Home - Jeon Jungkook (Sequel...

By R_Seokjin

943K 58.6K 5.7K

Jika kalian berfikir semua berakhir bahagia, kalian salah.. Justru badai yang paling besar datang setelah Se... More

Home 1
Home 2
Home 3
Home 4
Home 5
Home 6
Home 7
Home 9
Home 10
Home 11
Home 12
Home 13
Home 14
Home 15
OPEN PO
Home 16
Home 17
Home 18
Home 19
Home 20
Home 21
Home 22
Home 23
Home 24
Home 25
Jin Hyung!
Home Terbit Lagi 💕
PRE ORDER LAGI!!

Home 8

23.6K 2.3K 208
By R_Seokjin

"Aku mundur."

Dengan tatapan kosongnya, si maknae Bangtan itu berucap.

Semua yang berada di ruangan Jungkook tercekat dengan keputusan si Bungsu. Termasuk Orang tua Jungkook.

"Jungkook-ah, tolong pikirkan baik-baik. Kau masih bisa sembuh dengan terapi Kook." Sejin berusaha menenangkan artisnya tersebut.

Ada rasa tidak rela jika ia membiarkan Jungkook mundur setelah apa yang ia capai sampai saat ini.

"Apa kemarin hyung tidak dengar? Aku lumpuh permanen hyung! Tidak ada idol yang cacat!"

"Jungkook, tenangkan dirimu nak. Jangan seperti itu pada Manager Sejin."

"Kenapa kau tidak mengubah kata permanen itu dengan sembuh total Kook? Kau bahkan belum berusaha."

"Jungkook, kami tidak peduli tentang itu. Kau ini golden maknae kami Jungkook." Kini sang PD-nim yang ikut meyakinkan Jungkook.

"Tidak ada lagi Golden Maknae, kalau menggerakkan kaki saja aku tidak bisa PD-nim. Aku tidak bisa melakukan gerakan apapun."

"Jungkook."

"Aku tetap dengan keputusanku PD-nim. Aku akan keluar dari BTS dan Agensi. Tentang finalty kontrak, Ibu dan Ayahku yang akan mengurus semuanya."

"Jungkook! Tolong fikirkan kami juga!" Namjoon yang sejak tadi diam kini ikut gemas dengan Jungkook yang kekeuh dengan keputusannya.

"Memikirkan kalian? Apa selama ini kalian juga memikirkan aku?" Sarkas Jungkook dengan senyum miringnya.

"Kook-ah." Lirih jimin.

"Kalian fikir selama ini aku baik-baik saja?! Kalian fikir aku senang dengan kegiatan soloku? Tidak hyung!"

"Maafkan kami." Ujar Jimin lagi.

"Pergilah, mulai sekarang aku bukan bagian dari Bangtan lagi. Aku tidak ada urusan lagi dengan kalian."

"Jungkook, jaga bicaramu sayang." Sang Ibu masih terus menenangkan Jungkook.

"Jin hyung akan sedih Kook melihatmu seperti ini."

"Kalian saja masih sibuk dengan ego kalian masing-masing. Aku yakin Jin hyung justru kecewa pada kalian. Bukan padaku. Jadi jangan bawa-bawa nama Jin hyung di masalah ini!" Jungkook terkekeh.

"Tidak bisakah kita perbaiki lagi Kook? Kami janji, kami akan membantumu." Hoseok mencoba menghampiri Jungkook.

"Dulu mungkin masih bisa hyung, sekarang aku sudah cacat. Aku lumpuh! Aku bukan golden maknae lagi! Aku tidak bisa menari lagi! Apa yang harus aku lakukan dengan keadaanku yang sekarang?! Lagipula aku lelah dengan kalian. Aku lelah mempertahankan Bangtan kalau hanya aku yang bertahan sendiri. Kalian memaksaku untuk tetap bersama Bangtan? Lalu kalian? Kalian saja tidak pernah memikirkan aku. Memikirkan Bangtan! Jadi percuma, mau kalian membujukku sampai mulut kalian berbusa pun aku tetap akan mundur dari Bangtan!"

