ATLANTAS || END

By badgrik

266K 21.6K 2K

[ Winner of the co-writing event held by TWT] Warning ⚠️ Terdapat banyak kata-kata kasar, harap bijak dalam m... More

Prolog
02. SMA Delton
03. Insiden
04. Tawuran dan Pencarian
05. Jaket
06. Jalan-Jalan Ke Mall
07. Abel Hilang
Cast + Nama + karakter Pemain
08. Markas Vagos
09. Berlalu
10. Bertemu Kembali
11. Apartemen
12. Berangkat Bersama
13. Penasaran
14. Turnamen Futsal
15. Atlantas Dan Alex
16. Bimbang
17. Gosip Sekolah
18. Simpang Siur
19. Gudang Sekolah
20. Fakta Yang Sebenernya
21. Syndrome Sandi
22. Senja Di Rumah Sakit
23. Antara Abel, Atlantas & Alex
24. Orang Tua Abel
25. Hal Indah Di Rumah Atlantas
26. Penyerangan
27. Antara Bandung Dan Jakarta
28. Cerita Di Dufan
29. Malam Minggu
30. Setan
31. Kotak Bekal
32. Tentang Atlantas
33. Mimpi Abel
34. Meniti Ke Akhir Cerita
35. (Bukan) Akhir Segalanya
Ucapan Terima kasih
Extra Part 1
Extra Part 2
Extra Part 3 • Special POV Atlantas
Cerita Baru
Grub Atlantas
Info Bahagia?
Atlantas Versi Baru?

01. Permulaan

17.8K 1.2K 334
By badgrik

"Jika kalian tidak bisa menyelesaikan masalah dengan cara baik-baik. Maka ingatlah qoutes ini. Buat apa Tuhan nyiptain kedua tangan kalau tidak bukan untuk saling baku hantam," -Atlantas.

🏍️🏍️🏍️

"TEBAK HARI INI GUE MAU KETEMU SIAPA?" tanya Anji menggebu-gebu. Ditatapnya satu persatu sahabatnya yang malah asyik dengan dunia masing-masing, yaitu ponsel.

Cowok dengan rambut acak-acakan tersebut tampak mendengus kasar, lalu menggebrak meja membuat Ucup yang duduk disampingnya langsung terkesiap kaget.

"Setan lo, Nji," umpat Ucup. Dia duduk menjauh dari Anji.

Anji hanya terkekeh, lalu mengangkat kedua bahunya acuh dan menatap satu persatu temannya yang masih saja bermain ponsel.

Dalam hati, ia sudah menyumpah serapahi teman-temannya tersebut.

Teman minus akhlak.

"Jawab, kek, dodol," kata Anji kesal dengan tatapan menuntut jawaban dari ke lima sahabatnya.

Liam berdecak pelan. "Ck, mau ketemu sama Tuhan kan lo," sahut Liam sekenanya membuat Anji melongo di tempat.

"Sembarangan lo, anjing." Anji mendengus kesal, dan duduk di tempatnya sambil misuh-misuh. Mulut toxicnya sangat minta dibabat.

"Lo yang anji-ng," sahut Leo menekankan pada kata 'ng'. Mengingat nama sang teman yang di awali Anji. "Jadi, sesama anjing nggak usaha ngebacot."

"Lo-?!"

"Bacot lo anak buaya," ucap Ucup ikut menimpali.

Anji semakin merasa dongkol kepada teman-temannya. Sangat tidak bisa menyenangi kawan. Dan pada akhirnya, Anji hanya memejamkan kedua matanya sebentar, merasa lelah. Lelah dengan kenyataan teman-temannya yang sangat tidak bisa diajak bercanda.

Gue butuh seseorang yang kayak gue, ada?

"Geng Hanter ngajakin tawuran lagi," kata Atlantas tiba-tiba dengan raut wajah yang datar. Di serahkannya ponsel dengan logo serengah apel itu kepada Leo untuk membaca sebuah roomchat.

Georgi:
Cupu lo
Kita war di tempat biasa

Atlantas:
y

Georgi:
Awas aja lo
Gue pastiin kali ini Bandidos yang
bakalan kalah lo tunggu aja

Atlantas:
hm

Georgi:
siap-siap aja lo bakalan
kalah di bawah kaki gue?

