instant-story [SinB]

By HeeramiTruffle

23.3K 1.7K 178

SinB x Boys one shot collections of SinB's story being paired with any male kpop idols. More

Hwang SinB
SinB x Jungwoo NCT
SinB x Kino Pentagon
SinB x Wonwoo Seventeen
SinB x Seungmin Straykids
SinB x Seonghwa ATEEZ
SinB x Doyoung NCT
[1] SinB x Seungyoun (Woodz)
SinB x Heeseung Enhypen
SinB x Sunwoo The Boyz
SinB x Hendery WayV
SinB x Sejun Victon
SinB x Jungwon Enhypen
SinB x Jimin BTS
SinB x Donghyun AB6IX

SinB x Beomgyu TXT

1.9K 146 15
By HeeramiTruffle

SinB menutup pintu di belakangnya dengan pelan. Matanya mulai memindai seluruh penjuru ruangan yang baru saja dimasukinya itu. Hanya sebuah kamar tidur yang sangat luas dan terlihat cukup eksklusif milik seorang anak laki-laki berusia 17 tahun.

Kamar yang bahkan berukuran tiga kali lebih luas dari kamar kos sederhana SinB yang sudah dua tahun ini ia tempati. Meskipun begitu, ia masih selalu bersyukur karena masih bisa memiliki tempat untuk bernaung selama ia kuliah.

Kaki SinB mulai melangkah menuju sisi samping tempat tidur. Di atas karpet bulu yang terlihat cukup mahal dengan sebuah meja kayu kecil, ia mendudukkan dirinya, menaruh tas jinjingnya di atas meja tersebut.

"Eh—udah dateng ternyata.."

Suara laki-laki yang terdengar sedikit berat dan dalam itu mampu membuat tubuh SinB berjengit kaget. Ia menolehkan kepalanya ke arah pintu masuk kamar.

Di sanalah, laki-laki dengan balutan lengkap seragam khas anak SMA elit, berdiri dengan tubuhnya yang tinggi. SinB sempat termangu sesaat, sedikit terpesona akan postur sempurna yang dimiliki laki-laki itu meskipun ia sudah sering melihatnya.

SinB lalu menyunggingkan senyuman simpul.

"Baru aja, kok," ucap Sinbi pelan. Ia kembali memusatkan perhatiannya ke arah meja seraya mengeluarkan buku-buku dan alat tulis lain dari dalam tasnya, lalu merapihkannya di atas meja.

Dirasa tak ada pergerakan sama sekali, SinB kembali menolehkan kepalanya ke arah anak laki-laki itu. Ia mengangkat satu alisnya.

"Ngapain diem di situ? Sini," SinB berseru, merasa heran akan tingkah anak laki-laki itu. Melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, SinB lantas berdecak, "udah lewat 12 menit, kalo kamu masih diem di situ, tiap satu menit ke depan kakak bakalan ngasih kamu 2 soal tambahan. Mau?"

Terhenyak dengan ancaman yang diberikan SinB, anak laki-laki itu dengan cepat menggelengkan kepalanya tak setuju, lalu melempar tas sekolahnya asal. Dia menyingkap poninya geram dan mengusap wajahnya kasar. Tangannya bergerak meloloskan jas almamater sekolahnya cepat, lalu melemparnya asal, berbagi nasib dengan tasnya.

SinB tersenyum tipis, masih duduk tenang sambil membuka beberapa buku. Anak laki-laki itu mulai melangkahkan kaki jenjangnya ke arah SinB, lalu berhenti dengan jarak selangkah di samping Sinbi.

"Kak,"

Tak berniat berpindah atensi, Sinbi hanya merespon dengan deheman pelan.

"Kak, liat sini." Suara laki-laki itu kian berat dan terdengar menuntut. Lagi, hanya deheman yang dia dapatkan dari gadis yang berusia 3 tahun lebih tua dari dirinya itu.

"Ayo, cepet duduk. Kita review soal ulangan matematika kemaren." Tutur gadis itu masih setia membolak-balik halaman buku.

Berdecak tak suka, laki-laki itu kembali bergerak, kedua tangannya mencengkram pelan kedua pundak SinB, lalu dengan sedikit tenaga dan paksaan, laki-laki itu menarik tubuh SinB agar berdiri membuat gadis itu mau tidak mau harus berhadapan dengan laki-laki jangkung itu. Tinggi SinB pun hanya sebatas lehernya saja.

Helaan nafas kasar SinB lepaskan. Ia menolehkan kepalanya ke samping, berpura-pura tertarik dengan rak besar berisi koleksi gitar juga bass milik laki-laki itu. SinB sedang tak ingin menatap kedua mata lawan yang berada di hadapannya. Tak ingin membahas tentang hal itu. Setidaknya tidak sekarang.

