Perfect Brother || Hiatus

By bananabanban18

15.4K 1K 474

Cover by @dygraphic (Sequel AACB bisa dibaca terpisah) ⚠DON'T COPAS MY STORY!⚠ Merasakan kasih sayang seorang... More

PB'01
PB'03
Iklan. Jangan diskip!
REGRET
PB'04
PB'05
PB'06
PB'07
PB'08
PB'09
PB'10
PB'11
PB'12
PB'13
PENTING ADA NOTIF✌
PB'14
PB'15
PB'16

PB'02

1.3K 81 13
By bananabanban18

02-Mulai Akrab

(Versi baru)

🐳🐳🐳

Terkadang, orang yang sikap cueknya begitu tinggi, dialah orang yang sangat peduli pada kita.

_Perfect Brother_

🌹🌹🌹

Baru juga hari kedua bersekolah di sini, Zeena sudah menjadi pusat perhatian. Sejak semalam, ponselnya juga terus dipenuhi dengan pesan dari orang yang tidak dikenalnya. Rata-rata mereka adalah laki-laki. Hal itu membuat Rafa semakin mengawasinya dengan ketat.

Namun, tidak sedikit juga perempuan yang ingin berkenalan dengannya. Zeena senang bisa memiliki banyak teman di sekolah ini. Teman sekelasnya pun juga banyak yang suka dengannya.

Karena Zeena tidak berangkat bersama kakaknya, tidak ada yang menatapnya sinis. Namun, masih banyak juga yang memperhatikan dirinya dari jauh.

"Assalamualaikum."

Zeena memutar tubuhnya. Dia tersenyum saat Devan berdiri di belakangnya. "Waalaikumussalam warahmatullah wabarakatuh," balasnya.

"Mau ke kelas bareng?"

Zeena mengangguk ringan. "Kan kita sekelas." Namun, tiba-tiba gadis itu terdiam seolah teringat sesuatu.

"Kenapa, Zeen?" tanya Devan.

Zeena tersenyum kikuk. "A … aku harus memberi bekal pada kakak. Kamu ke kelas aja dulu."

Devan tampak berpikir. "Mending gue nemenin lo, deh. Lo kan mau ketemu kakak lo terus kalau pas balik lo dibegal sama geng kemarin gimana?"

Ada benarnya juga apa yang dibilang Devan. Zeena hanya bisa mengangguk mengiyakan. "Maaf ya repotin."

"Gak kok."

Laki-laki bernama lengkap Devan Rais Arrasyid itu tersenyum. Dia berjalan tidak jauh di belakang Zeena. Sejak pertama kali melihat gadis berjilbab besar itu, Devan merasa ada bagian tubuhnya yang menghangat. Baginya, melihat Zeena sangatlah berbeda saat dirinya melihat perempuan lain.

"Assalamualaikum," ucap Zeena saat sudah berdiri di depan pintu kelas.

"Waalaikumussalam. Ada apa?" tanya seorang perempuan yang menghampiri mereka.

Zeena tersenyum kikuk. "Emm itu, Kak, saya mau cari Kak Rafa."

"Oh, bentar." Perempuan itu memutar tubuhnya. "Rafa, ada yang nyariin!" teriaknya membuat kedua orang itu meringis.

Tak lama kemudian muncullah Rafa yang dicari Zeena. "Kenapa, Zeena?" tanyanya.

Zeena mengulurkan kotak bekal yang dibawanya. "Ini bekalnya kakak. Berangkatnya pagi banget, sih, kan Zeena belum selesai masak."

Rafa terkekeh. Dia mengacak puncak kepala adiknya. "Makasih, Tuan Putri. Nanti kakak makan bekalnya."

"Sama-sama. Zeena balik dulu, ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam warahmatullah wabarakatuh. Eh, tapi kok sama cowok?" tanya Rafa saat menyadari sosok laki-laki yang berdiri sedikit jauh dari Zeena.