Atlantas:
dalam mimpi lo

Georgi:
fuck!

"Parah emang. Udah beberapa kali kalah masih aja nantangin. Minta di ruqyah nih emang," celetuk Sandi setelah membaca roomchat tersebut.

"Nji, di dekat rumah lo ada ustadz, kan? Ntar pas kita ke markas Hanter bawa aja sekalian, biar si Geo di ruqyah."

"Nggak ada akhlak lo," celetuk Anji diiringi dengan tawa pelan. Ia membuka mata, dan ikutan melihat ke dalam isi ponsel Atlantas sebentar. "Tapi gue sebenarnya malah salfok sama balasan Atla si anjir, singkat bener dah kayak kurang lengkap gitu keyboardnya."

"Sialan gue ngakak!" Sandi langsung melemparkan sebuah bantal tepat ke wajah Anji, membuat cowok tersebut mendelik tajam.

"Ampun bang jago," ucap Sandi malah bernyanyi.

"Bang jago pala lo! Sakit nih, anjir," sengit Anji. Sandi tidak memperdulikannya.

"Lagian nggak bisa apa di selesaikan dengan kekeluargaan? Berantem mulu elah kayak anak TK rebutan pensil," kata Ucup ditengah-tengah keributan Sandi dan Anji.

Anji yang mendengar tersebut langsung berdiri.

"Nggak! Nggak bisa! Nggak akan pernah bisa di selesaikan dengan kekeluargaan. Karena gue haus keributan!!" ucap Anji sambil mengepalkan kedua tangannya ke atas, seolah-olah sedang menghajar orang.

Leo hanya bisa geleng-geleng. "Si Anji minta di hujat emang."

"Cocok aja sih dihujat, liat wajahnya aja nyebelin," timpal Liam.

"Jadi, kita serang Hanter?" tanya Sean-cowok paling normal kedua setelah Atlantas si Bos geng. Meladeni obrolan teman-temannya yang lainnya tidak akan ada habisnya.

"Yakin lo? Gue rasa kali ini Hanter nggak main-main. Bisa aja, kan, mereka main curang."

Atlantas diam, menerawang jauh ke depannya dengan wajah yang tidak bisa dijabarkan, lalu tersenyum miring.

"Nggak akan ada yang bisa ngalahin gue," ucap Atlantas terkekeh sinis.

Yang lainnya diam. Anak-anak Bandidos tau, sebrutal apa Atlantas di jalanan. Jangan pernah cari perkara dengan cowok blasteran tersebut kalau tidak mau berujung di kuburan. Setidaknya dengan kalimat tersebut sudah mampu membuat lawan ketar-ketir lebih duluan.

Sean menatap Atlantas. "Gue nggak pernah ngeraguin kemampuan lo. Cuman, kali ini feeling gue nggak enak," ucap Sean serius. Yang lainnya cuman menyimak tanpa mau menyela.

Jika di Bandidos ada Atlantas yang berperan sebagai ketua, maka Sean ini adalah tangan kiri Atlantas. Cowok tersebutlah satu-satunya yang bisa Atlantas percayai.

Atlantas tersenyum miring. Kali ini terlihat lebih seram dan membuat merinding. Hawa di sekitar meraka berubah menjadi mencekam.

"Cukup persiapan bawa senjata kecil aja kalau keadaan emang terdesak," ucap Atlantas.

Sean dan yang lainnya hanya mengangguk-angguk.

"Hajar mereka sampai mampus! Aduh, gue udah nggak sabar lagi," ucap Sandi dengan semangat. "Nggak salah emang semboyan Bandidos Tuhan maha pengampun, namun penjahat tidak," sambungannya lagi sambil memperhatikan jaket hitam dengan logo kepala burung elang di bagian kiri dadanya yang dijahit dengan benang warna gold.

"Bandidos gitu lho, keren ...," bangga Anji.

"Gue kemari-,"

Brak

Semua atensi anak-anak Bandidos tertuju pada seseorang yang kini berdiri dari depan pintu dengan tegang. Raut wajahnya semakin pias saat melihat segerombolan cowok-cowok yang menatapnya intens.