Please, gue mohon.. Jangan sekarang..

Gadis itu memohon dalam hati. Ia hanya berjaga-jaga, hatinya tidak sekuat itu. Ia tak ingin semakin terjatuh di jurang yang bahkan ia sendiri yang melompat lebih dulu.

Demi dirinya.

Demi dia, juga.

"Kenapa?"

Suara bariton dari lawannya terdengar kembali semakin menuntut dan sarat akan kefrustasian.

SinB memasang raut wajah datar, "'kenapa?'," ia mendongak menatap lurus ke dalam manik mata laki-laki di hadapannya, setelah mengumpulkan keberanian.

"Kenapa apa, Gyu?" Tanya SinB balik.

"Kenapa kakak berhenti?" Laki-laki itu sedikit meninggikan nada suaranya. "Mama bilang kakak minta minggu ini jadi pertemuan terakhir untuk ngajar aku. Kenapa? Kakak lagi ada masalah? Ayo, sini cerita! Beomgyu bakal dengerin semuanya. Beomgyu bakal bantu Kakak! Jangan kayak gini, Kak.."

SinB hanya bisa menggigit bibir bawahnya. Menahan segala gejolak rasa bersalah di dadanya agar tak tumpah menjadi tangisan di hadapan anak laki-laki yang entah sejak kapan telah mencuri hatinya itu.

SinB mengakui itu.

Mendengar segala penuturan keluh kesah yang terucap dari bibir anak laki-laki yang bernama Beomgyu itu, ternyata malah semakin menambah rasa bersalahnya.

Tanpa sadar, dadanya mulai terasa sesak. SinB menggelengkan kepalanya pelan. Ia kemudian memaksakan senyum manis andalannya, namun malah terlihat miris di mata Beomgyu.

Satu tangan Beomgyu bergerak naik menyentuh puncak kepala SinB. Tangan besar itu mulai memberikan sedikit usapan lalu turun membelai pipi SinB. Tangan Beomgyu yang hangat terasa panas di pipi lembut SinB. Memberikan efek nikmat serta nyaman tak terkira.

SinB tak kuasa. Diperlakukan seperti itu oleh Beomgyu membuat dadanya semakin sesak sehingga mampu memberikan efek terciptanya buliran kristal bening yang perlahan menumpuk di kedua manik gadis itu. Hidungnya pun mulai memerah.

"Loh? Hey, kok malah nangis?"

Beomgyu melebarkan matanya, terlihat terkejut dan kalap melihat gadis itu mulai terisak. Ia langsung menangkup kedua sisi wajah SinB dengan penuh hati-hati dan sayang. Mengusap lembut pipi berisi itu yang mulai dibanjiri air mata.

Salah. Ini salah!

Gue gak boleh kayak gini!

Gue harus berhenti.

Gue jahat..

Hati kecil SinB mulai berteriak memaki gadis itu. Tangisannya semakin menjadi. Ia menggelengkan kepalanya berulang kali, mencoba menetralisir segala makian yang memenuhi hati dan kepalanya.

Melihat itu, raut wajah Beomgyu berubah menjadi lunak dan penuh khawatir. Tanpa pikir panjang laki-laki itu menarik tubuh SinB, memeluknya dengan erat. Kedua tangannya mengusap-usap punggung bergetar dan kepala SinB. Ia juga menyimpan dagunya di pundak SinB, berusaha menyamankan dan menenangkan gadis itu.

Beberapa menit berlalu, setelah kembali tenang, SinB terpaksa melepaskan diri dari rengkuhan super nyaman laki-laki itu. Ia harus berfikir jernih. Keputusannya sudah bulat. Ia harus berhenti.

Dengan mata yang sembab, hidung yang merah dan tatanan rambut yang sedikit berantakan akibat usakan Beomgyu, SinB mendongak memberanikan diri menatap langsung manik mata indah laki-laki itu. Menatapnya seserius mungkin.

Ditatap seperti itu, Beomgyu malah tak kuasa menahan senyumnya. Ia terlihat gemas akan penampilan SinB. Umur gadis itu lebih tua darinya, namun kenapa sekarang gadis itu bisa terlihat semenggemaskan ini di hadapannya?

Arghhh rasanya Beomgyu ingin langsung menerkam gadis ini saja.

"Okay, jadi gini, Gyu.. Aku har—"

Chup~

SinB membulatkan matanya. Menatap horor Beomgyu yang kini terkekeh gemas karena berhasil mencuri sebuah kecupan. Gadis itu refleks memegang bibirnya. Menutupnya. Oh ayolah, SinB tidak siap diberi serangan mendadak seperti ini.

