Better With You [VENAL]

By Velova95

44.4K 4.4K 1.3K

18+ Akan ku penuhi seluruh sarafmu dengan kenikmatan hingga kita menegang dan terbakar hangus.. Kita akan ter... More

#1
3. GAME
4. MY FIRST KISS
5. SIAPA DI HATIMU?
6. THE PERFECT BASTARD
7. TIDUR BARENG
8. LOVE ME YA
9. DILUAR NALAR
10. DIMENSI LAIN
11. CREEPYPASTA
12. TESTPACK
13. SEBUJUR BANGKAI
14. SECRET ADMIRER
15. MELAMAR?
16. DRAMA QUEEN
17. BAD LIAR
18. WANITA PILIHAN
19. LOSING MY MIND
20.
21. KAMU DAN KAMU

2. FIGHT

4.3K 303 76
By Velova95

Kita mau kemana kak?

Ke Hotel.”

Bagai terkena kutukan maling kundang, Keynal mematung mengindahkan kalimat terakhir Veranda. Jangan bilang kakaknya ini, mau melakukan yang IYA—IYA.

Mobil hitam mengkilap (Audi R8), milik Veranda meluncur ringan. Membela jalanan ibu kota yang selalu ramai di akhir pekan ini.

Jangan macam—macam.

Gue, cuma mau satu macam,” Veranda mengerling nakal ke arah Keynal.

Mau lo, apa?

Gue, mau lo, jadi pacar gue.”

Stress!

Keynal mengalihkan pandang, dari sang kakak yang merupakan titisan makhluk paling indah di surga. Dia sengaja mengacuhkan kakak perempuannya yang dia anggap mesum itu.

Gimana tidak mesum, Veranda yang terkenal anggun dan memiliki senyum ramah semanis madu itu. Diam—diam suka menggoda Keynal saat mereka hanya berdua.

Ditambah lagi kedua orang tua mereka yang sering melakukan perjalanan bisnis di luar kota, membuat Veranda kian leluasa menggoda Keynal.

Atmosfer di dalam mobil begitu senyap. Keynal melirik sekilas ke arah Veranda yang duduk di sampingnya, memastikan kakaknya masih bernyawa atau tidak.

Jessica Veranda, usianya baru menginjak 20 tahun. Dia adalah artis pendatang baru yang sedang naik daun akhir—akhir ini.

Namanya melambung pesat dengan tingkat kepopuleran yang meningkat drastis, setelah membintangi beberapa film layar lebar dan puluhan ftv.

Ve, begitu sapaan akrabnya kini menggunakan gaun simple sepanjang lutut, berwarna peach dan makeup minimalis.

Serta mahkota hitamnya yang digerai indah, tak lupa flat shoes, putih susu yang membalut kaki jenjangnya.

Veranda melajukan mobilnya dengan santai. Keynal menyandarkan kepalanya pada jendela, melihat ke pinggir jalan.

Memandang kosong pada pepohonan hijau dan lampu jalanan yang dilewatinya. Sesekali Keynal menerawang ke arah langit malam yang tampak lebih pekat dari biasanya.

○●○●

Veranda POV

Aku mengulum senyum saat menangkap mimik kesalnya. Dia adikku, Devan Keynal Putra. Usianya 16 tahun baru naik ke 12. Wajah tirus, kulit putih mulus. Iris mata sekelam jelaga, namun tampak bersinar, redup dan menenangkan.

Seriusan! Aku benar—benar terpesona dengan mata tajam miliknya itu. Ditambah dengan alis tebal dan bibir tipisnya yang sangat... Agrh! Rasanya aku benar—benar enggak tahan pengin jadiin dia pacar.

Aku menilik outfit yang dikenakan Keynal. Kaus putih lengan pendek, celana chino abu—abu diatas lutut. Serta topi baseball berwarna merah juga sepatu sneakers putih.

Kulirik Keynal melepas topi yang dipakainya. Seketika itu rambut hitamnya ikut berkibar bersama angin musim dingin yang membekukan, melalui kaca mobil yang terbuka.

Sosok cowok yang bagiku sangat tampan, tapi selalu bersikap dingin dan cuek jika sedang bersamaku.

Ah, rasanya aku ingin segera menyeret Keynal ke rumah kosong dan langsung mengeksekusinya.

○●○●

20 menit kemudian, keduanya tiba di lokasi yang dituju, sebuah hotel bintang lima di bilangan Jakarta Barat. Veranda keluar mobil diikuti Keynal di sampingnya.

Jantung mereka tiba—tiba berdegup kencang saat kaki keduanya masuk kedalam lobby hotel, Veranda menggenggam erat tangan Keynal.

