ANGKASA (END)

By auroraxxl

1.6M 108K 3.1K

Selamat membaca cerita Angkasa dan Raisa❤❤ Bercerita tentang. Angkasa Saputra Wiratama. Murid laki-laki palin... More

1. Razel dan Ketuanya
2. Anak baru
3. Angkasa dan Jabatan
4. Tauran ala anak Razel
5. Arti sebuah mimpi
6. Satu hari bersama dengan nya
7. Penasaran
8. Raisa punya gue!
9. Angkasa dan Raka
10. Ini tentang Raisa
12. Kepergian Malaikatnya.
13. Hadirnya seseorang dari masa lalu
14. Pacaran atau Pelampiasan
15. Ketua OSIS dan ketua Razel
16. Duel antara Razel dan Harilla
17. Kerusuhan Razel di sekolah
18. Kenyataan pahit
19. Rumah sakit
20. Menjaganya
21. Rumah Angkasa
22. Dia yang marah
23. Angkringan malam
24. Antara nyaman atau baperan?
25. Aku terserah bukan menyerah
26. Terungkap
27. Pertunangan
28. Penyerangan.
29. Meninggalkan nya
30. TEKA-TEKI
31. MIMPI
32. PART BONUS
33. KEMBALINYA RAISA
34. TERBONGKARNYA RAHASIA
35. KELUMPUHAN?
36. MANSION WIRATAMA
37. BACK TO SCHOOL
38. DAVIN?
39. ANGKASA BALIK?
40. AKSA (ANGKASA RAISA)
41. AKHIR?
42. END
43. EXTRA PART
BUKAN UPDATE
NANYA
SEQUEL ANGKASA

11. Masa lalu Angkasa dengan rumah pohon

42.3K 2.9K 31
By auroraxxl

Suasana kantin riuh ramai dengan beberapa anak murid yang sudah siap menerkam makanan mereka. Pasalnya hari ini mereka mendapatkan pelajaran tambahan yang lumayan banyak. Membuat mereka harus pulang terlambat, apalagi posisi nya, mereka hanya membawa uang sedikit. 

Raisa memakan bubur sereal yang sudah dia bawa dari rumah, karena Raisa tidak boleh makan makanan sembarang dan berlebihan. 

“Lo kayaknya makan sereal itu terus deh, lo ngga ada uang? Gue jajanin deh,” sahut Kania kepada Raisa. 

Semenjak kejadian kemarin, sekarang Angkasa menyuruh Raisa untuk duduk di meja pojok, tempat biasa anak Razel duduk. Begitupun dengan sahabatnya, yang sekarang jadi duduk di meja pojok tersebut. 

Raisa mengeluarkan uang berlembar warna merah, “Anjir!! Duit lo banyak juga!!” sahut Riri terkejut melihat uang berwarna merah yang di keluarkan dari saku kemeja Raisa. 

“Gue punya uang, tapi ngga boleh makan sembarang, ngga baik,” balas Raisa. “Ini juga enak, dulu waktu di sekolah lama gue, gue selalu bawa ini. Kalau jajan sembarangan nanti Mama pasti marah,” balas Raisa kembali. 

“Posesif ya Mama lo? Padahal lo kan udah dewasa, masa harus makan sereal itu terus. Gak mungkin juga kan?!” sahut Riri melirik Raisa sembari mengunyah mie Instan nya. “Lo sakit?” selidiknya. 

“Ha?!” sahut Raisa terkejut. “Ngga kok, gue baik-baik aja, sehat. Cuma emang biasa bawa bekal, gue juga lebih suka makan bubur ini daripada jajan,” balas Raisa. 

Raisa sedari dulu memang biasa menutupi penyakitnya dari orang lain. Dia takut tidak ada yang mau berteman dengan orang penyakitan seperti dia, apalagi sampai kehilangan sahabat yang baru dia kenal. 

Angkasa mengusap kepala Raisa dan memainkan rambut nya di jari telunjuk. “Gue bilang juga apa, Pak Bos pasti bakalan Bucin banget kalau punya pacar!” sahut Erick. “Apalagi modelan gay kayak dia!!”

“Kembaran Hafiz bentar lagi nih,” sahut Robi. “Bakalan bucin semua anak Razel lama-lama, males gue!!” ujarnya kesal. 

“Berisik!!” sengit Angkasa dan Hafiz bersamaan. “Kalau jomblo, cari pacar!! Jangan bisanya dengki mulu sama orang pacaran!!” sahut Hafiz tak suka. 

