PERSONA

נכתב על ידי fantaesi

2.5K 210 15

[❗️DIMOHON UNTUK TIDAK TERPENGARUH/MENIRU ADEGAN DI DALAM CERITA INI❗️] ➖➖➖➖➖ PERSONA. Sebuah arti dari sisi... עוד

PERSONA
PERSONA : 2
PERSONA : 3
PERSONA : 4
PERSONA : 5
PERSONA : 6
PERSONA : 7
PERSONA : 8
PERSONA : 9
PERSONA : 10

PERSONA : 1

419 32 6
נכתב על ידי fantaesi

"Musuh terbesar dari kita adalah.. bayangan kita sendiri."

***

Cukup.

Aku menutup telingaku. Mengurung diri di dalam kamar dan memejamkan mataku. Membayangkan seolah-olah di rumah ini tidak terjadi apa-apa. Tidak ada teriakan, tidak ada pecahan atau bantingan benda, dan tidak ada caci makian.

Berjalan ke arah balkon dan mengunci pintunya, aku duduk di kursi, menatap bulan purnama yang menerangi wajahku. Melihat ke pojok, ada tanaman yang sangat kucintai.

Bunga lily. Salah satu bunga yang dapat membuatku lupa akan segala masalahku, segala teriakan yang memenuhi telingaku.

Bunga yang putih, suci, dan sangat cantik.

Aku tersenyum, melihat bungaku yang disinari oleh sang rembulan.

Dan di seberang sana, seorang lelaki tengah mengangkat sebuah papan tinggi-tinggi. Dan aku mencoba membacanya.

'Let's we screamin'!'

Dan dia, yang juga termasuk ke dalam daftar,

Alasanku tersenyum.

***

"AAAAAAAAAA!"

Berteriak itu menyenangkan.

Seperti melepaskan segala amarah yang terpendam di dalam diri kalian sendiri. Mengeluarkan segala hal yang membuat kalian terganggu.

Merentangkan tanganku, membiarkan angin malam menembus badan kecilku. Dan memejamkan mata, sambil membayangkan bahwa aku sekarang sedang terbang. Lari dari segala keluh kesah yang membebani hidupku.

"Udah lega belom?"

Menoleh ke belakang, menatap pria yang sedang duduk di belakangku sambil menguap. Aku tahu dia mengantuk, tetapi dia memaksakan dirinya untuk menemaniku melepaskan semua ini.

Salah seorang sahabatku, orang yang membantuku selama bertahun-tahun, yang tak pernah bosan atau mengeluh sekalipun jika aku merepotkannya.

Ikut duduk disampingnya, aku tersenyum. Melihat ke arah bulan yang kini terisi penuh, dia menjatuhkan kepalanya di pundakku.

"Jangan tidur woy! Masa gue lagi yang bawa lo pulang?" aku mencoba menyingkirkan kepalanya.

"Ngantuk." Dia menguap kembali. "Kapan lo mau cerita?"

"Cerita apa?"

Merasakan pundakku sudah tak lagi berat, dia menatap wajahku. "Gue tau semuanya, dan lo sampai sekarang masih nggak mau ceritain ke gue?" dia tergelak. "Kita udah sahabatan berapa taun si, Na? Walaupun gue juga udah jadi tetangga lo, masih nggak mau cerita?"

Merebahkan badanku di atas rumput yang tebal ini, disinilah rumahku yang sebenarnya. Tenang dan nyaman. Tanpa teriakan, tanpa suara bising yang mengganggu.

"Cerita gue, biar gue yang nikmatin. Terkadang, orang pengen tau kisah kita yang sebenarnya, tapi lebih bagus kalau cerita itu kita sendiri yang nikmatin."

"Kenapa begitu?" dia ikut merebahkan badannya disampingku. Aku menoleh ke arahnya.

"Karena, nggak semua orang punya cerita bagus untuk diceritakan."

Hening. Tidak ada jawaban dari lelaki disebelahku ini. Mungkin dia kebingungan tentang apa yang kubilang barusan.

"Sa?"

Tidur?

Sepertinya, untuk sekian kalinya setiap dia mengajakku ke tempat ini, dia selalu tertidur.

Dan berakhir dengan aku yang menyetir motor vespanya, menyusuri jalanan gelap dan menjaga lelaki ceroboh ini agar tidak jatuh di jalan beraspal.

Tempat ini adalah tempat rahasia kami berdua. Tidak ada yang mengetahui tempat ini selain kami. Ketika kami memiliki masalah dan tidak bisa menceritakannya, kami akan memilih berteriak. Di atas tebing yang dibawahnya menampilkan pemandangan pantai yang indah.

Dan tempat ini, memiliki banyak kenangan pahit yang kami buang disini.

***

Pagi.

Pagiku tidak pernah bagus.

Selalu saja ada yang diributkan di dalam rumah ini.

Teriakan dan pecahan barang adalah alarmku setiap pagi.

Bangkit dari tempat tidurku, aku mengambil handuk dan bergegas untuk pergi ke sekolah. Hanya di sekolah aku bisa menemukan ketenangan. Banyak teman yang membuatku melupakan segala memori jahat yang menyerangku.