Sang Ibu hanya mampu mengelus pundak Jungkook untuk menahan amarahnya.

"Ibu, aku ingin istirahat. PD-nim, Sejin hyung maafkan aku. Tapi kepalaku pusing. Bisakah kita membicarakannya lagi nanti? Setelah keluar dari rumah sakit, aku akan datang ke Agensi untuk menyerahkan surat pengunduran diri."

Bang PD dan Manager Sejin hanya mampu menghela nafas. Jungkook itu memang dikenal dengan ke-konsistenannya. Jika ia sudah bertekad memilih A, dia akan tetap pada pendiriannya.

Akhirnya mereka mengalah, dan sang Ibu dengan berat hati mengikuti perintah sang anak.

"Maafkan Jungkook PD-nim." Ucap sang Ibu beliau mengantar keluar ruang rawat Jungkook.

"Tidak apa-apa. Kami menghargai keputusan Jungkook." Bang PD tersenyum kemudian berpamitan.
Sementara itu, member lain masih betah di depan ruangan Jungkook tanpa ada niat sedikitpun untuk beranjak dari rumah sakit.

"Eomonim, apa Jungkook benar-benar akan meninggalkan Bangtan?" Tanya Taehyung.

"Jungkook hanya perlu waktu Tae, Jungkook masih syok dengan keadaannya sekarang. Ibu rasa, Jungkook akan mengerti dengan seiring berjalannya waktu."

"Maafkan kami, karena kami tidak menjaga Jungkook dengan baik Eomonim." Sesal Yoongi membuat Ibu Jeon merangkul Yoongi.

"Kalian sudah menjaganya dengan baik. Jungkook sering bilang padaku, dia begitu menyayangi kalian lebih dari apapun. Hanya kalian yang bisa membuat Jungkook sepercaya diri sekarang."

"Tapi Jungkook sudah membenci kami sekarang."

"Seperti yang Ibu bilang, Jungkook perlu waktu Yoon. Ibu yakin, rasa sayang Jungkook lebih besar dari rasa bencinya. Kalian hanya perlu berusaha untuk memperbaiki semuanya. Dimulai dari hubungan kalian dulu, sementara itu biar Jungkook Ibu yang urus."

"Terima kasih Eomonim, tidak membenci kami." Ucap Namjoon.

"Tidak ada alasan untuk membenci kalian. Kalian kakak Jungkook, meskipun Jungkook bukan lagi bagian dari Bangtan."

Para member begitu lega mendengar pengertian dari Ibu Jungkook. Sebaik itu Ibu Jeon memberikan kesempatan untuk mereka. Memperbaiki semuanya, untuk kembali membawa adik bungsunya ke tengah-tengah mereka.
.
.
.
Jungkook bosan sendiri di kamar rawatnya, ruangan serba putih itu membuatnya muak. Sudah 3 hari ia di rawat namun sang dokter belum juga memberinya izin untuk pulang. Jungkook menghela nafas. Ia ingin sekali pergi keluar. Seandainya saja kakinya bisa berjalan normal, ia mungkin akan berada di agensi.

Menyiapkan album solonya. Namun kecelakaan itu telah merenggut mimpinya. Bulir air mata itu kembali menetes kala ia mengingat mimpinya.

Apa yang akan ia lakukan setelah ini? Apa ia akan menjadi Jungkook si cacat yang tidak bisa melakukan apapun?

"Jin hyung.. Hiks.. Maafkan aku.. Maafkan aku.. Aku benci mereka hyung.. Hiks.."

Lagi, bayangan Seokjin yang hadir dalam ingatannya. Entahlah Jungkook hanya memikirkan Seokjin saat ini. Bayangan wajah kecewa Seokjin sesaat ia menutup mata begitu melekat di otak Jungkook.

Ceklek!

Jungkook menoleh pada pintu ruangnya yang terbuka. Ia segera menghapus air matanya saat tahu siapa yang datang menemuinya.