"Lucu banget. Gemes sumpah. Kakak umur berapa sih sebenernya? Kayak anak kecil tau.. Beomgyu suka liatnya!"

Mendengar pekikan gemas Beomgyu, membuat SinB memutar tubuhnya memunggungi laki-laki itu. Ia berusaha menyembunyikan pipinya yang mulai terasa panas dan mungkin saja sudah memerah.

Lemah banget sih, Bi, digituin doang sama anak kecil langsung KO.

Hih lemah!

Kekehan Beomgyu mulai memekakkan telinga SinB. Senyumnya terulas mendengar suara Beomgyu. Hatinya mulai berdesir.

Sialan emang ni anak! Ngerepotin hati aja!

"Jadi—kenapa? Kenapa kakak berhenti?" Tanya Beomgyu pelan setelah kekehannya mereda. Ia melangkah mendekati kasur lalu mendudukkan dirinya di pinggir kasur dan berhadapan langsung dengan SinB.

Kembali memberanikan dirinya, SinB berdehem dan menatap kembali manik Beomgyu. Kedua manik mata itulah yang telah menghipnotis SinB. Manik mata indah milik Beomgyu itu entah kenapa dan sejak kapan tepatnya bisa membuat perhatian SinB terus berpaling padanya.

Curiga ini kayaknya gue dipelet deh.. :(

"Bilang aja. Aku tau, kok, Kakak berhenti bukan karena Kakak yang mulai sibuk sama BEM, ataupun karena nilai Bahasa Inggris sama matematika aku yang udah bagus.. Jadi, jangan coba-coba cari alasan."

Beomgyu melipat kedua tangannya di depan dada. Menunggu SinB yang kini malah tergagap, membuka dan menutup mulutnya bingung ingin bersuara.

SinB menutup matanya sebentar lalu membukanya kembali seraya menghela nafas gusar.

"...Jungkook udah mulai curiga sama kita, Gyu."

Beomgyu terdiam, tubuhnya membeku.

"H-hah?"

SinB merotasikan kedua bola matanya malas. Ia sungguh tak mau mengulangi kalimat itu, terlebih ia yakin jika Beomgyu mendengarnya dengan jelas.

Kepala Beomgyu tertekuk. Ia memijit pelipisnya, merasa tiba-tiba pening menghampirinya. Pikirannya mulai berkecamuk.

Kok bisa sih?

Selama ini gue selalu main aman, kok, di belakang Abang.

Tapi, kok?

"Dari awal juga aku udah ngerasa ini tuh salah, Gyu. Aku udah gak bisa lagi kayak gini. Kita gak boleh kayak gini terus. Aku terlalu jahat buat Jungkook. Buat kamu juga." SinB mulai menjelaskan masalanya. Mereka berdua memang harus memikirkan masalah ini.

Beomgyu menggelengkan kepalanya cepat, "tapi aku beneran sayang sama Kakak! Aku—"

"Gyu, kita gak seharusny—"

"Seharusnya aku duluan yang ketemu sama Kakak! Bukan Bang Jungkook!" Potong Beomgyu lantang.

SinB menggelengkan kepalanya, dadanya kembali sesak. Beomgyu terlihat marah, tangannya mulai terkepal.

"Beomgyu! Dengerin Kakak dulu!" SinB sedikit membentak Beomgyu. "Aku udah 3 tahun jalan sama Jungkook. A-aku gak bisa ngelepasin dia gitu aja." Mata SinB kembali berkaca-kaca. "Aku sadar, ini semua salah aku, aku udah khianatin dia. Makanya, aku mohon.. kita gak bisa ngelanjutin ini.. Terlebih, dia kakak kamu, Gyu. Kamu gak bis—"

"Cuma kakak tiri." Beomgyu mengeratkan rahangnya.

"Tapi, tetep aja dia—"

"Kak SinB sayang, kan, sama aku?"

SinB terdiam seketika. Pertanyaan retorik dari seorang Choi Beomgyu mampu membuat SinB kehilangan kata-katanya.

Anak itu, benar-benar..! Argh!

Oh ayolah, SinB sendiri bahkan tidak tahu tepatnya sejak kapan, keduanya mulai menjadi dekat bukan sebagai tutor dan anak didik lagi. Yang jelas, dibalik sifat bocah kekanak-kanakannya Beomgyu—yang dia perlihatkan ke pada keluarganya dan teman-temannya di luar sana—di depan SinB, anak laki-laki itu berubah menjadi pria dewasa, likely most of the time.