Ini tempat apaan? kumpulan malaikat maut?!

Atlantas menggeram tidak suka. Siapa cewek tersebut sampai berani-beraninya mendorong pintu markas mereka.

"Shit!" umpat Atlantas pelan.

"A ... Abel hanya pengen numpang sembunyi," cicit cewek tersebut, mencoba menetralisirkan rasa deg-degannya. Ini sih namanya lari dari kandang macan, masuk kandang singa yang pada kelaparan.

"Abel ... Abel nggak ada maksud apa-apa, sumpah! Abel pengen numpang sembunyi doang."

Atlantas berdiri, membuat anak-anak Bandidos jadi gelabakan sendiri.

"Santai bang, santai. Cewek noh, kita usir aja," ucap Rendi yang emang lebih muda setahun dari pada Atlantas. Bisa berabe jika bosnya itu menghajar seorang cewek.

"Siapa yang berani ngusik ketenangan gue, nggak akan gue lepas sampai gue puas," ucap Atlantas tersirat dingin dan mematikan.

Melihat Atlantas yang berjalan semakin dekat dengannya, Abel refleks mundur hingga membentur dinding di belakangnya.

Ya Allah ... tolong Abel.

"Abel nggak ngapain-ngapain, cu ... cuman numpang sem-," ucap Abel tersendat saat Atlantas mengacungkan pisau kecil di depan matanya. Tubuh Abel langsung bergemetaran.

"Siapa yang ngirim lo ke sini, hah?!" tanya Atlantas tidak main-main.

Markas mereka ini berada jauh di belakang sekolah. Bisa dikatakan hampir di tengah-tengah hutan, dan melihat sosok cewek dengan rambut acak-acakan di depannya ini sangatlah mencurigakan. Terlebih lagi posisi saat ini berada di lantai dua. Sangat mustahil jika ingin bersembunyi sampai di lantai kedua.

"Gue tanya sekali lagi. Siapa yang ngirim lo ke sini, ha?!" tanya Atlantas yang semakin dekat dengan Abel. Pisau kecil yang tadinya berada di depan wajah Abel, berpindah ke samping pipinya. Membelai halus pipi putih cewek tersebut.

Tubuh Abel semakin gemetaran, kedua kakinya tampak lemas seketika. Tatapan Atlantas dengan jarak sedekat ini membuat napas Abel tercekat. Tanpa sadar Abel sudah menitikkan air mata.

Atlantas semakin memain-mainkan ujung pisau miliknya. Membuat Abel hampir mati berdiri dibuatnya.

"Ab ... Abel nggak bohong," lirih cewek tersebut di depan Atlantas. "Abel hanya mau numpang sem-,"

"Lo sudah ucap itu empat kali, sialan! Sekarang jawab dengan jujur. Siapa yang kirim lo ke sini, hah?! Perlu gue sobek dulu mulut lo baru mau jawab!" tanya Atlantas geram.

Anji menyenggol lengan Ucup. "Ceweknya cakep, ya."

Bugh

Ucup hanya menyikut perut Anji sebagi respon.

"Lho, ada apa nih?" tanya Banu yang baru datang. Posisinya saat ini berada tepat di depan pintu, sehingga tidak melihat ada dua sosok di sampingnya. "Kok, pada tegang gitu?"

Diam. Banu mengernyitkan dahi. Ada yang aneh, tapi apa. Tidak biasanya anak-anak hutan alias teman-temannya ini pada diam.

Dan sesaat Banu ingin meletakkan jaketnya di samping pintu, cowok dengan tinggi 175cm lebih itu langsung terperanjat kaget.

"EH, BUSETT! LO KALAU MAU CIPOKAN JANGAN DI DEPAN ANAK BANDIDOS DAKJAL!" ucap Banu setelah menetralisirkan jantungnya. Kedua matanya sangat tidak mempercayai penglihatannya saat ini.

Apa perlu ia ganti mata? Tidak mungkin, kan?

Banu mengucek-ngucek kedua matanya, membuat yang lain saling pandang.