Remaja 16 tahun itu hanya melongo heran. Veranda menekan tombol saat mereka telah memasuki sebuah lift, segera pintu lift tersebut tertutup. Mereka berdua saling menatap beriringan lift yang membawa mereka menuju takdir keduanya.

(Ting... )

Suara bel menandakan mereka telah sampai di tempat tujuan. Pintu lift terbuka, Veranda semakin erat menggenggam tangan adik laki—lakinya.

Perlahan mereka berjalan keluar dari lift, hati Keynal semakin berdegup disko saat dia melewati lorong hotel. Veranda dan Keynal sama—sama terdiam, Ketika mereka tiba didepan pintu sebuah kamar.

○●○●

Keynal POV

Kami menatap sebuah rangkaian huruf dan angka yang tertera pada daun pintu, Ruang VVIP no. 246. Kak Ve membuka pintu kamar yang telah dia dibooking, dengan langkah yang sedikit gemetar gue masuk kedalam kamar.

Gue tertegun begitu kami masuk kedalam kamar, sesuatu yang indah telah merubah kamar ini. Taburan kelopak mawar merah diatas tempat tidur memberikan aroma intim yang begitu privat. Temeram cahaya lilin menciptakan suasana romantis yang memikat.

Lalu tiba—tiba sosok hitam besar melintas di balik pintu dan..

Dorrr!

Mamih, Papih. Gue menjerit kaget. Kedua orang tua gue timbul di balik pintu kamar hotel dan langsung memeluk gue dan Kak Ve secara bergantian.

Papih, kapan pulang kenapa enggak ngabarin Keynal?

Baru aja tiba, Papih langsung telepon kakak kamu.” Gue menatapnya, meminta penjelasan tapi Kak Ve hanya mengangkat bahunya.

Papih merangkul Mamih dan menyeret kopernya keluar kamar hotel, diikuti gue juga Kak Ve yang berjalan di belakang mereka.

Terus kenapa kalian harus mampir ke hotel? kenapa gak langsung pulang aja. Tadi kan kita bisa jemput kalian ke bandara, ucap gue lagi.

Jujur gue masih shock Kak Ve bawa gue hotel. Gue enggak benar-benar percaya kakak gue sendiri, karena otak dia kan mesum.

Sengaja kita ingin mengenang masa muda. Gue menganga lebar, jadi dulu waktu remaja kedua orang tua kami suka berkencan di hotel? Pantas kak Ve jadi omes gitu.

Dosa enggak sih benci kakak gue sendiri?

○●○●

Jum'at malam pukul sembilan tepat, Keynal dan Veranda baru keluar dari hotel, bersama kedua orang tua mereka. Setelah sebelumnya mereka makan malam bersama di restoran hotel.

Mereka berempat melanjutkan langkah menuju meja resepsionis, untuk melakukan proses check out. Sepanjang melewati lobbyVeranda sama sekali tidak melepaskan rangkulannya, pada lengan Keynal sembari bergelut manja.

Tidak menyisakan sedikit pun jarak di antara keduanya, membuat Keynal benar—benar menempel padanya. Mengundang banyak pasang mata menoleh ke arah mereka berdua.

Banyak dari mereka saling berbisik—bisik membuat wajah Keynal memanas, situasi ini merusak moodnya.

Kak Ve, lo ngerasa gak kalo mereka lagi ngibahin kita? bisik Keynal pada Veranda.

Tinggi tubuh keduanya yang nyaris sepadan, usia mereka terpaut empat tahun. Namun Keynal lebih tinggi dari Veranda. Ketuanya lebih tampak seperti sepasang kekasih daripada kakak—adik.

Veranda mengendikkan bahunya acuh. Dara cantik itu tersenyum pada Keynal. Gausah peduliin mereka. lo adik gue, terus apa yang salah?

Benar juga, batin Keynal.

Mereka itu sedarah jadi wajar saja kalau mereka sedekat ini kan? Tapi tunggu.. Sejak kapan Keynal mulai terbiasa dengan skinship seperti ini?

○●○●

Sekitar tiga puluh menit, mereka tiba di rumah dengan dekoratif serba putih. Berlatar hijau yang menyilaukan indera penglihatan.

Rumah megah ini bergaya mediterania, pagar besi berwarna biru dongker tampak kokoh dan angkuh. Mempertegas fungsinya sebagai pelindung isi di balik pagar besi yang menjulang tinggi tersebut.

Tepat ketika Veranda membunyikan klakson mobil sekali, pagarnya dibuka lebar oleh seorang security yang berjaga. Mobil kesayangan Veranda memasuki halaman super luas, bak istana dongeng.

Menara—menara rumah yang berdiri tegak. Pilar besar dengan beberapa ornamen mewah, melengkapi kemegahan rumah itu. Terdapat taman buatan dan kolam ikan, dengan air jernih yang sungguh—sungguh elok dipandang.