Dan sikapnya itu yang selalu perhatian ke pada SinB, membuat gadis itu perlahan mulai jatuh pada pesonanya. Selama mengajari Beomgyu pun, SinB kerap dibuat terpesona oleh anak itu. Keduanya semakin dekat dalam artian dekat pria dan wanita. Tentu saja hanya keduanya yang tahu.

Beomgyu sendiri mengetahui dan sadar sedari awal, jika SinB milik Kakaknya. Namun, dia benar-benar sudah dibutakan akan cinta. Selama SinB tak menolak, ia akan terus gencar membuat gadis itu semakin jatuh ke dalam pesonanya dan perlahan mengambil hatinya.

Bahkan kalau bisa, ia ingin mengambil semuanya. Ingin gadis itu menjadi miliknya seutuhnya.

And it works.

SinB sebenarnya sudah tahu jawaban dari pertanyaan Beomgyu itu. Namun, bibirnya bungkam. Layaknya ada sekat yang menghalangi di tenggorokannya.

Rasa takut dan resah pun mulai mengepung dirinya.

Melihat SinB yang diam tak menjawab, Beomgyu bangkit berdiri. Melangkah mendekati tubuh SinB yang kini mulai menegang. Tangan Beomgyu bergerak melingkari pinggang SinB, menarik dan merangkul pinggang ramping gadis itu mendekat, membuat tubuh keduanya menempel. Hati SinB berdegup kencang akibat aksi tiba-tiba itu.

"B-beom—"

Tanpa sedikitpun ada pemberontakan dari SinB, Beomgyu menunduk mendekatkan wajahnya dan langsung membungkam bibir ranum SinB. Mata Sinbi membulat, masih terkejut akan pergerakan Beomgyu yang sangat tiba-tiba dan tak terduga itu.

Otak SinB mulai berteriak menyuruhnya untuk segara sadar dan melepaskan diri. Namun, tubuhnya tanpa sadar malah merespon dengan baik segala perbuatan Beomgyu. Mata SinB terpejam, mulai menikmati ciuman itu.

Bibir Beomgyu mulai bergerak gelisah dan tak sabar memagut bibir SinB, menyalurkan dan melampiaskan kerinduan yang sudah terbendung. Rindu akan sosok SinB untuk kembali berada dalam genggamannya. Rindu akan segala afeksi yang diberikan gadis itu. Kedua tangan gadis itu mulai bergerak mengalungi dan memeluk leher Beomgyu erat, seiring dengan ciuman keduanya yang semakin dalam. Hati Beomgyu bersorak senang mendapati respon SinB.

Beberapa menit kemudian, pagutan mereka terlepas. Keduanya langsung menghirup oksigen di sekitar mereka dengan rakus, masih dengan kening yang menyatu dan nafas yang memburu. Keduanya saling menatap lurus satu sama lain, dengan tatapan yang cukup dalam.

Sebuah senyuman perlahan terpatri di wajah tampan Beomgyu.

"I already know your answer."

❤❤❤


3 tahun kemudian...

Beomgyu menatap pantulan dirinya di depan cermin panjang. Kedua bola matanya bergerak menelusuri tubuhnya dari kepala hingga ujung kaki. Dengan balutan tuxedo yang terlihat mewah dan pas di tubuhnya, ia perlahan tersenyum.

Kembali mengecek sekali lagi, ia sedikit merapikan tatanan rambutnya yang sebenarnya sudah tertata sangat rapi. Tentu saja, hari ini merupakan hari yang sangat penting baginya.

Helaan nafas gusar berhasil lolos dari kedua belah bibir laki-laki itu. Ia berusaha menenangkan dirinya yang tiba-tiba dilanda kegugupan.

Relax Gyu, relax..

Lo ganteng, kok. Udah, gak usah takut!

Sekali lagi, ia menarik nafas banyak-banyak lalu menghembuskannya perlahan sebelum ia memasang kembali senyuman khasnya.

Pintu ruangan bernuansa putih itu terdengar diketuk dari luar, membuat Beomgyu berbalik menoleh dan mendapati mamanya yang membuka pintu dengan tubuh yang terbalut gaun panjang berwarna biru langit, terlihat pas di tubuhnya yang masih terlihat cukup fit, membuat wanita paruh baya itu semakin cantik, anggun, dan elegan.

Beomgyu kembali tersenyum melangkah mendekati mamanya.

"Aduuh, anak mama yang satu ini ganteng banget pake jas kayak gini!" Seru mamanya Beomgyu, mencubit hidung laki-laki itu gemas. Beomgyu hanya terkekeh riang menanggapi.