"Dokter Ahn?"

"Jungkook, bagaimana kabarmu? Bagaimana kau bisa disini?"

"Kapan dokter kembali?"

"Baru 5 bulan ini Jung."

"Lalu tahu darimana aku ada disini?"

"Tadi pagi aku bertemu dengan Manager Sejin. Dan saat kutanya ternyata aku mendapat kabar kalau kau kecelakaan."

Jungkook mengangguk.

"Maafkan aku. Aku baru bisa menemuimu sekarang. Ada jadwal kunjungan beberapa pasien."

"Tidak apa-apa dokter, aku tahu kau sibuk."

"Lalu bagaimana sekarang? Apa kau baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja tapi kakiku tidak. Mereka lumpuh." Lirih Jungkook.

Dokter Ahn tercekat. Jungkook adalah orang yang ceria. Bahkan dia yang paling kuat menemani Seokjin kemoterapi dulu. Dan juga ia yang paling bersikeras untuk tidak melepas alat bantu pernafasan Seokjin maksimal sampai hari ulang tahun Seokjin, dan hanya Jungkook yang tahan tidak mengeluarkan air mata selama pemakaman Seokjin.

Iya, setegar itu Jungkook. Namun, Jungkook yang ia lihat sekarang berbeda dengan Jungkook yang dulu. Sorot matanya yang rapuh dengan jejak air mata. Ini bukan Jungkook sekali.

Dokter Ahn merangkul Jungkook. Ia sudah menganggap Seokjin seperti adiknya, dan itupun berlaku untuk member Bangtan lainnya. Termasuk Jungkook.

Tak ada lagi rasa canggung semenjak ia menjadi dokter pribadi Seokjin. Dan itu kenapa ia bisa memeluk Jungkook tanpa ragu.

"Banyak yang menyayangimu Jungkook. Hyung-hyungmu, orang tuamu, dan juga fansmu. Mereka pasti akan berada di belakangmu. Mendukungmu."

"Semua sudah banyak berubah dokter." Ucap Jungkook bergetar. Ia berusaha menahan tangis di hadapan sang dokter.

"Menangislah jika itu berat. Tapi setelah itu kau harus bangkit. Banyak fansmu yang menunggu."

"Aku bukan member BTS lagi."

"Kau bercanda?" Sang dokter melepaslan rengkuhannya karena saking terkejutnya.

"Jangan jadikan fansmu itu lelucon Jung."

"Tidak Dokter, aku benar-benar mundur dari BTS. Tidak ada yang bisa di harapkan dari orang cacat sepertiku. Untuk apa aku bertahan? Pasti akan banyak orang yang membenciku."

"Kau gila Jungkook. Kau bahkan tidak tahu bagaimana reaksi mereka? Kau sudah berfikir seperti itu? Mana Jungkook yang dulu paling keras kepala untuk tidak mencabut semua penopang hidup Seokjin? Mana Jungkook yang kuat saat Seokjin pergi? Dan sekarang? Kau tidak memikirkan bagaimana kecewanya Seokjin? Kalau dia masih hidup, aku yakin dia yang pertama akan kecewa padamu Jung."

"Lalu aku harus apa??! Kenapa semua selalu di hubung-hubungkan dengan Jin hyung?! Kenapaaa?!" Teriak Jungkook frustasi.

"Tenang Jung! Aku hanya ingin kau bisa memikirkan lagi keputusanmu. Aku tahu tidak semudah itu dan perlu waktu. Tapi aku tidak ingin kau akan menyesal nantinya."

Jungkook terisak. Sungguh ia tidak ingin di hadapkan dengan keadaan seperti ini. Tujuan awalnya ialah ingin kembali menyatukan hyung-hyungnya.

Tapi kenapa harus dengan cara seperti ini?

Apakah Tuhan sedang mempermainkan takdirnya?