"Nemenin adek lo biar gak diganggu singa."

"Oh, awas jangan macem-macem!" peringat Rafa tajam. Mereka yang mendengar hanya tersenyum kikuk.

Dua orang itu berlalu dari sana. Devan merasa bimbang antara harus bertanya atau tidak, tapi apakah itu tidak terkesan terlalu kepo nantinya?

"Kamu kenapa? Kaya orang bingung gitu." Zeena mengamati gelagat temannya yang sedikit aneh.

Devan mengusap tengkuknya. Mereka menelusuri koridor yang sudah cukup ramai. "Gue boleh tanya sesuatu gak sama lo?"

Zeena menaikkan sebelah alisnya. "Tanya aja gak apa-apa. Kalau aku bisa jawab, pasti dijawab."

Devan merasa tidak enak kalau harus bertanya hal seperti ini, tapi bagaimana lagi. "I … itu, lo selalu masak setiap pagi?"

Zeena terkekeh. Dia kira Devan mau bertanya hal apa, ternyata cuma itu. "Iya, setiap hari, tapi selalu dibantu sama Mbok Inah kalau bukan hari Minggu."

"Mama lo gak bantuin?" tanya Devan.

Zeena tersenyum. "Bunda bantuin kok, tapi waktu aku masih kecil. Sekarang kan aku udah besar jadi harus mandiri. Soalnya, bunda udah enggak ada," jawabnya lugas.

Devan meneguk ludahnya. "Eh, maaf gue enggak tau. Maaf banget ya, Zeena," ucapnya tak enak hati.

"Enggak apa-apa, kok."

"Heh!" Tiba-tiba seseorang menghadang jalan mereka.

Devan menghela napasnya. Mereka lagi mereka lagi. Sepertinya mereka itu tidak ada bosan-bosannya untuk mengusik Zeena.

"Kenapa ya, Kak?" tanya Zeena tidak mengerti.

"Lo itu, ya! Gue udah peringati buat jangan deket-deket Rafa, tapi lo masih aja bandel! Pakai segala kasih bekal! Ngelunjak ya lo, padahal baru hari kedua sekolah udah kaya apa aja!"

Zeena diam. Meski bahunya didorong oleh perempuan itu, tetap saja dia tidak melawan. Dia mencoba menahan dengan memegang erat kedua kruknya.

"Heh, lo itu jadi kakak kelas gak ada sopan sopannya! Punya otak gak lo?" tukas Devan yang sudah kesal.

Zeena menatap lelaki itu lalu menggeleng singkat. "Itu yang nyuruh ayah. Kasihan Kak Rafa kalau sampai gak sarapan."

Perempuan itu tertawa mengejek. "Ngibul aja lo! Dasar cewek murahan!"

Tangan itu hendak mendarat di pipi Zeena, tapi Devan lebih cepat untuk menahannya. "Jadi cewek kok kasar banget! Emangnya Rafa mau sama cewek kasar kaya lo gitu, hah?! Lo pikir Rafa bakal mau sama cewek yang udah ngata-ngatain perempuan yang berarti buat dia, hah?!"

"Devan," gumam Zeena. Laki-laki itu melirik Zeena lalu melepaskan tangannya.

"Balik ke kelas aja, habis ini bel masuk."

***

Bel istirahat sudah berbunyi. Rafa segera keluar dari kelasnya untuk mencari adiknya. Tangannya sambil menempelkan ponsel di telinga, berusaha untuk menghubungi sang adik. Ternyata adiknya itu sudah berada di kantin bersama temannya dan dia memutuskan untuk segera menyusul.

Rafa melihat dua orang perempuan dan dua orang laki-laki sedang duduk berkelompok di salah satu bangku kantin itu. Dia segera menghampiri ke sana.

"Zeena!" panggilnya.

Seluruh penghuni kantin langsung menghentikan aktivitasnya dan menatap kagum sosok Rafa yang berdiri di dekat Zeena.