Air mancurnya terbuat dari kaca. Lampu—lampu taman berbentuk prisma, dan beberapa hiasan lain dengan corak—corak simpel, namun begitu agung dan indah. Terdapat sebuah ayunan yang muat dua orang, terletak di tepi kolam renang halaman depan rumah.

Semua orang yang melewati rumah itu akan berdecak kagum. Memperhatikan dengan seksama bangunan yang mencolok tersebut. Bagaimana tidak mencolok? Rumah—rumah yang berada di sampingnya hanya rumah biasa.

Rumah ini juga merupakan bangunan rumah paling besar dan mewah diantara rumah lainnya di kawasan perumahan elit. Mobil mereka berhenti di depan pintu berpahatkan kayu mahal yang menjulang tinggi.

Rumah mereka tampak sepi di siang hari. Namun saat matahari mulai tenggelam, rumah itu akan terlihat sangat hidup. Dengan lampu gemerlap memantul hingga keluar, dari dinding tebal yang mengelilingi bangunan itu.

Keempat orang itu berjalan santai ketika sampai di pintu utama. Rumah mewah dengan pencahayaan yang terang menambah kesan mewah dan tampak mencolok.

Dari arah dalam seorang wanita paruh baya, mengenakan daster tergopoh—gopoh menghampiri tuan rumah. Wanita itu tampak letih dengan baju kusut sana sini. Dan keringat yang mengucur di sekujur tubuhnya.

Sang bibi segera membawa barang—barang tuan Risal dan nyonya Lilis ke dalam rumah. Ruangan super besar itu disulap dengan hiasan—hiasan berwarna putih dan emas. Buket bunga mawar putih melekat di setiap sudut ruangan. Sangat menawan dan klasik mendominasi.

○●○●

Aku suka sama kakak, kakak mau nggak jadi pacar aku?

Pagi hari, Keynal sudah mendapatkan pernyataan cinta dari siswi kelas X, tepat di depan kelasnya. Semua murid turut menyaksikan adegan dramatis tersebut.

Entah sudah berapa banyak cewek yang menembaknya. Namun jawaban Keynal selalu sama.

Enggak! Lo itu jelek, bukan selera gue. Please ngaca sana! cibir Keynal sembari memasang tampang songong sejagad raya.

Setelah mengatakan itu Keynal segera pergi meninggalkan tempat tersebut bersama dua sahabatnya. Seketika itu gadis bernama Vita langsung mendapat sorakan dan timbukan kertas dari teman—temannya.

Keynal berjalan di depan kedua temannya.  Derap langkah kakinya memecah kesunyian, sepatu mahalnya menjejaki koridor sekolah.

Sebelah tangannya terbenam di dalam saku celana abu—abu yang dikenakannya. Sementara tangan kanannya sibuk mengeser layar ponsel miliknya menanti notice dari seseorang.

Langkah membawanya menuju kantin, tapi kehadiran seorang gadis sukses mengurungkan niatnya. Lo berdua duluan aja, ntar gue nyusul.”

Kedua rekan Keynal hanya mengangguk paham. Segera meninggalkan Keynal bersama gadis itu. Keynal menuruni tangga dan menghampiri gadisnya.

Tatapan dingin dan angkuhnya seketika berubah meleleh hangat, saat Keynal berhadapan dengan gadis yang dicintainya.

Tiba—tiba tangan Keynal menarik ikat rambut, yang bertengger manis di rambut si gadis. Rambut lo lebih indah jika seperti ini.”

Keynal menarik lembut tangan gadisnya dan meletakkan ikat rambut berhias kupu—kupu pada telapak tangan kekasih hatinya itu.

Si gadis hanya tersenyum, dia menggandeng tangan Keynal. Mengajak Keynal untuk pergi ke tempat yang mereka inginkan berdua.

○●○●

Di pertengahan musim dingin, memasuki minggu pertama April, suhu udara masih tetap terasa mengigit. Karena ... ini masih berada dalam musim hujan.

Langit sudah berwarna gelap sejak beberapa jam lalu. Matahari juga telah kembali ke tempat peraduannya sedari tadi.

Pancarona yang dihasilkan pelangi selalu dapat membuat Keynal terpana, terpesona akan kemilaunya yang memanjakan mata.

Tidak ada bulan, juga bintang. Hanya ada cahaya dari remang—remang lampu perumahan penduduk. Kaki panjang itu melangkah besar, semakin membesar tatkala hawa dingin mulai menusuk—nusuk tubuhnya yang tertutupi baju seragam.

Hawa dingin itu semakin membekukan darah dan membuat sekujur tubuh selalu merinding. Hari ini Keynal sengaja berjalan kaki menyamai langkah dengan kekasihnya. Keynal dan kekasihnya berhenti di depan pagar rumah yang tidak terlalu besar.