"Aku akan mengenalkan dokter spesialis kenalanku jika kau mau."
.
.
.
Berkat bantuan dokter Ahn, Jungkook akhirnya bisa menikmati udara segar di luar kamar rawatnya. Jungkook dengan sengaja mengusir sang dokter dengan alasan hanya ingin sendiri.

"Hyung pergi saja. Aku janji tidak akan bunuh diri. Jadi hyung tidak usah khawatirkan aku ya?"

Setelah kejadian saling berpelukan tadi, Jungkook merubah panggilannya pada sang dokter menjadi Hyung. Biar lebih akrab katanya. Dokter Ahn tadinya ingin menemani Jungkook karena ia rasa Jungkook perlu teman bercerita. Atau mungkin ia takut Jungkook akan melakukan hal yang macam-macam.

Tapi, setelah mendengar celotehannya, sang dokter sedikit percaya jika Jungkook tidak berfikiran pendek seperti itu. Jadilah ia membiarkan Jungkook sendiri di taman rumah sakit, dan menyuruh Jungkook untuk menghubunginya jika sudah selesai bermain di taman.

Jungkook menatap sekitarnya.

Banyak pasien yang berlalu lalang dengan berjalan kaki. Melihat mereka, Jungkook sedikit menyesal karena memaksa sang dokter untuk mengantarkannya ke taman. Jungkook beralih menatap kakinya yang tertutup selimut. Meratapi nasibnya untuk kedepannya.

"Apa aku benar-benar sudah berakhir?"

"Apa mimpiku hanya sampai disini?"

Gumam Jungkook. Ia mencoba untuk berdiri, namun hanya sekedar menggerakan jari kakinya saja ia tidak bisa.

Jungkook kesal dan sedikit memukul kakinya sampa selimut yang menutupinya jatuh begitu saja. Jungkook semakin kesal karena sulit untuk menggapai selimut tersebut sampai akhirnya ada tangan yang terulur membawakan selimutnya pada Jungkook.

"Lain kali hati-hati."

"Terima kasih." Jungkook mengambil selimut tersebut tanpa menoleh sedikitpun pada si pemberi.

"Sepertinya kau sedang kesal?"

Jungkook menggeleng dengan masih menundukkan kepalanya.

"Kau bisa cerita jika kau butuh teman bercerita. Tenang saja, aku ini pandai menjaga rahasia."

"Tidak, aku ingin ke kamar saja."
Jawab Jungkook yang masih asik menatap rumput di bawahnya.

"Hei! Lihatlah lawan bicarmu kalau sedang berbicara."

Perlahan namun pasti, Jungkook sedikit mengadahakan kepalanya. Dan seketika matanya membulat sempurna dengan apa yang ada di hadapannya.

"Jin hyung..?"



To Be Continued

Hallo!!
Ketemu lagi kitaaa..
Kalian kangen ga sih sama Home?
Masih pada nungguin?
Maafkan yaa kalo aku gak tentu up ceritanya.. 😢
Makasih buat kalian yang masih baca sampai chapter ini.

Maafkan up malem malem ya 😆

Happy reading semua..
Semoga kalian suka dengan chapter ini..

Sampai ketemu di chapter selanjutnya!

Annyeong!

-Rjin-

Continue Reading

You'll Also Like

2.7K 313 5
Cerita tentang realita kehidupan yang pastinya sering kita alami. Dengan member BTS sebagai para wayangnya 😁 Yang bikin bahagia? Ada. Yang konyol? A...
182K 13.2K 37
Buku beyond the Scariest pertama ini berjudul 💀Don't come here💀 Tentang tujuh pemuda yang telah membuka kisah kelam di masa lalu. Hany...
285K 15.7K 16
"Apa salahku tuhan, hingga kau berikan aku hukuman seperti ini???jebal aku lelah"-kim taehyung Note:aku baru nyoba nulis jadi maaf kalau banyak kesal...
323K 35.1K 71
⚠️BXB, MISGENDERING, MPREG⚠️ Kisah tentang Jungkook yang berteleportasi ke zaman Dinasti Versailles. Bagaimana kisahnya? Baca saja. Taekook : Top Tae...