"Dasar hewan menggonggong berkaki empat," umpat Anji merasa keki sendiri melihat kelakuan Banu. Emang Banu lah satu-satunya senior di sini, tapi kelakuannya jelas di bawah junior. Sangat meresahkan, sungguh.

"Banu kehabisan sel otak," timpal Ucup membuat Anji terkekeh pelan.

"Eh, minggir lo. Gue mau lihat ceweknya," ucap Banu seenak jidat.

Fyi, selain Sean, cuman Banu-lah yang paling berani dengan sosok Atlantas di sini.

Atlantas memberikan tatapan lesernya. Bisa-bisanya Banu mengganggu kegiatannya, namun tak urung untuk menyingkir, memberi celah untuk cowok tersebut.

"Gue cuman penasaran siapa cewek yang bisa masuk ke markas kita tanpa hambatan kalau bukan cewek lo."

Atlantas hanya berdecak pelan.

"Emang-LHO ABEL?! NGAPAIN LO DI SINI, DEK??" teriak Banu histeris. Di pegangnya kedua pundak Abel dengan kuat.

"Lo pacaran sama Atlantas, hah? Astag Abel, kamu baru seminggu di Jakarta, kenapa pacaran sama anak kutub utara kayak modelan Atlantas gini?" Tatapan Banu beralih ke arah Atalantas sejenak, lalu kembali menatap kepada Abel yang sudah bergelimang air mata.

Banu panik, tentu saja. Jika keluarganya tau Abel ada di sini dengan air mata yang berlinang seperti ini, mampuslah ia. Riwayat kena ceramah seminggu penuh, sudah pasti.

Abel yang kaget pun hanya bisa menangis keras. Sungguh, jika tidak ada Banu saat ini mungkin ia sudah pingsan karena ketakutan.

"Udah diem dulu, Bel," ucap Banu menenangkan Abel yang sesegukan. Sesekali mengusap punggung Abel yang tampak bergetar hebat. "Sebenarnya ada apa, dan kenapa lo bisa ke sini."

Abel tidak mengeluarkan suaranya.

Atlantas mengernyitkan dahi bingung.

"Dia Abel, adik sepupu gue dari Kalimantan," jelas Banu membuat semua orang di sana mengangguk paham.

Atlantas terdiam, menatap tidak suka ke arah Banu dan cewek di pelukan cowok tersebut.

"Lo urus dia, Nu. Jangan sampai gue lihat muka dia lagi," ucap Atlantas sekenanya, lalu melenggang pergi ke luar.

"Bos pasti malu," ucap Anji menyebut Atlantas dengan panggilan Boss.

Leo terkekeh pelan. "Di belakang bos aja lo berani, pas di depan kicep kayak gembel."

Anji mendelik. "Apa hubungannya anjir, nggak jelas banget lo emang," ucap Anji membuat Leo kesal. Di jitaknya kepala Anji kuat. "Anj-sakit bangsat!"

"Apa lo ha apa?" tantang Leo berdiri, membuat Anji ikutan berdiri

"Kita cabut aja, biarin mereka." Sean mengambil tasnya dan melenggang pergi di ikutin oleh Ucup serta yang lainnya. Sudah bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya

"Biasa bang, makin bertambah usia, hidup makin di bawa bercanda," ucap Rendi membuat Sandi terkekeh pelan.

Beda lagi dengan Anji dan Leo yang malah beneren gulat di dalam sana.

"GUE YANG PALING PERKASA ANJIR!"

Leo mendelik. "Setan lo!" setelah itu didorongnya tubuh Anji hingga terpental ke sofa.

"Shit!" umpat Anji. "Satu dua tiga bunga raya, kamu bukan kawan saya!" ucap Anji memulai sesi pantunnya. Leo hanya menggerak-gerakkan pinggulnya-mengejek.

"Ikan hiu makan permen, fak yu men."

🏍️🏍️🏍️

Di sisi lain lagi, Atlantas menaiki motornya dengan kecepatan tinggi. Tidak perduli dengan umpatan-umpatan pengendara motor lainnya saat ia hampir saja menabrak mereka. Saat ini hanya satu tujuannya. Rumah sakit. Ia ingin sampai ke sana segera, tidak ingin memperlambat waktu.