Hampir setiap hari.

Aku bercermin. Melihat wajahku yang terpantul di cermin wastafel ini.

Wah, sangat buruk.

Kantung mata yang tebal, wajah penuh goresan, dan luka di ujung bibirku. Sangat menyedihkan. Wajah monster ini, harus kututupi dengan topeng.

Seusai mandi, kupoleskan foundation untuk menutupi segala kekurangan yang berada di wajahku. Aku tidak mau orang-orang melihat wajah monsterku.

Setelah semua tertutupi, aku berlatih. Berlatih tersenyum. Sebisa mungkin, aku harus banyak tersenyum setiap hari.

Karena hanya dengan cara itu, orang-orang tidak akan menyadari betapa menyedihkannya aku.

Aku turun ke bawah. Menyapa orangtuaku tercinta, yang selalu berteriak disetiap harinya untuk membangunkanku, dan memecahkan sesuatu untuk membuat suasana menjadi ramai.

Dan sekarang, Ibuku tengah berdiri di dapur, sambil mengupas sesuatu dengan tangan bergetar, dan air mata yang terus keluar dari matanya.

"Kamu nyusahin! Kenapasih kamu lahir? Kenapa kamu dateng ke keluarga ini?"

Ibuku berteriak dari dapur. Bermaksud melontarkan kata-kata itu kepadaku. Aku hanya diam. Sudah menjadi rutinitas pagiku untuk mendengar kata-kata yang selalu keluar dari bibir Ibu yang kucintai.

"Nana berangkat."

Tidak ada jawaban. Aku hanya kembali mendengar dia berteriak. Berteriak seperti orang yang tengah dirasuki.

Dan kini, kakiku melangkah keluar. Aku diam sebentar, mengatur nafas dan mimik wajahku. Menunduk, kemudian mendongak dengan wajah yang sumringah.

"Pagi!" sapaku dengan semangat pada orang di hadapanku saat ini.

"Udah sarapan?" katanya sambil memberiku sebuah helm.

"Udah, tapi masih laper. Beli cilok, yuk!"

"Mana ada tukang cilok pagi-pagi, paok!"

"Berisik, ayo berangkat. Nanti telat!"

Dia menstater motornya, bertingkah bahwa kami akan menaiki sebuah pesawat terbang.

"Siap?" dia menoleh ke belakang setelah aku naik ke motornya. Mengangkat tangan kananku, aku beteriak keras.

"LET'S GOOOOO!"

***

"Na, PR Bahasa Inggris, dong! Mau nyontek!"

Seperti biasa, setiap ada tugas rumah, selalu aku yang pertama di todong oleh gadis pikun ini.

Kintan, teman sebangku-ku yang pelupa.

Bahkan, saking pikunnya, dia pernah meninggalkan sepeda motornya di sekolah. Dia berkata bahwa dia tidak membawa motor ke sekolah, padahal sebenarnya dia membawanya.

Membuka tas ranselku dan mengambil buku bersampul cokelat milikku. "Nih," kuberikan kepada Kintan, dan dia tentu dengan senang hati menerimanya.

"Cepet salin, Bahasa Inggris jam pertama. Kena hukum Miss Wati mampus lo."

"Bawel. Temen lo lagi satu tuh, berdiri kayak orang bego sambil bawa buku." Kintan menunjuk sesuatu dengan dagunya. Sontak aku menoleh ke belakang dan mendapati lelaki itu tengah berdiri dengan senyuman bodohnya.

Saka. Sang Saka Algavriell. Bagus bukan namanya? Dia adalah teman yang kuceritakan tadi malam. Sahabatku selama bertahun-tahun lamanya.

"Nana,"

"Hm."

"Lo kan baik,"

"Hm."

"Sahabat gue paling ter-best,"

"Hm."

"Paling pinter,"

"Hm," aku terus mengangguk sambil menatap ke arahnya. Dia terlalu banyak bicara.

"Pinjem PR kan? Noh sama Kintan." Aku menunjuk Kintan yang tengah menyalin PR-ku. Wajahnya seketika berubah menjadi sumringah.

"Nalila Lavanya, Nana-ku, sahabatkuu! Terimakasih!" ucapnya sambil menekan kedua pipiku. Segera aku menyingkirkan tangannya yang terasa sangat mengganggu di wajahku.

"IH, SA! ILANG BEDAKNYA!" terasa riasanku mulai rusak karena perbuatan Saka, aku segera berlari ke kamar mandi sambil menutupi kedua pipiku. Aku takut jika semua melihat wajahku ini.

Dengan cepat aku membuka loker dan mengeluarkan tas kecil yang di dalamnya berisi barang-barang penting milikku. Mengunci kamar mandi, dan mulai memasang kembali topeng sialan ini.

Terkadang, aku benci jika terus melakukan ini.

To be continued...

A/N :
Kesan pertama?

On mulmed : gambaran Nana di mataku, hehe.. mungkin sedikit familiar wajah dan penampilannya? ada yg kenal/tau?😬

המשך קריאה

You'll Also Like

2.6M 141K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
491K 53.4K 23
( On Going ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum layaknya bay...
306K 18.1K 36
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...
5.9M 329K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...