Kamu gak mau mampir dulu? tanya si pacar menatap Keynal.

Gak usah deh, gue pulang aja, lagian ini udah mau isya enggak enak sama calon mertua.”

Tapi, aku masih kangen kamu,” ucap gadis itu setengah kecewa.

Gue juga, besok kita jalan ya, jam tujuh gue jemput. Keynal mencubit pipi gadisnya. Pacarnya itu langsung mengangguk senang.

Gue pulang dulu ya.”

Hati—hati di jalan, sampe rumah jangan lupa sholat tepat waktu.” Si gadis mengingatkan Keynal.

Iya sayang, pasti kok.”

Setelah Keynal pergi, gadis cantik itu segera menutup pintu gerbang dan masuk ke dalam rumahnya diiringi senyum bahagia.

Keynal melanjutkan langkah rumahnya. Hanya berjarak 200 meter dari rumah sang pacar. Keynal cuma butuh waktu 5 menit dengan berjalan kaki.

○●○●

Dari mana saja lo? Kenapa jam segini baru pulang?

Veranda berdiri di balik pintu kamar Keynal menyambut kedatangan sang adik. Keynal tidak menjawab, dia tetap melangkah masuk tanpa mempedulikan pertanyaan Veranda.

Keynal melempar ransel sekolahnya dan duduk di tepian ranjang sambil memainkan ponselnya. Memberi kabar pacarnya jika dia sudah tiba di rumah.

Veranda yang geram langsung merampas ponsel si adik. Keynal masih bungkam, dia mengangkat wajahnya menatap muak ke arah Veranda.

Lo, ngapain di kamar gue? Pergi sana! Keynal mencoba meraih ponselnya, tapi Veranda malah menahannya.

Gue ini, kakak lo. Jadi tolong tunjukin sedikit rasa hormat lo. Keynal langsung membuang muka, membuat dada Veranda semakin sesak.

Veranda merasa telah kehilangan sosok adiknya. Kemana perginya Keynal yang dulu? Keynal yang ceria dan selalu menghibur Veranda di kala sedih.

Dulu mereka selalu melakukan segalanya bersama. Makan berdua, bermain berdua, bahkan Keynal kecil tidur pun selalu minta ditemani Veranda.

Akan tetapi, semua itu mulai berubah setelah Keynal beranjak remaja dan mengenal lawan jenis. Mereka berdua seperti orang asing yang tinggal serumah.

Tak hanya bersikap dingin tapi Keynal juga sering mengabaikan Veranda. Keynal menganggap seolah—olah Veranda adalah makhluk yang tak kasat mata.

Kakak mana yang tidak sedih jika diperlakukan seperti itu? Semua yang Veranda lakukan selalu salah dihadapan Keynal.

Kakak salah apa Nal? Sampe lo benci kakak kayak gini. Sejak jadian sama cewek itu lojadi berubah drastis. Kayaknya dia emang udah berhasil mencuci otak lo.”

Mata Keynal memerah, kedua tangannya mengepal dan bergetar.Jaga mulut kakak! Dia gak sejahat seperti lo pikirin. Gue ini udah gede, jadi lo nggak usah ikut campur urusan gue. Meding lo keluar. 

Keynal merampas ponsel miliknya dan mendorong kasar tubuh Veranda untuk keluar dari kamarnya.

Key, kakak masih belum selesai ngomong!

Braaak!!

Keynal membanting pintu, hingga mengenai punggung Veranda.

○●○●

Veranda masuk ke kamarnya yang terletak di samping kamar Keynal. Dia berjalan mencari tombol saklar lampu kamarnya.

Lampu menyala dengan terang, terlihat jelas suasana kamar dengan cat dinding berwarna cream putih, bed cover queen size putih dan selimut berwarna biru muda.

Matanya langsung menuju jendela besar menghadap luar. Bisa dibilang bagian kanan rumahnya, sekaligus pintu menuju balkon kamarnya. Veranda membuka pintu kaca tersebut lalu berjalan keluar menuju balkon.

Tepat dibawah balkon kamar Veranda terdapat sebuah taman bunga, dengan ayunan di tepi kolam renang yang dulu biasa dia gunakan untuk bersantai bersama Keynal.

Veranda sedikit tersenyum perih mengingat kenangan masa kecilnya yang indah bersama sang adik, jujur Veranda sangat merindukan masa—masa itu.

Perlahan matanya memerah, ada genangan air mata di pelupuk matanya. Hidungnya mulai membersit tak nyaman.

Tak lama kemudian, isakan pelan lolos dari bibir cantiknya. Veranda menunduk mencoba menyeka air mata yang mengalir deras begitu saja tanpa bisa dia kendalikan.