"Udah beres kan, Gyu? Kalau udah, ayo keluar, acaranya udah mau mulai."

Beomgyu mengangguk pelan, lalu membiarkan dirinya tertarik mengikuti mamanya keluar ruangan berhias.

❤❤❤

Dengan kegugupan tiada tara, SinB memaksakan dirinya menatap lurus ke depan, menghadap sebuah pintu besar. Tenggorokannya pun tiba-tiba terasa kering hingga menyulitkannya untuk menelan ludahnya sendiri.

Tubuhnya terhenyak kala tangan besar nan hangat memegang tangannya. Ia menoleh dan mendongak mendapati ayahnya dengan senyuman hangat menguatkan. Melihat itu, membuat SinB ikut tersenyum penuh haru, hampir membuatnya berkaca-kaca.

"Hwang Eunbi, anak Ayah satu-satunya. Jangan gugup, Ayah di sini. Ayo!" Ucap Ayah SinB pelan penuh nada menenangkan.

"Makasih banyak, Ayah." Lirih SinB yang mulai berkaca-kaca.

"Eh—jangan nangis, nanti luntur.. Sayang itu make up-nya, masa harus dandan lagi? Udah cantik gini, kok."

SinB dibuat terkekeh mendengar kalimat receh ayahnya yang tanpa sadar membuat kegugupannya menghilang.

Dengan mantap, SinB dan ayahnya mulai melangkahkan kaki keduanya pelan, berjalan menuju altar. Bibir SinB tersungging ke atas mendapati banyaknya kerabat juga teman-temannya di barisan tamu menatap ke arahnya dengan tatapan ikut berbahagia.

Namun, ketika ia menghadap lurus ke depan, matanya tiba-tiba menangkap seseorang. Perhatian SinB terpaku pada orang itu. Hati SinB mulai bergetar merasakan perasaan aneh yang muncul tiba-tiba.

Hingga kini, tanpa sadar SinB dan ayahnya sudah sampai di hadapan sang mempelai pengantin pria.

SinB terdiam, merasa canggung serta kembali gugup mendapat tatapan dari orang di hadapannya.

"Tolong, jaga Eunbi—putri saya satu-satunya dengan sangat baik, penuh kasih sayang, dan penuh tanggung jawab." Ucap ayah SinB serius. Permintaan yang terdengar seperti perintah itu membuat kesadaran SinB kembali.

Ayah SinB melepaskan rangkulan tangan SinB dan menyerahkannya pada laki-laki di hadapannya, lalu menepuk pundak laki-laki itu pelan penuh wibawa.

"Baik, Yah. Serahkan saja pada saya!"

"Terima kasih, Nak Jungkook." Final ayah SinB tersenyum bangga. Kemudian ia berdiri di tempat Jungkook berdiri sebelumnya.

SinB dan Jungkook berjalan beriringan menuju altar. Namun, SinB terus menengok ke arah belakang.

"Jangan nengok terus, Bi. Ayah kamu gak bakal ilang, kok." Bisik Jungkook terkekeh melihat tingkah wanitanya itu.

SinB nampak menghiraukan gurauan Jungkook. Ia kembali menengok ke belakang, tepatnya menatap seseorang yang berdiri tepat di samping ayahnya. 

Keduanya sejak tadi masih betah saling melempar tatapan penuh arti yang membuat SinB tidak tenang.

"Lihat tuh, Nak Beomgyu, Eunbi segitu takutnya nikah ninggalin ayahnya haha.. Padahal kan masih tinggal bareng nanti, dasar anak manja haha.." Ayah SinB terkekeh seraya menyikut pelan Beomgyu yang berdiri di sampingnya.

Beomgyu hanya tersenyum tipis menanggapi ayah SinB tanpa melepaskan atensinya pada sosok yang dimaksud—yang kini tengah berdiri di altar sana dengan balutan gaun pengantin putih mewah yang sangat pas di tubuhnya, membuat sosok wanita itu semakin terlihat super cantik di mata Beomgyu.

Keduanya masih saling melempar tatapan, tatapan yang hanya dimengerti keduanya. Beomgyu tersenyum miring ke arah SinB.

"Iya, Om, bener, Kak SinB emang manja..."











——————Heerami_Truffle

Continue Reading

You'll Also Like

34.7K 3.7K 15
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
29.6K 3.2K 14
«Jika dunia tidak menerima kita,mari kita buat dunia kita sendiri,hanya kau dan aku didalam nya» Lalisa Manoban. +++ GIP area! jangan ditiru 🔞
47.7K 10.6K 121
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
268K 21.2K 100
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...