Perfect Brother || Hiatus

By bananabanban18

15.4K 1K 474

Cover by @dygraphic (Sequel AACB bisa dibaca terpisah) ⚠DON'T COPAS MY STORY!⚠ Merasakan kasih sayang seorang... More

PB'02
PB'03
Iklan. Jangan diskip!
REGRET
PB'04
PB'05
PB'06
PB'07
PB'08
PB'09
PB'10
PB'11
PB'12
PB'13
PENTING ADA NOTIF✌
PB'14
PB'15
PB'16

PB'01

2.2K 117 28
By bananabanban18

01–Cobaan Pertama

(Versi baru)

🐳🐳🐳

Kesabaran, tiada batasnya.
Keihklasan, tiada rasa sakitnya.
Masih pantaskah disebut sabar jika masih ada batasnya?
Masih pantaskah disebut ikhlas jika masih menggerutu?
Ketahuilah, Allah Maha Mengetahui.
Berbuat baiklah di saat mereka berbuat jahat.

_Perfect Brother_

🌈🌈🌈

Sebuah mobil memasuki halaman sekolah dan seperti kebiasaaan sebelumnya, banyak sekali kaum hawa yang menanti di dekat parkiran. Ini sudah memasuki hari Senin usai sebulan masuk sekolah pasca liburan kenaikan kelas.

Pintu mobil itu terbuka dan keluarlah sosok tampan yang selama ini menjadi idola di sekolahnya. Lelaki berkacamata itu menyampirkan ransel di salah satu bahunya. Dia memutari mobil dan membukakan pintu untuk seseorang, tentu saja itu semua menjadi perhatian kaum hawa yang sejak tadi memperhatikan sambil menahan jeritan.

Dari dalam mobil itu keluarlah seorang perempuan yang sangatlah cantik dengan dua kruk di masing-masing tangannya. Sontak membuat kaum hawa itu tak lagi mampu menahan jeritannya.

"Kyaaa! Siapa cewek itu?"

"Berani banget dia merebut posisi impianku!"

"Aihh! Babang tampan udah sold out, ya?"

"Aduhhh, nggak kuat Feby ngeliatnyaa!"

"Baru sebulan balik masuk sekolah udah ada yang punya!"

"Iya, gilaaa! Gercep banget sih!"

"Gue ngegebet dari tahun lalu kagak direspon!"

"Gue kira dia homo!!"

"Itu ceweknya murid baru apa gimana? Gue kok belum pernah liatt!"

"Kok ceweknya pakai kruk, sih?! Udah deh sama aku aja, gak pantes sama dia!"

Begitulah teriakan mereka yang membuat perempuan itu menoleh. Sekali lagi mereka terkejut setelah menyadari bahwa perempuan itu sangatlah cantik. Ah, apakah itu bidadari dunia?

"Kak, mereka?" cicitnya penasaran.

Laki-laki itu hanya menatap datar. "Udah hiraukan aja. Hari ini kamu baru pertama masuk sekolah. Jadi, belum ada yang kenal sama kamu."

Perempuan itu hanya mengangguk. Dia mengikuti langkah kaki laki-laki itu dengan hati-hati, tapi sedetik kemudian kakaknya menyamai langkahnya dan meraih ransel di punggungnya untuk dia bawakan. Sontak hal itu kembali membuat mereka kembali menjerit.

"Kakak banyak fans, ya, haha." Dia terkekeh pelan saat sudah jauh dari rombongan perempuan-perempuan aneh tadi.

"Kurang kerjaan mereka. Gak usah peduliin omongan mereka."

Perempuan itu mengacungkan jempolnya. "Siap, Kak Rafa!"


Hari ini adalah hari pertama seorang Allisya Zeena Arkana masuk sekolah. Dia bersekolah di tempat yang sama dengan Achazia Rafardhan Maulana-kakaknya. Ayahnya dulu sangat merekomendasikan sekolah swasta ini untuknya karena selain sekolah favorit, Glory International High School juga terjamin fasilitasnya.

Zeena memang sebenarnya murid di SMA ini sejak awal masuk kemarin. Hanya saja karena mengalami kecelakaan, dia harus libur selama satu bulan untuk pemulihan kakinya.

Rafa mengantarkan adiknya itu sampai masuk ke dalam kelas. Ternyata memang sudah sangat ramai karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi dan bangku yang tersisa memang hanya satu, tepat di sebelah perempuan berwajah jutek dan di belakang dua laki-laki yang tengah menatap ke arahnya.

Mereka yang di dalam kelas itu menjawab salam saat dua orang itu masuk ke dalam. Semua perhatian ada pada dua orang itu sampai Zeena duduk di bangkunya.

"Makasih banyak, Kak," ucapnya lembut.

Rafa hanya membalas dengan senyuman tipis karena banyak yang memperhatikan dirinya di dalam kelas itu dan dia tidak mau ada yang melihat dia tersenyum selain keluarganya.

