihat keimutan Jungkook saat menangis.

"Aku antar ke kamar? Kau sepertinya sudah lama disini. Tanganmu dingin sekali."Ajak Yoonjin.

Jungkook mengangguk dan mendapat senyuman dari Yoonjin. Yoonjin membawa Jungkook masuk kembali ke kamar rawatnya.

"Jadi namamu Jungkook?" Tanya Yoonjin saat mereka sampai di kamar Jungkook. Ia memindahkan Jungkook dengan hati-hati.

"Nee! Maaf aku sempat mengira kau ini hyungku."

"Gwencana, aku mengerti. Kau boleh menganggapku begitu jika mau."

"Benarkah?" Tanya Jungkook memastikan dengan wajahnya yang berbinar, seakan lupa dengan semua masalahnya.

"Hmm, dengan senang hati." Yoonjin mencubit pipi gembul Jungkook.

"Jin hyung juga sering mencubit pipiku dulu." Batin Jungkook.

"Kau sudah berumur 23 tapi kenapa masih terlihat menggemaskan eoh?"

"Aku kan maknae!"

Yoonjin tersenyum dengan tingkah Jungkook.

"Iya iya aku tahu, kau adalah maknae laknat di BTS. Benar kan?"

"Eoh? Hyung tahu BTS?"

"Kalian begitu terkenal di Ausie, aku tidak mengikuti kalian, tapi.." Yoonjin menunduk mencondongkan tubuhnya bermaksud ingin berbisik pada Jungkook.

"Lagu kalian, aku akui itu membuatku tidak jadi bunuh diri." Lanjut Yoonjin lagi.

"Apa? Kenapa hyung ingin bunuh diri?"

"Aih kecilkan suaramu itu bocah."
Jungkook terkekeh polos.

"Percaya atau tidak, aku ini dulu punya penyakit parah."

"Benarkah?"

Yoonjin mengangguk.

"Hyung sakit apa?"

"Kanker."

Jungkook tercekat. Penyakit yang sama dengan Seokjin dulu.

Jungkook semakin yakin orang yang di hadapannya ini memang Seokjin. Tapi saat ia menelisik wajah Yoonjin, ia rasa ada yang berbeda dengan wajah Seokjin.

"Kenapa melihatku seperti itu?"

"Nee? Anni, hehe. Hyung tampan." Puji Jungkook.

"Ternyata kau pandai menggoda juga ya!" Yoonjin mengapit hidung Jungkook gemas.

"Tadi pipi, sekarang hidung! Kita baru bertemu tapi hyung sudah mencubit bagian wajahku 2 kali! Bagaimana kalau sudah kenal lama? Apa yang ingin hyung cubit eoh??"

Yoonjin tersenyum miring dengan tatapan dinginnya. Matanya menyorot bagian bawah Jungkook membuat Jungkook membolakan matanya sambil menutupi bawahnya.

"Mworago?" Tanya Yoonjin bingung.

"Hyung mesum!"

"Eh? Enak saja! Kau fikir hyung akan mencubit apa?"

Jungkook tidak menjawab.

"Hyung ingin mencubit roti sobekmu itu hahaha."

Jungkook menatap Yoonjin datar. Kenapa dia begitu tertawa padahal tidak ada yang lucu sama sekali.

"Mian." Ucap Yoonjin merasa bersalah.

"Tapi sekarang aku serius, aku benar-benar penggemar kalian."

"Hyung Army?"

Yoonjin mengangguk antusias. Ia membuka ponselnya lalu menunjukan ponselnya pada Jungkook.

"Woaaaah hyung pernah menonton konser kami?"

"Nee! Dan ini satu bulan setelah aku dinyatakan sembuh." Yoonjin tersenyum.

"Berarti hyung tahu tentang Jin hyung?"

Yoonjin mengangguk.

"Apa hyung tidak merasa kalau hyung itu begitu mirip dengan Jin hyung?"

"Ya, aku tahu. Bukan hanya kau yang bilang begitu. Tapi aku sama sekali tidak merasa sedikitpun."

"Tapi, apa aku boleh menganggap seperti itu? Aku benar-benar merindukan Jin hyung. Dan hyung begitu mirip."

"Boleh, tapi aku dan Seokjin itu tetap berbeda."

"Iya aku tahu, tapi setidaknya adanya hyung bisa membuat rinduku pada Jin hyung sedikit berkurang."