"Loh, kakak nyusulin ke sini?" tanya Zeena yang terkejut.

"Iya, mau gabung sekalian." Rafa berucap datar.

Zeena menggeser duduknya agar Rafa bisa duduk di sebelahnya. "Sendirian aja, Kak?"

"Bentar lagi temen nyusul."

"Kak Rafa, lo gak ada niatan gitu buat kasih tau ke fans lo kalau Zeena itu sebenarnya adek lo? Kasihan kalau Zeena harus ditindas sewaktu-waktu sama mereka." Devan tiba-tiba bersuara.

"Biarin." Jawaban Rafa itu membuat mereka semua melongo, kecuali Zeena.

"Kakak macam apa kamu itu?" Nayya ikut menimbrung. Namun, Rafa hanya mengedikkan bahunya.

Tak lama kemudian tiga orang laki-laki datang mendekati mereka. Dia adalah teman seangkatan Rafa.

"Udah pada ngumpul aja kalian. Gue ditinggalin," rengek salah seorang laki-laki.

"Calon kapten basket tuh sibuk," celetuk Rafa.

Zeena meneguk ludahnya. Mengapa dia jadi bergabung dengan orang-orang yang akan famous nantinya? Apakah akan baik-baik saja nantinya?

"Woi, kenalan dong!" seru laki-laki itu. Tampaknya dia pribadi yang ramah.

Zeena menatap Nayya. Mereka perempuan sendiri di antara enam laki-laki. Benar-benar luar biasa.

Zeena menyenggol lengan kakaknya dan membuat laki-laki itu menoleh. Seakan menyadari raut wajah adiknya, Rafa kemudian berkata, "Gak apa-apa. Mereka itu temen-temen kakak. Gak bakal macam-macam kok."

"Gue dikacangin?" tanya laki-laki yang tadi mengajak berkenalan.

Devan terkekeh. "Gue Devan Rais Arrasyid. Panggil aja Devan," timpalnya karena dia yang duduk lebih dekat dengan laki-laki itu.

"Kalau gue Daniel Arrayan. Panggil aja Rayyan atau Rey." Rayyan adalah sahabat Devan sejak SMP.

"Yang cewek itu?" tanya laki-laki itu lagi.

"Nayya," jawabnya singkat membuat mereka melongo.

Zeena hanya menggeleng. "Aku Zeena, Kak."

"Adeknya Rafa, kan?" tebaknya yang membuat Zeena mengangguk.

"Gue Arion Mahendra panggil aja Rion. Calon kapten basket GIHS," ucapnya. "Tenang, gue orangnya gak sejutek Rafa kok."

Mereka semua hanya mengangguk, sedangkan Rafa memilih diam. Lelaki itu asyik meminum jus jeruk milik adiknya.

"Kalau gue Januar Aditya. Panggil aja Adit. Senang kenal sama kalian," ucap seorang laki-laki di sebelah Rion.

"Dan gue Keenan Rafisqy. Panggil Keenan aja gak masalah," sahut laki-laki yang duduk tepat di sebelah Rafa.

"Kalian ini terkenal, ya?" tanya Nayya penasaran.

"Kok tau?" Rion menggoda perempuan itu.

"Lihat aja, tu! Mata mereka ke sini semua."

Sontak mereka yang berada di meja itu mengedarkan pandangannya. Zeena yang sudah tahu hanya diam saja.

"Tenang aja. Selagi sama kita, kalian bakal aman."

Mereka berbincang-bincang ringan. Ternyata cukup mudah bagi mereka untuk akrab satu sama lain. Hingga geng cewek yang sering mengganggu Zeena datang menghampiri meja mereka.

"Bebeb Rafa kok ke sini gak ajak-ajak, sih?" Perempuan yang sering bersikap kasar pada Zeena, merengek manja. Membuat mereka yang di sana—selain Zeena—memasang raut wajah ingin muntah.

"Heh, lo itu siapa? Gangguin orang seenak jidat. Pergi sana!" usir Adit kesal.