○●○●

Keesokan harinya.

Mereka datang!

Riki dan teman—temannya lantas membalikkan badan. Sepertinya orang—orang yang mereka tunggu sudah datang.

Empat orang pemuda masuk ke dalam lapangan. Mereka adalah Ebby, Maul, Vino dan Nabil. Dua dari mereka, Ebby dan Maul memegang botol spray berisi cat minyak di masing—masing tangan.

Sementara Riki, Riko, Anton dan Ari sama sekali tak memegang senjata. Mereka berhenti berjalan ketika telah sampai di tengah lapangan.

Orang—orang di tengah lapangan menatap bingung keempat orang itu. Kenapa mereka tak membawa senjata dan malah membawa spray?

Pulang sekolah, suasana cukup sepi di sana hanya ada Keynal CS Vs KiRiKo CS di lapangan basket dekat sekolah.

Apa mereka mau sok jago? Gak bawa senjata gitu? Dan malah membawa spray.

Pemuda bernama Riko, menatap keempat orang itu penuh selidik. Ia memasang senyum mengejek.

Heh, akhirnya kalian datang juga. Di mana boss kalian itu? tanya Riki saudara kembar Riko. Maul sahabat Keynal diam tak menanggapi.

Jangan—jangan sekarang dia lagi nangis dipojokan, lantaran gubuk bobroknya kita rusak...cerocos Riko kemudian tergelak bersama teman—temannya.

Ebby sahabat terbaik Keynal memasang senyuman. Maap, tapi ketua kami, nggak setolol ketua geng busuk lo yang cuma berani merusak basecamp geng lain,” komentarnya pedas.

Wajah Riki memanas. Beraninya kalian mengatai gengku. Dasar Brengsek!

Lihat... bahkan kalian tak berani bertarung satu lawan satu. Parahnya membawa senjata lagi. Cih... pe—nge—cut, ucap Riki dengan penekanan di kata—kata terakhirnya.

Riko maju berdiri di samping saudara kembarnya. Jadi buat apa botol spray di tangan kalian berdua itu? katanya sambil menunjuk tangan Ebby dan Maul. Berusaha membutakan mata kami huh?

Nabil menguap. Hoam ... Maaf niye, gue menyela... asal lo tau aja. Kite—kite ini, lebih bermoral dari pada kalian.”

Heh? Pintar banget lo ngomong, komentar Ari bertepuk tangan.

Membosankan kalo seperti ini. Gimana kalo kita langsung aja ke acaranya intinya? tantang Riki.

Sebelum mulai. Gue mau nanya. Kenapa kalian menghancurkan camp kami? tanya Ebby.

Tentu aja sebagai balasan saat itu. Dan lagi di mana sebenarnya ketua kalian itu?

Nabil menjawab, Die lagi ada urusan lain.

Riki mendecih. Dia melipat kedua tangannya. Gue cukup kecewa dia nggak datang. Tapi nggak masalah karena bisa dengan mudah meremukkan kepala kalian berempat. Jadi menyerahkanlah.

Adegan berkelahi mulut dan fisik yang menjadi sambutan hangat mereka.

Bacot! Semuanya...serang! teriak Maul.

HYAAAAHHH! Ari, Anton, Riko Riki dan anak buah mereka maju menyerang ke—empat sahabat Keynal.

Ebby menatap lawan—lawannya yang berjumlah 8 orang itu. Sesuai rencana. Jangan lupa! komando Ebby memberi aba—aba.

Kayaknya, ini bakal menarik, komentar Maul.

Lalu keempat orang itu bersiap dengan rencana mereka. Dan mulailah rencana itu dijalankan.

Maul dan Ebby berlari ke pinggir lapangan. Sementara Nabil dan Vino, masih berdiri di tengah lapangan, memasang kuda—kuda siap bertarung.

Ebby bergerak ke sebelah kanan dan Maul ke sebelah Kiri. Mereka berdua berlari sambil menyemprotkan cat minyak di botol spray ke lantai. Lantas anak buah Riki menatap kedua orang itu bingung.

Srrroooott!

Huh, apa yang lagi mereka berdua lakukan, Ko? bingung Ari, pemuda berambut keriting.

Tapi tiba—tiba

Duak!

Kepalan tangan seseorang berhasil mengenai pipinya.

Ups ...maaf ... tiba—tiba tanganku gatal banget pengin mukul wajah jelekmu,” kata Vino seraya tersenyum tak bersalah.

Brengsek! Mati lo!

Ari dan satu orang lainnya langsung menyerang Vino. Vino menahan serangan mereka.

Lo hanya ingin menonton aja? Anton langsung melompat dan menerjang perut Nabil.