“Markonah!! Diem lu!!” ujar Robi. Robi menyender dengan kaki yang dia lipat dinatas paha kiri, dan memakan kuaci nya. “Si Erick lagi ngeliatin Vina bae!!” 

“Berisik lo jomblo!!” sahut mereka bersamaan dengan melempar masing-masing kuaci nya. “Udah Rob, mendingan lo pergi aja daripada di sini, yang ada ganggu orang pacaran terus. Kasihan Aan di hukum sama Bu Endang, mending lo bantuin, lumayan kan dapet pahala.” 

“Eh kemarin uang yang lo suruh kumpulin untuk buat Cafe udah ada, Sa. Kita udah mintain sama anak Razel sebagian, nanti mereka sisa nya patungan untuk beli beberapa bahan,” kata Hafiz. 

Kebetulan kemarin ketika mereka sedang  berada di rumah Angkasa. Mereka membicarakan pekerjaan tambahan, karena untuk tabungan mereka masing-masing, dan untuk kebutuhan anak Geng motor itu. Raisa mengusulkan kepada mereka untuk membuat Cafe sebagai pekerjaan tambahan nya, selain karena cocok untuk anak zaman sekarang. Anak Razel suka meminum kopi, jadi mereka tidak perlu membuang uang banyak untuk mengopi di Cafe nya sendiri. 

“Udah ada konsep?” tanya Raisa. “Konsep kedepan nya nanti, kalian cari kios untuk buka tempatnya, buat supaya menarik perhatian. Biasanya mereka suka sama yang authentic gitu deh, kalian mau coba? Kita cewek-cewek bisa bantu untuk minta harga diskon kok, bener kan?” tanya Raisa. 

“Yuuupp!! Tugas cewek tawar-menawar!” 

*** 

Raka berada di pangkuan Raisa, sembari bernyanyi kecil. Mereka membuka kaca mobil, dan bernyanyi dengan tangan yang keluar dari kaca. Berhubung suasana jalan terasa sepi, membuat mereka nyaman. 

Angkasa yang tengah mengendarai mobil, hanya meliriknya. Untaian senyuman tipis terlihat jelas dari wajah Angkasa. Sudah lama, Angkasa tidak melihat Raka sebahagia ini, biasanya dia hanya melihat Raka tersenyum ketika mendapatkan mainan baru. 

“Kita mau kemana?” tanya Raisa kepada Angkasa. 

Kemarin Angkasa memang mengajak Raisa dan Raka berjalan-jalan, karena semalam Raisa hanya bisa menemani Raka sampai sore saja, tidak bisa mengajak nya jalan-jalan. Sebab itu sekarang Angkasa mengajak Raka dan Raisa, untuk menikmati sore bersama. 

“Abang, di tanya kakak!!” ujar kesal Raka. “Abang tuh kebiasaan deh, kalau di tanya ya di jawab!! Bukan malah diem terus!!” sahut Raka tidak suka. 

Raisa hanya terkekeh melihat Raka, yang memarahi Angkasa. Bahkan abang nya hanya diam, dan tidak menjawab apapun. Raisa mengusap kepala anak itu. “Jangan gitu dong sama abang nya, kan abang lagi bawa mobil, mungkin aja abang fokus nyetir,” kata Raisa. 

“Sekarang kakak jadi belain abang terus!! Raka ngga suka!! Harusnya kakak belain Raka dong!!” ujar Raka dengan tangan yang terlipat di depan dada. “Kan abang yang salah!! Raka itu tadi belain kakak, masa kakak belain abang sih!!” ujarnya lagi dengan air mata yang berada di ujung kelopaknya. 

Raisa terkekeh kecil, dia memeluk Raka dan mencium pipi gembul tersebut. “Iya kakak minta maaf, jangan marah sama kakak ya? Raka jangan nangis dong, kalau Raka nangis, kakak bakalan sedih banget, jangan marah sama kakak ya?” ucap Raisa dengan nada membujuk, “Raka, jangan marah sama kakak,” balasnya. 

“Abang mau ngajak kalian naik perahu bebek,” balas Angkasa dingin meliriknya. “Kalau ngga mau, kita bisa langsung pulang.” 

“Mau!!” sahut Raka. “Cepet jalan, udah mau sampai dikit lagi.” 

Sesampainya mereka di sebuah danau yang terlihat luas nan asri tersebut. Terdapat beberapa perahu bebek yang berada di tepi danau. “Kamu sendiri aja sana, kakak sama abang mau ke rumah pohon,” balas Angkasa. 