"Gak mau! Kan bebeb aku di sini."

"Najis!" Devan bersuara.

"Bebeb ngapain sih deket-deket sama perempuan murahan itu?" rengeknya lagi, tetapi kali ini memancing Rafa untuk bersuara.

"Murahan? Ulangi sekali lagi!" sinis Rafa.

"Iya, dia kan cewek murahan."

Rafa langsung berdiri. Dia menatap tajam perempuan itu. "Yang seharusnya dikatain murahan itu lo!"

"Ta … tapi—"

"Pergi lo dari sini atau lo pengen gue malu-maluin?!" sarkas Rafa membuat perempuan itu takut. Mereka langsung pergi dari sana.

"Zeena sering diganggu mereka?" tanya Keenan penasaran. Perempuan itu hanya mengangguk singkat.

"Mereka itu siapa, sih? Kaya nenek lampir aja. Padahal ini tuh sekolah, tapi kok pakaian mereka kaya tante-tante di pinggir jalan," celetuk Nayya.

Arion tergelak diikuti teman-temannya. "Tuh kan bener apa kata gue. Arion gitu loh!"

"Hahaha, lo paling bener pokoknya."

"Kalian itu kesurupan apa, sih? Kesambet nenek lampir tadi?" celetuk Nayya membuat mereka langsung terdiam.

"Mereka geng cabe-cabean di sekolah ini. Yang suka sama Rafa itu namanya Siska. Ya gitulah, dia itu kaya terobsesi banget sama Rafa."

Zeena menatap kakaknya lalu terkekeh. "Kakak terima aja, tuh. Heheh."

Rafa berdecak. "Sejak kapan kamu jadi nyebelin?"

"Ups." Zeena menutup mulutnya.

"Eh, balik yuk bentar lagi masuk!" Nayya mengajak teman-temannya.

"Oh, iya. Kita balik duluan ya, Kak. Makasih udah mau kenalan sama kami."

"Iya, Zeena cantik. Lain kali ngumpul bareng aja kalau di kantin," balas Keenan.

"Ho'oh bener, tuh. Lagian kalian seru," Adit ikut bersuara.

"Kita seneng kok kenal kalian. Siapa tahu kita malah jadi terkenal bareng, haha."

"Haha, udah deh kita duluan ya, Kak."

"Iya Zeena sayang." Keenan mengerling genit.

Rafa melempar tisu pada temannya itu. "Awas lo!"

"Aduh, bodyguard-nya ngamuk." Keenan mengusap wajahnya.

"Hahahah."

Mereka menertawakan Keenan yang berani-beraninya menggoda adik dari temannya. Tanpa mereka sadari, sejak tadi ada yang menatap benci pada sosok Zeena karena bisa akrab pada laki-laki terkenal itu.

***

Jangan lupa vote, komen, dan follow ya teman-teman😍 boleh minta follback kok🤗

Jazakunallah khairan❤

1. Achazia Rafardhan Maulana





2. Allisya Zeena Arkana





3. Devan Rais Arrasyid





4. Daniel Arrayan






5. Arion Mahendra





6. Januar Aditya





7. Keenan Rafisqy





8. Ainayya Fathiyya Myesha


Itu cast menurut Banana ya, kalian boleh kok bayangin pakai pemeran kesukaan kalian. Hehhe🤗

Continue Reading

You'll Also Like

18.4M 1.3M 69
⚠️FOLLOW SEBELUM DIBACA ⚠️ [Bijak dalam berkomentar dan hargai karya penulisnya, follow sebelum di baca] _________________________________________ Ai...
5.6M 238K 56
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

483K 23K 48
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
394K 25.5K 50
JANGAN DISIMPAN, BACA AJA LANGSUNG. KARENA TAKUT NGILANG🤭 Transmigrasi ke buku ber-genre Thriller-harem. Lantas bagaimana cara Alin menghadapi kegi...