Tak asik kalo hanya melihat. Ayo kita mulai.” Anton dan Ari kembali menyerang Nabil. Dan Nabil pun balik menyerang mereka.

Sementara itu sekitar empat orang geng Riki, sedang memburu Ebby dan Maul. Keduanya masih berlarian, menyemprot spray di kedua tangannya.

Woi, tunggu! teriak salah seorang anak buah Riki dan Riko.

Drap Drap Drap.

Set Set

Srrroottt! Srrooott!

Maul dan Ebby berhasil menghindari kejaran orang—orang itu.

Sebenarnya apa yang mereka rencanakan? geram Riko yang melihat Ebby dan Maul hanya berlarian saja.

Kita lihat aja,” sahut Ari terus menyerang Vino.

Nabil dan Vino sedang berjuang mengindari setiap pukulan dari anak buah Riki. Mereka berkelahi di tengah lapangan.

Vino menahan serangan pukulan Ari sembari tersenyum tak berdosa. Sementara Nabil membalas pukulan Anton yang berhasil mendarat di pipinya. Mereka saling tinju, tendang dan hajar.

Maul dan Ebby masih berlari terus menyemprotkan spray dari pinggir ke tengah lapangan.

Kurang ajar! Mereka malah mengajak main petak umpet!

Riko mengedikkan kepalanya, memberi isyarat kepala anak buahnya yang akan bergerak. Kepung mereka dari arah sebaliknya!

Pepet mereka ke tengah lapangan! teriak Riki yang bertingkah sebagai pimpinan geng.

Anak buah Riki dan Riko berusaha memepet Maul dan Ebby. Seorang berdiri di depan Ebby tiba—tiba. Dengan botol spray di tangan kanan, Ebby memukulkan botol itu ke mulut orang itu hingga tumbang.

Maul berhasil ditarik salah seorang geng KiRiko. Dengan siga Maul berbalik dan memelintir tangan orang itu. Orang itu langsung berusaha melepas tangan Maul dan mundur ke belakang. Kesempatan itu tak disia—siakan Maul, untuk menendang wajah orang itu hingga terjerembab.

Tapi akhirnya mereka berhasil mengepung Maul dan Ebby ke tengah lapangan. Di mana Nabil dan Vino sedang menghadapai anak Geng KiRiko yang lainnya, Keynal CS terkepung.

Hehehe...kita berhasil mengepung mereka, bangga Riko.

Maul bukannya merasa takut malah tersenyum. Terkepung? Lo yakin? Kemudian Ebby menjentikkan jarinya ke atas membentuk sebuah simbol misterius.

Ctik!

Tiba—tiba sesuatu terlempar ke tengah lapangan. Benda itu berbentuk seperti kaleng minuman, terdapat tombol di sisinya.

Ketika diaktifkan benda silinder itu langsung mengeluarkan asap dengan yang menyebar dengan cepat membentuk sebuah kabut putih tebal.

BWUUSSSHHH!

Uhuk ukukk!

Apaan tuh?!Riki dan Riko terperanjat. Siapa yang melempar benda seperti itu?

Kemudian Riki CS mengedarkan pandangan, tapi tak dapat melihat apa—apa karena tertutup asap. Ketika asap sudah hilang, mereka tak dapat menemukan Nabil, Vino, Maul dan Ebby keempat—nya lenyap tanpa jejak.

Di mana mereka? Dan siapa yang melemparkan bom gas? bingung Riki yang masih berdiri di depan ring basket bersama adik kembarnya. Anak buahnya juga bingung mencari mereka.

Mencari kami? Huh?

Suara seseorang terdengar dari samping atas kepala mereka. Riki—Riko menoleh sedikit mendongakkan kepala. Dan di sanalah mereka berempat berada. Duduk di atas genting pertokoan yang berada persis di samping lapangan.

Tembok pertokoan itu berbatasan langsung dengan tembok lapangan. Lalu di tengah—tengah mereka berempat berdiri pemuda yang menjadi ketua geng. Pemuda itu tersenyum angkuh sambil memegang tali tambang di tangannya kirinya.

Keynal! pekik Riki dan Riko bersamaan.

Ah...kaget liat gue?

Sejak kapan lo di sana? Turun dan bertarunglah kalian semua! Jangan cuma lari—lari nggak jelas, anjink! kesal Riko.

Maul tertawa. Hahaha ... Kalian pikir gue dan Ebby hanya berlarian tanpa maksud?

Coba liatt kaki kalian. tambah Ebby dengan wajah cool.

A—apa?! Mereka segera melihat ke lantai.

Lantai lapangan basket itu telah di penuhi dengan coretan—coretan cat minyak yang di semprotkan Ebby dan Maul. Tapi anehnya coretan itu seperti membentuk sebuah pola yang dibuat kotak dan saling berhubungan satu sama lainnya.