"Aku ke kelas dulu kalau ada apa-apa WA aja." Rafa mengacak puncak kepala adiknya. Tentu saja hal itu membuat perempuan di dalam kelas yang mengidolakan Rafa menahan jeritannya.

Laki-laki itu segera pergi dari sana. Telinganya sudah cukup pengang mendengar bisikan di dalam kelas itu.

Zeena meletakkan kruknya di sebelah kursi lalu menatap teman sebangkunya. "Maaf, ya, aku duduk di sini dan bikin kamu enggak nyaman," lirihnya.

Perempuan itu menatapnya dan tersenyum tipis. "Enggak apa-apa. Aku senang akhirnya ada teman sebangku. Kamu yang namanya Allisya?"

Zeena mengangguk. "Iya, panggil saja Zeena. Nama kamu?"

"Ainayya. Panggil Nayya aja."

"Siap, Nayya aja," canda Zeena yang disambut kekehan oleh perempuan itu.

"Hai! Nama lo Allisya, ya?" tanya salah satu orang yang duduk di depan Zeena.

Zeena tersenyum gugup. "I-iya. Panggil aja Zeena."

"Gue Devan. Salam kenal, ya!"

Zeena hanya mengangguk. Lelaki itu tidak mengajaknya bersalaman dan itu membuatnya sedikit merasa lega.

"Lo dari SMP mana kalau boleh tau?" tanya Devan lagi.

"Al Azhar."

Devan sedikit terkejut. "Lah satu sekolahan kita. Kenapa gak lanjut di sana?"

"Wah saya gak tau kalau satu sekolah. Gak apa-apa, pengen suasana baru aja." Zeena berpikir jadi itu alasan dia tidak mengajak berjabat tangan.

BRAK!

Suara pintu yang dibanting cukup kuat membuat semuanya terkejut terutama Zeena. Dia mendapati 3 orang perempuan dengan rok selutut dan baju yang mengetat sedang berjalan menuju mejanya.

"Lo yang tadi pagi bareng Rafa?" tanyanya sinis.

Zeena mengangguk takut-takut. "A-ada apa, ya?"

Perempuan itu menyibakkan rambutnya. "Ada apa ada apa! Rafa itu milik gue, ya! Jadi, lo gak usah deket-deket dia lagi!"

"Tapi—"

"Gak ada tapi tapian! Kalau lo masih berani nekat juga, gue gak akan segan-segan bikin lo menderita!" Perempuan itu langsung berbalik tanpa mendengar penjelasan Zeena terlebih dahulu.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Devan dan teman sebangkunya secara bersamaan.

Semua mata tertuju ke arahnya. Mereka menatap cemas juga takut. Karena Zeena baru hari pertama masuk, mereka jadi tidak berani bertanya.

"Nggak apa-apa, kok," balas Zeena sembari tersenyum.

Tak lama setelahnya bel masuk berbunyi. Mereka bersiap ke halaman sekolah untuk melaksanakan upacara bendera karena sudah ada instruksi dari guru. Zeena dan teman barunya yang bernama Nayya berjalan bersamaan dan di belakang mereka ada Devan dan temannya.

Mereka berempat menjadi pusat perhatian seluruh angkatan kelas sepuluh yang memang berada di satu lantai.

"Devan ganteng banget sih hari ini!" seru salah seorang siswi yang bisa didengar Zeena.

"Kyaa!" Zeena berteriak saat seseorang menyenggol lengannya, membuat tubuhnya sedikit terhuyung karena kehilangan keseimbangan. Nayya yang kebetulan di dekatnya sigap menahan tubuh Zeena.

Devan yang melihat kalau laki-laki itu sengaja melakukannya, langsung mendorong tubuh itu.

"Biasa aja, Bro!" ketus orang itu.

"Lo yang nggak usah keganjenan! Cowok kek banci lo!" sarkas Devan.

Mereka menjadi tontonan. Banyak yang merasa kagum pada Devan juga iri pada Zeena. Rafa yang melihat itu langsung menghampiri.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Rafa cemas. Zeena hanya menggeleng saja meski tubuhnya gemetar.

"Ya ampun ada Kak Rafaa!"

"Kenapa mereka ada di dekat perempuan itu, sih?!"

"Murid baru belagu juga!"

Rafa risih mendengar teriakan itu. Dia langsung membawa adiknya sedikit menjauh. Tentu saja tiga orang tadi mengikutinya. Devan yang melihat itu hanya diam. Dia berpikir, kenapa Zeena berteriak saat disenggol oleh laki-laki tadi, tapi saat dipegang seperti itu dia diam saja?

"Lain kali hati-hati. Kalau ada yang jahatin kamu, bilang sama Kakak. Punya HP, kan?"

"I-iya, Kak Rafa, maaf." Rafa langsung pergi begitu saja.

"Dia Kakak kamu?" tanya Nayya.

"I-iya."