"Selama itu bisa membuatmu senang, aku juga tidak keberatan."

Senyum Jungkook merekah. Keberadaan Yoonjin benar-benar membuat mood Jungkook membaik. Lebih dari kata baik malah.

"Terima kasih hyung."
.
.
.
Senyum Jungkook tidak pernah ia hilangkan semenjak sang dokter yang menanganinya masuk ke dalam kamar rawatnya dengan membawa serta orang yang akan menjadi dokter pribadinya selama rawat jalan.

"Nak, ini dokter Yoonjin. Dia yang akan menanganimu untuk terapi."

Penjelasan sang ibu membuat Jungkook memekik senang.

"Kau sudah mengenalnya?"

"Sudah bu!"

Sang ibu tersenyum. Melihat Jungkook seperti ini membuat hati sang ibu lega.

"Hallo Jungkook! Perkenalkan aku Song Yoonjin, yang akan menjadi dokter pribadimu mulai hari ini."

"Jungkook sudah bisa pulang besok, dan mulai saat itu, semua akan saya alihkan pada dokter Yoonjin." Jelas sang dokter.

"Terima kasih dokter sudah merawat Jungkook dengan baik." Sang Ibu membungkuk hormat.

"Tidak usah seperti itu. Ini sudah menjadi tugas saya sebagai dokter. Kalau begitu kami permisi dulu. Jungkook, jaga kesehatanmu."

"Nee! Terima kasih dokter."

Dua dokter itu keluar dari kamar Jungkook. Membuat ruangan itu kembali hening.

"Ibu.."

"Iya Jungkook?"

"Besok setelah keluar dari sini, antarkan aku ke Agensi sebelum pulang ke rumah."

"Jungkook-ah, apa keputusannmu sudah kau fikirkan matang-matang?"

"Iya bu, aku akan keluar dari BTS."

"Tapi kau bisa sembuh dengan terapi Jungkook. Kau bisa hiatus dulu selama terapimu. Ibu yakin Bang PD pasti akan menyetujuinya."

Jungkook menggeleng.

"Ibu, aku lelah. Tidak ada yang ingin mempertahankan Bangtan. Semua sudah sibuk dengan kegiatan solo mereka masing-masing."

"Baiklah, Ibu menghargai keputusanmu. Tapi, setelah itu kau harus berpamitan pada hyung-hyungmu. Ibu dan Ayah akan mengantarmu ke dorm sambil membawa barang-barangmu."

Sang Ibu mengusap kepala Jungkook yang masih terlilit perban.

"Ibu keluar sebentar. Kau istirahat ya?"

"Iya bu.."

Jungkook membaringkan tubuhnya setelah sang Ibu keluar. Ia menghela nafas dalam.

"Sebentar lagi kau akan menyusahkan orang lain Jungkook." Gumamnya sambil memandang kakinya yang tidak ia rasakan sama sekali.

Seringaian muncul dari Bibir Jungkook.

"Akan aku buat kalian menyesal karena membuatku seperti ini.. Hyung.." Jungkook terkekeh dengan nada dinginnya membuat siapapun yang melihatnya pasti tidak akan percaya jika ia adalah Jungkook maknae BTS yang polos.
Ia ingin menjadi jahat kali ini.

Tidak apa kan?

Bukankah orang jahat itu adalah orang baik yang tersakiti?

Dan Jungkook merasa tersakiti oleh kakak-kakaknya. Jadi jangan salahkan Jungkook jika sekarang ia begitu membenci mereka.

***

"Baiklah, aku akan mengatur konverensi pers-nya. Aku akan memberitahumu jika semua sudah siap."

"Terima kasih PD-nim. Maafkan aku karena memilih keputusan ini."

"Tentang lagu solo-mu. Aku akan tetap merilisnya sebagai lagu terakhirmu. Bagaiamana?"

"Aku tidak keberatan PD-nim."
Bang PD mengangguk.

Kedatangan Jungkook hari ini membuatnya terkejut karena Jungkook datang dengan surat pengunduran diri di tangannya.

"Aku benar-benar akan kehilangan Golden Maknae nanti."

"Maafkan aku PD-nim. Aku hanya tidak ingin meberatkanmu. Dengan keadaanku seperti ini aku tidak yakin Army masih menyukaiku."