“Loh kok gitu? Raka masih kecil, Angkasa. Kalau dia tenggelem di danau gimana?!” ujar Raisa. “Raka, kamu ikut kakak sama abang, enak aja mau ninggalin dia sendirian di tempat kayak gini!!” 

“Terserah,” balas Angkasa dingin. Dia berjalan lebih dulu dan menaiki sebuah tangga yang sudah melekat di batang pohon tersebut. 

Angkasa menyodorkan tangan nya keada Raka, hingga anak itu menaiki tangga tersebut dengan bantuan Angkasa, begitupun dengan Raisa. Raisa terkagum melihat pemandangan yang indah tersebut, suasana yang sepi menambah kesan tersendiri kepada siapapun yang datang. 

“Bagus banget di sini,” sahut Raisa tersenyum lebar. “Aku suka banget, kamu tau di mana rumah ini?” 

“Punya Mama sama Papa,” balas Raka duduk di tepi rumah pohon itu. “Raka seneng banget loh Kak, kalau di sini. Biasanya Mama sama Papa sering ke sini waktu dulu, sama aku dan abang, biasanya aku sama abang main perahu, Mama Papa akan lihatin dari atas pohon ini,” sahut Raka bangga 

“Kata Mama ini di buat sama Papa waktu Papa masih SMP, nanti kalau Raka SMP, Raka juga mau buatin rumah untuk pacar Raka,” katanya. 

Raisa terkekeh lalu mengusap kepala anak itu. Dia duduk tepat di sebelah Raka, dan menggenggam tangannya. “Dulu Papa sama Mama sering banget ke sini, biasanya kita kalau ke sini ya sore-sore,” kata Angkasa menimpalinya dengan duduk di sebelah Raisa. 

Angkasa menyender di bahu Raisa, perempuan itu langsung terkejut dan ikut menggenggam tangan Angkasa. “Jangan pergi ya, Ca. Jangan tinggalin aku kayak semua orang,” gumam Angkasa dan Raisa dapat mendengar hal itu. 

Raisa mencium kepala Angkasa yang berada di pundaknya. Dia terkekeh kecil. “Kalau suatu saat aku pergi duluan dari kamu? Ninggalin kamu, gimana?” tanya Raisa. 

“Gak boleh, kita harus bareng-bareng terus. Kita sama-sama, kamu dan aku, Angkasa dan Raisa. Ngga bisa di pisahin,” kata Angkasa dengan cepat. 

“Tuhan, berikan aku waktu, setidaknya hingga aku, merasa bahagia walau hanya sesaat. Berikan aku umur yang panjang,” gumam Raisa memejamkan matanya.

Angkasa mendongak menatap Raisa. Darah mengalir deras dari hidung perempuan tersebut, bahkan sampai menetes mengenai kepala Angkasa. “Ca, kamu mimisan,” ucap Angkasa.

Angkas melepas slayer yang berada di lehernya, lalu menyeka darah itu. Raka mengepalkan tangan nya kesal. “Gak bisa kayak gitu!! Harus pelan-pelan, sini biar aku aja!!” Raka mengambil alih slayer itu, dan menyeka darah Raisa. “Kakak sakit? Kenapa bisa mimisan kayak gini, Kak?” 

Raisa tersenyum, dia mengusap lembut kepala Raka. “Kakak gapapa, Kakak Cuma mimisan, paling nanti hilang sendiri,” balas Raisa. 

Angkasa menoyor kepala Raka. Seharusnya dia hanya berdua dengan Raisa di sini, tidak mengajak anak kecil itu. Karena mengganggu keromantisan mereka berdua. Dia terus menggerutu karena sikap Raka yang sanvgat dekat dengan Raisa, Angkasa tidak mau jika Raisa di sentuh oleh siapapun orang termasuk adiknya sendiri. Dia tidak suka. 

“Abang sakit!!” ujar Raka kesal ketika Angkasa menoyor kepalanya. “Kakak!! Lihat abang tuh, dia dorong kepala Raka, kan sakit Kak!!” 

Continue Reading

You'll Also Like

45.7K 13.1K 50
Menghargai sebuah hadir, tanpa membenci suatu kepergian.
626K 24.6K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
1.7M 123K 48
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
2.3K 203 8
[crime] [jungfamily] [hurt] [bl] Jung Beomgyu, putra bungsu keluarga Jung yang dinikahkan demi perluasan wilayah kekuasaan. Ketika takdir membawanya...