Itu bukan cuma sekedar coretan lho... tambah Vino.

Mereka kembali menatap kelima orang itu. Dan tepat saat itu, Keynal mengeluarkan sebuah korek dari kantungnya celana abu—abunya.

RikiRiko yang semua tak mengerti mulai paham. Mereka berdua terbelalak.

Ja— jangan—jangan...

Keynal menyalakan korek di tangannya, Maul tersenyum sinis lalu menjelaskan. Spray itu nggak hanya mengandung cat, tapi juga minyak dan tiner. Kalian tau kan kalo minyak dan tiner itu mudah terbakar?

A-apa?!

Korek ini akan memberikan api pada lintasan cat itu.” Keynal melemparkan korek di tangannya yang masih menyala ke lintasan cat dan...

WEERR!

BLAAARR!

Suar api seketika membakar lintasan cat itu.

WHAAAA! PANAAASS!”

Teriak orang—orang yang ada di lintasan cat. Kaki mereka terbakar karena menginjak lintasan cat yang telah di penuhi api. Perasaan panik membuat mereka menjerit ketakutan dan lari kesana kemari hingga saling bertabrakan.

AH KAKIKU! KAKIKU TERBAKAR!

Tenang... Kalian bakal selamat kalo keluar dari lapangan ini, ucap Ebby tenang.

Waaa... tolong... Hiiii... 

Mereka semua akhirnya keluar dari lapangan dengan kaki terbakar. Maul dan Ebby sengaja tak membuat lintasan di dekat pintu agar orang—orang itu dapat keluar lapangan.

Baunya harum...  kek ayam panggang...  Gue jadi lapar nih... komentar Nabil seenaknya.

Riki dan Riko yang beruntung tak berada dalam lintasan api itu, keduanya menatap nyalang ke arah Keynal dan kawan—kawannya.

Jadi kalian udah merencanakan ini dari awal?

Ya...kurang lebih gitu,” jawab Keynal kalem.

Gue menyusun rencana ini matang—matang. Mulai dari lintasan cat yang sengaja ku buat saling berhubungan sampai lintasan itu terbakar. Gue dan Maul berkolaborasi membuat polanya sementara Nabil dan Maul memancing anak—anak geng kalian agar ke tengah lapangan. Lalu gue membuat lintasan itu mengarah ke tengah, supaya kalian berpikir berhasil mengepung kami. Dan dari atap sesuai tanda dari Maul, Keynal melemparkan bom gas ke lapangan agar mengaburkan pandangan kalian. Kita bisa kabur ke pinggir lapangan dan naik ke atap menggunakan tali yang telah Keynal siapkan. Lalu hanya dengan sedikit api, lintasan itupun terbakar, jelas Ebby dengan gaya jeniusnya.

Itu sangat tidak biadap! Dasar Bajingan! bentak Riki tak terima.

Hal yang kalian lakuin ke kami, apa juga nggak biadap dasar tolol?! teriak Maul.

Berhenti semua,” perintah Keynal dan mereka langsung diam.

Keynal kemudia turun tanpa tali ke lapangan, dengan langsung melompat setelah lintasan api tadi padam. Keempat temannya ikut turun mengikuti sang ketua.

Keynal telah berada persis di depan Riki. Ia menatap pemuda bertato 'RK' di tangannya itu serius.

Gue nggak pernah buat masalah sama lo. Tapi lo selalu membuat masalah sama gue. Sebenarnya mau lo apa?

Riki mendecih. Dia maju mendekat ke Keynal. Kilatan kebencian terlihat jelas di manik coklatnya. Lo bilang nggak ada masalah? Lalu gimana dengan kejadian saat itu?

Keynal menghela nafasnya. Rik...itu udah setahun lalu. Dan itupun gue juga nggak sengaja ngelakuinnya. Bukannya gue udah minta maaf sama lo. Lagi pula itu juga bukan sepenuhnya salah gue.”

Riki tak terima. Dia mendekat. Mau setahun, sepuluh tahun, bahkan ratusan tahun pun kalo lo udah buat salah sama gue, gue nggak akan kasik maaf.”

Lo udah rebut Shinta dari Gue!

Tiba—tiba Riki meninju wajah Keynal sangat keras hingga Keynal terjatuh. Darah keluar dari sudut bibirnya.

Keynal!

Ebby dan lainnya hendak menolong Keynal dan mungkin akan meninju wajah Riki ganti. Tapi tiba—tiba mereka merasakan sesuatu menghantam tengkuk mereka. Alhasil Keynal CS itu jatuh dengan posisi tersungkur.

Kemudian hantaman demi hantaman mereka rasakan di sekujur tubuh. Menerjang bertubi—tubi. Menimbulkan luka memar dan rasa sakit yang luar biasa.