"Kau bahkan belum mengetahuinya, tapi sudah berprasangka seperti itu. Kau tidak akan tahu berapa banyak Army yang akan bersedih nanti. Dan aku harus putar otak lagi untuk mengalihkan perhatian mereka."

"Aku percaya padamu PD-nim." Jungkook dan Bang PD sama sama tertawa ringan.

"Aku pamit, sampai bertemu di Jumpa Pers nanti PD-nim."
Jungkook membungkuk lalu keluar dari ruangan Bang PD dan di sambut oleh Ayah dan Ibunya.

"Ibu, aku ingin kesatu tempat lagi boleh?"

"Kemana?"

Jungkook tersenyum penuh arti membuat sang Ibu tahu kemana tujuan Jungkook.

"Annyeong Jin hyung." Sapa Jungkook pada lemari abu Seokjin yang sudah lama tidak ia datangi.

Ya, tempat yang di maksud Jungkook adalah rumah abu Seokjin. Sudah lama ia tidak datang menemui Seokjin semenjak kepulangannya dari Amerika, karena kegiatan solo Jungkook yang menyita waktunya.

"Maafkan aku yang baru datang menemuimu hyung. Dan maafkan aku juga karena datang dengan keadaan seperti ini." Ucap Jungkook tertunduk.

Jungkook mulai terisak pelan tanpa khawatir akan ada orang yang melihatnya. Jungkook sendiri di ruangan itu karena ia melarang Ayah dan Ibunya ikut bersamanya. Ingin menikmati waktunya berdua dengan sang kakak.

Atau ingin menangis dengan leluasa?

Mungkin opsi kedua yang tepat untuk Jungkook.

"Hyung.. Hiks.. Maafkan aku.. Maafkan aku yang tidak bisa mempertahankan Bangtan. Mereka sudah jauh dari jangkauanku. Mereka sudah melepaskan genggamannya dari tanganku. Aku tidak bisa jika harus bertahan sendiri. Maafkan aku karena harus aku akhiri sampai disini. Kondisiku tidak seperti dulu lagi hyung. Hiks.. Aku cacat sekarang! Aku tidak bisa berjalan!"

Ia memukul kakinya dengan kesal. Sungguh ia marah pada dirinya sendiri yang merasa tidak berguna. Kelumpuhan di kakinya membuat Jungkook harus merelakan mimpinya.

Kelumpuhan Jungkook juga membuat ia harus berhenti memperjuangkan agar Bangtan tidak terpecah seperti apa yang ia takutkan selama ini.

Dan sekarang, mimpinya jadi kenyataan. Bangtan benar-benar akan hancur menurutnya. Jungkook merasa hyungnya akan meninggalkannya karena keadaannya yang sekarang.

Jadi sebelum itu terjadi, Jungkook memilih lebih dulu meninggalkan mereka.

Karena Jungkook benci di tinggalkan.

To Be Continued

Halloo!
Up niih Home nyaa..
Aku ga akan banyak cuap-cuap karena sungguh aku sedang lelah..
Semoga chapter ini bisa menemani minggu kalian ya..
Dan semoga tidak menecewakan..

Annyeong!

-RJin-

Dan ini dokter Yoonjin yang mirip Seokjin..
Otte?
Sengaja emang pake visual Jin, biar aku kalian bisa bayangin bagaimana wajah Yoonjin.
Tadinya mau cari visual lain, tapi aku ga bisa bikin storynya karena Visual Jin yang always nempel di otakku..

Dan aku sering salah ketik nama dong..
Harus di biasain ngetik Yoonjin nih biar ga salah ketik lagi 😂😂

Continue Reading

You'll Also Like

109K 11.2K 23
[END] Ke 7 laki-laki yang awalnya hidup dengan sempurna, kini harus menerima kenyataan bahwa sesungguh nya mereka tidak hidup sendirian. "Awalnya kam...
12.3K 487 9
[REVISI] Vante yang mencintai musik tapi tersadar jika suaranya hanya bergema sendirian, gemanya berwarna semu karena tidak ada gema lain yang meleng...
118K 7.1K 62
COMPLETED Buku ini gak semua isinya chatroom ya guys. Jadi disini nanti aku selip-selipin ada imagine-nya gitu. Semoga suka ya ceritanya, dan jangan...
ONE DAY✔ By Sky

Fanfiction

5.5K 517 12
Jungkook mengira satu hari itu akan berjalan dengan sempurna.