Sesampainya di rumah sakit, Atlantas langsung berlari menuju ruang inap yang sudah empat tahun ini ia datangi.

Bertepatan dengan itu seorang dokter keluar dari ruang inap tersebut, membuat Atlantas menatap reaksi wajah mereka yang selalu seperti itu, lagi. Sudah bisa ditebak, walau sebenernya ia mau ada kemajuan sedikit saja dari ekspresi tersebut, setidaknya lebih baik.

"Saya rasa tidak perlu di jelaskan lagi, Tuan, sepertinya Anda sudah bisa menebaknya sendiri. Kalau begitu saya permisi."

Atlantas menyandarkan tubuhnya ke salah satu pilar besar, memejamkan kedua matanya sejenak.

"Gue harus apa, sialan!"

🏍️🏍️🏍️

"Jadi, Abel itu sebenernya habis di kejar copet, Bang. Abel panik makanya lari sampai ke sini. Padahal pas pulang sekolah tadi, rencananya Abel mau pulang lewat depan, tapi Abel lihat Abang lewat belakang, jadi ya buat Abel penasaran."

"Eh, siapa tau tenyata Abel malah dikejar copet. Untung aja dia nggak berhasil ambil tas Abel, kalau diambil ...,"

Banu menunggu dengan satu alis yang terangkat. "Apa?" tangannya penasaran.

Abel tersenyum sok misterius, membuat Banu mendengus dan mendorong pelan jidat adiknya tersebut. Sedangkan sang empu hanya terkekeh.

"Jadi, kali tuh copet ambil tas lo, mau lo apain, hm?"

"MAU ABEL JADIN AYAM GEPREK SAMA BUNDA LAH!" jawab gadis tersebut menggebu-gebu. "Terus dagingnya Abel kasih ke teman-teman dan tetangga."

"Pisikopat lo!" canda Banu.

"Awwrrrr, Abel pisikopat, awwrrrr."

Dengan kedua tangan yang ia naikkan, Abel berlagak seperti pisikopat yang bercosplay Zombie. Lagi dan lagi Banu dibuat terkekeh olehnya.

"Jangan pernah lewat belakang sekolah lagi, itu bahaya. Gue nggak mau adik gue yang jelek ini kenapa-kenapa."

Abel tersenyum lebar, sangat manis, membuat Banu ikutan tersenyum dan diam saja saat dipeluk gadis tersebut. Abel merasa sedikit specheless dengan perhatian kakak sepupunya tersebut.

"Sayang Bang Banu banyak-banyak pokoknya."

"Gue lebih sayang lo, Bel," bisik Banu pelan dengan nada getir, tapi ia sembunyikan.

"Gue bakal terus ada buat pertahanin senyuman lo, Bel."

🏍️🏍️🏍️

Zona toxic ⚠️

Masih banyak typo, jadi harap bantu tandai, ya.

Setelah berbulan-bulan Atlantas hiatus dan di revisi ulang, akhirnya aku mulai up lagi, mungkin up-nya nggak bakal teratur, tapi aku bakal usahain yang terbaik buat kalian, para pembaca kesayanganku.

Maaf jika dibuat kecewa sebelumnya karena ada part yang dihapus untuk revisi.

Aku sayang kalian.

Jangan lupa pencet tombol vote dan kasih komentarnya, oke.

Continue Reading

You'll Also Like

100K 978 6
bercerita tentang seorang anak yang menyukai ayahnya dari dulu yg penasaran dengan kisah nya yuk mari merapat
3.9K 263 13
[ANGKASA S2] BIASAKAN FOLLOW DULU!! BARU BACA!! -Benci dan Cinta aku belajar banyak darinya- Siapa yang tidak kenal dengan Langit Dewantara Putra. ...
3.8K 579 6
||FOLLOW SEBELUM MEMBACA|| Cakrawala, siapa yang tidak mengenal dia? Ketua dari geng METEOR. Lelaki paling di segani, memiliki pahatan wajah yang sem...
6.2K 3.3K 50
"Ketika tawamu menjadi kebahagiaanku." -Reyno Daimend- Sudah bertunangan dan hampir mau menikah sih, tapi tunangannya malah dibunuh. Miris memang. Se...