DUK ! DUAK ! DAK! DUKK!

UGGHH! ARGH! AHH! Riki dan saudara kembarnya tertawa melihat mereka dipukuli.

Kemudian orang—orang yang tadi memukul Ebby, Maul, Vino dan Nabil kini berdiri di samping Riki Riko bersaudara. Mereka membawa tongkat baseball yang di gunakan memukuli musuh KiRiKo dengan brutal.

Brengsek lo! maki Keynal sembari berdiri.

Dia melihat keadaan teman temannya yang terkapar dalam keadaan babak belur dan antara sadar dan tak sadar. Karena kepala mereka terasa sangat berdenyut hingga sekujur tubuh. Mereka merengek kesakitan.

Hahaha... Pikir lo kami tak punya rencana? Gua tau kalian pasti akan bikin rencana. Jadi gue udah siapin orang—orang bayaran ini untuk ngehajar lo, kata Riko adik Riki.

Kurang ajar!

Keynal hendak menyerang Riki, tapi di halangi oleh orang—orang bayaran Riko. Mereka ada empat orang. Keempat orang itu langsung menyerang Keynal secara serentak dengan menggunakan senjata.

Jika dalam keadaan normal mungkin Keynal tak akan merasa kesulitan. Tapi kali ini berbeda. Dia sangat kesulitan menghadapi mereka yang menyerangnya dengan membabi buta.

Keynal sedang dalam keadaan yang tidak vit. Lengannya baru saja terkena sayatan Riki kemarin dan bahkan lukanya juga belum mengering.

Bahkan sekarang Keynal merasakan lengan kanannya sangat panas dan mati rasa. Lukanya berdenyut—denyut nyeri. Jadi selama empat orang tadi menyerang. Keynal hanya bisa menghindar dan sekali—kali menyerang dengan tendangannya.

Parahnya lagi Riko dan Riki juga ikut andil dalam perkelahian itu. Ketika Keynal menahan pukulan di perutnya. Riko berhasil memukul Keynal di tengkuknya dan Riki meninju wajah Keynal.

Keynal oleng. Kesempatan ini di gunakan orang—orang bayaran Riko untuk menyerangnya lagi. Salah seorang mengayunkan tongkat tepat ke lengan Keynal yang terluka. Keynal langsung memekik kesakitan.

DUKK!

ARGGHHH!

Keynal jatuh dalam posisi terduduk. Dia mencengkram lengan kanannya yang berdenyut nyeri dan sangat sakit. Dahinya mengernyit, rahangnya mengeras, giginya bergemelutuk.

Darah segar langsung mengalir lewat jahitan lukanya yang terbuka. Lalu merembes hingga membuat lengan seragam putih Keynal memerah oleh darah, bau besi menyeruak. Nafasnya terengah.

Riki berdiri di depan Keynal. Dia memasang senyum mengejek. Haha...jadi hanya segini aja kemampuan lo.. kapten?

Keynal berdecih. Dia balas menatap Riki yang tengah menatapnya. Seenggaknya gue nggak nyuruh orang—orang bayaran untuk ngehajar lo seperti seorang pengecut.”

Jaga mulut lo!

Duak!

Tanpa aba—aba Riki kembali meninju wajah Keynal. Darah mengalir dari hidung Keynal. Keynal menyeka darahnya.

Dia kembali menatap Riki dengan senyum mengejek. Pukulan lo lemah. Lo ini laki— laki? Atau jangan—jangan lo perempuan yang nyamar jadi laki—laki?

Kali ini Riki benar—benar geram. Wajahnya sudah memerah karena marah, hampir menyerupai rambutnya. Ia mengambil tongkat di tangan orang bayarannya lalu mengacungkannya tepat di wajah Keynal.

Tarik ucapan lo brengsek! Atau gua bakal ngehabisin lo saat ini juga!

Lo pikir gue takut? balas Keynal dengan wajah tenangnya. Dia masih saja memancing emosi Riki.

Mati Lo! Riki mengayunkan tongkat di tangannya dengan sepenuh tenaga.

Keynal menutup matanya. Bersiap menerima pukulan itu. Hingga suara seseorang berhasil mengalihkan perhatian Riki dan teman—temannya yang lain.

KEYNAL!

Tongkat itu membeku di udara. Riki yang merasa terkejut langsung menoleh ke asal suara dan didapati seseorang tengah berlari ke arahnya.

ToBeContinue » » »

🎬 12 April 2020

Continue Reading

You'll Also Like

3.4M 273K 46
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
2M 111K 53
"Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan dengan saudara sendiri...
212K 9K 39
Christy yang kaya raya di jodohkan dengan chika Si Christy yang super dingin gimana nanti nya? liat aja dulu gxg
3.3M 158K 61
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...