"Tapi cewek yang ke kelas tadi kok marahin lo?" Devan ikut bersuara.

Sebelum Zeena bersuara, seseorang dengan sengaja menubruk bahunya. Itu perempuan yang tadi. Tubuh Zeena sedikit terdorong ke belakang, tapi karena dalam keadaan siap, dia bisa menahan keseimbangan.

"Heh, biasa aja dong kalau jalan!" maki Nayya pada perempuan itu.

Merasa diajak bicara, mereka berhenti lalu tersenyum sinis. "Temen lo udah gue peringati dari awal! Bukan salah gue kalau dia sampai berani rebut Rafa!"

"Heh, Rafa itu—"

"Kalian ngapain masih di sini? Sana ke halaman!" teriak seorang guru membuat mereka pergi dengan buru-buru.

***

"Gimana hari pertama sekolahnya Zeena?"

Zeena yang sedang mengunyah makanannya hanya bisa menunggu sampai tertelan. "Lancar aja kok, Yah. Zeena juga dapat temen baru."

"Yah, kenapa sih Zeena di sekolahin di sekolah Rafa? Ceweknya garang-garang di sana." Rafa yang tadi asyik makan, kini menimpali.

Zeena menggeleng. "Enggak kok, Yah, mereka baik-baik."

Rangga yang mendengar pernyataan berbeda menjadi bingung. "Jadi?"

"Sekolahnya bagus. Zeena suka."

"Oke," sahut Rangga final.

"Tapi yang gak Zeena suka itu fans fanatiknya Kak Rafa, mereka ngiranya Zeena itu mau ngerebut Kak Rafa gara-gara Zeena tadi pagi berangkat bareng Kakak."

Rafa langsung mendongak. "Mereka ngelabrak kamu?"

Zeena memutar bola matanya, seolah berpikir. "Gak, cuma kasih peringatan aja kata mereka."

Rangga yang mendengar itu hanya terkekeh. "Jadiin pancingan aja si Zeena. Kalau cewenya kasar ke Zeena berarti gak baik buat Rafa," usulnya yang membuat keduanya melotot tidak percaya.

"Ayah!"

Rangga terkekeh. "Bercanda. Ya kalian tinggal bilang aja kalau saudara."

Zeena menghela napas. "Pas mau bilang begitu ada aja halangannya. Biarin mengalir dulu, Yah, kalau udah kelewatan biar Kak Rafa yang bertindak. Ya gak, Kak?"

"Aku lagi?"

Zeena mengangguk.

"Aku terus?"

Lagi-lagi Zeena mengangguk. "Kalau bukan Kakak masa iya ayah yang harus ke sekolah?"

"Kalian sudah dewasa jadi harus bisa bekerja sama untuk memecahkan masalah. Jangan bergantung sama Ayah terus. Apalagi Zeena, kamu juga harus bisa bersikap dewasa karena ayah sama Kak Rafa gak pasti selalu ada untuk Zeena," petuah Rangga pada anak-anaknya.

"Siap, Ayah!"

"Ya udah sekarang kalian tidur, ya."

Zeena menggeleng. "Kan mau beresin piring ini dulu."

"Ayah bantu, ya."

"Gak usah, Yah, biar Rafa aja yang bantu. Ayah mending istirahat 'kan besok harus kerja lagi," ujar Rafa sambil membereskan piring dan gelas kotor.

Rangga tersenyum. "Anak ayah memang baik semuanya," ucapnya.

"Harus, dong! Selamat tidur, Ayah!" seru mereka bersamaan.

Setelah Rangga masuk ke kamarnya, dua bersaudara itu langsung sibuk membereskan bekas alat makannya.

"Zeena gak aneh-aneh kan sama cowok tadi?" tanya Rafa tiba-tiba.

Zeena menoleh menatap kakaknya. "Cowok yang mana, Kak?"

Rafa tampak berpikir. "Yang ngikutin kamu terus."

"Oh, enggak kok. Kebetulan dia pernah satu sekolah juga sama Zeena kemarin. Cuma temen biasa aja."

"Bagus deh kalau gitu. Inget, ya, gak boleh pacaran!" peringat Rafa yang membuat Zeena terkekeh.

"Iya Kakak Rafa yang posesif."

***

Assalamualaikum. Ketemu lagi sama Banana.

Ini cerita teenfict pertama Banana loh. Semoga aja ceritanya gak berhenti di tengah jalan dan bisa sampai ending.

Insya Allah cerita ini gak seperti yang kemarin kok. Di sini kisah remaja yang menye-menye aja. Bisa nangis bisa kesel bisa ketawa bisa emosi juga. Jadi, campur aduk.

Terima kasih yang mau membaca dan memberi apresiasinya. Jangan lupa follow Banana siapa tahu Banana mau update cerita lain juga. Hehe.

Jazakunallah khairan❤

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 103K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
6.2M 93.7K 20
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
2.3M 231K 57
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.5M 220K 67
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...