INEFFABLE: MaxLaurel

Von LimpyBaboon

4.1M 330K 25K

[ COMPLETED ] Laurelia Vernande Gomez, Tipe siswa dengan kemampuan rata-rata membuatnya tidak begitu dikenal... Mehr

โš ๏ธA T T E N T I O Nโš ๏ธ
๐Ÿฆ‹| CHARACTER INTRODUCTION |๐Ÿฆ‹
๐Ÿฆ‹| CHARACTER INTRODUCTION | ๐Ÿฆ‹
INEFFABLE | 1 | HARI TERSIAL
INEFFABLE | 2 | PEKIKAN SEPANJANG KORIDOR
INEFFABLE | 3 | FOLLOW REQUEST BY @MAX.ALVAREZ
INEFFABLE | 4 | DEMI TIKET KONSER
INEFFABLE | 5 | DIA SIAPA SIH?!
INEFFABLE | 6 | BADMOOD
INEFFABLE | 7 | KARENA LO ITU PALSU
INEFFABLE | 8 | GET DRUNK
INEFFABLE | 9 | PERASAAN ANEH
INEFFABLE | 10 | TIDAK MAU TERLIBAT
INEFFABLE | 11 | AKSI MAX
INEFFABLE | 12 | NASI BUNGKUS
INEFFABLE | 13 | SWEATER PINK
INEFFABLE | 14 | SELAMAT BERISTIRAHAT, PACAR
INEFFABLE | 15 | BITCHES BROKEN HEARTS
INEFFABLE | 17 | LUCAS DAN SALAH PAHAM (1)
INEFFABLE | 18 | DINGIN
INEFFABLE | 19 | BAD GUY
INEFFABLE | 20 | AKU SAYANG KAMU
INEFFABLE | 21 | KESEMPATAN DALAM KESEMPITAN
INEFFABLE | 22 | RUMAH PACAR
INEFFABLE | 23 | CALISTA, LAUREL, BELINDA
INEFFABLE | 24 | LELAH
INEFFABLE | 25 | BOYS WILL BE BUGS
INEFFABLE | 26 | RETAK
INEFFABLE | 27 | JANGAN TANGISI DIA
INEFFABLE | 28 | RASA BERSALAH
INEFFABLE | 29 | ALASAN BAHAGIA
INEFFABLE | 30 | KELUARGA MAX
INEFFABLE | 31 | PENGAKUAN RAY
INEFFABLE | 32 | SELFISH
INEFFABLE | 33 | BERKUMPUL BERSAMA
INEFFABLE | 34.1 | BBQ PARTY: Truth Or Dare
INEFFABLE | 34.2 | BBQ PARTY: Perempuan Harus Berani
INEFFABLE | 34.3 | BBQ PARTY: Flashback
INEFFABLE | 34.4 | BBQ PARTY: Alex dan Eca
INEFFABLE | 35 | TRUST ME
INEFFABLE | 36 | SHE'S NOT OKAY
INEFFABLE | 37 | PACAR ATAU SAHABAT?
INEFFABLE | 38 | SELALU ADA JALAN KELUAR
INEFFABLE | 39 | PERSIAPKAN DIRI DULU
INEFFABLE | 40 | MUAK
INEFFABLE | 41 | MANTAN
INEFFABLE | 42 | HARI BAHAGIA
INEFFABLE | 43 | KANTIN, ROOFTOP, UKS
INEFFABLE | 44 | MIMPI PALING INDAH
INEFFABLE | 45 | THE ART OF LOVE
INEFFABLE | 46 | MALAM INI KITA BAHAGIA
INEFFABLE | 47 | INI TIDAK MUNGKIN KAN?!
INEFFABLE | 48 | RUMAH SAKIT
INEFFABLE | 49 | KARMA IS A BITCH
INEFFABLE | 50 | RAHASIA TERUNGKAP
INEFFABLE | 51 | INEFFABLE
๐Ÿ”ด EXTRA CHAPTER #1 ๐Ÿ”ด
๐Ÿ”ต EXTRA CHAPTER #2 ๐Ÿ”ต
๐Ÿ”ด EXTRA CHAPTER #3 ๐Ÿ”ด
๐Ÿ”ต EXTRA CHAPTER #4 ๐Ÿ”ต
SEQUEL INEFFABLE

INEFFABLE | 16 | SISI LAIN MAX

77.4K 5.9K 762
Von LimpyBaboon

Maximut : Udh sampe cptn turun.

Pesan itu membuat Laurel yang sedang menyiapkan makanan untuk ibunya tertawa geli.

Semenjak pernyataan laki-laki itu, Max mulai menunjukkan sifat lain yang selama ini Laurel tidak percaya kalau laki-laki ketus itu memiliki sifat alay. Yaps, benar sekali! Max lah yang mengganti namanya sendiri menjadi Maximut di ponsel Laurel.

Setelah meletakkan roti selai dan susu di meja rias ibunya. Laurel pun mencium kening perempuan paruh baya itu sebelum pergi berlalu.

Walaupun sudah ada Bi Encum yang menyiapi makanan di meja makan. Tapi ibunya sering kali langsung pergi berangkat kerja. Jadilah Laurel selalu bangun lebih pagi dari biasanya dan menyiapkan makanan untuk ibunya.

"Lama."

Itulah kata pertama yang diucapkan Max saat melihat Laurel yang berjalan mendekatinya.

Setelah itu, Max langsung masuk ke dalam mobilnya membuat Laurel pun ikut masuk ke dalam.

"Pasangin," suruh Max sesaat setelah Laurel menempatkan dirinya di sebelah jok laki-laki itu.

Laki-laki itu mengulurkan dasi abu-abu ciri khas anak SMA kepada Laurel.

Lantas Laurel mengernyit bingung. "Pake aja sendiri!" suruh Laurel sambil mendorong uluran tangan Max.

"Gak bisa," ujar Max pelan.

Laurel lantas melongo tidak percaya. "Gak bisa bikin dasi?"

Max tidak menjawab, namun dari lagak laki-laki itu, Laurel yakin seratus persen laki-laki itu tidak bisa membuat dasi. Astaga..

Laurel mengulum senyumnya, mencoba untuk menahan tawanya.

Alis tebal laki-laki itu langsung menukik tidak suka dicemooh seperti itu. "Diem."

"Siapa juga yang ngomong?"

Max tampak membuka mulutnya sebelum menutupnya dan membuang mukanya kesal.

Ketawa Laurel seketika pecah melihat tingkah laki-laki itu.

"Terus siapa yang biasanya ikatin?" tanya Laurel ketika tawanya mereda.

Max menatap Laurel kesal. Demi neptunus, Max terlihat sangat menggemaskan sekarang!

"Biasa gak pernah dilepas iketannya. Terus tadi pagi waktu mau pake lepas iketannya," jelas Max dengan nada ketus.

"Mau bantuin gak sekarang?" tanya laki-laki itu sambil mengulurkan dasinya.

Jadi ini siswa yang diagung-agungkan di sekolahnya? Laurel menggeleng pelan kemudian mengambil dasi abu-abu itu dari tangan Max. "Sinian."

Max mencondongkan tubuhnya ke arah perempuan yang sedari tadi menahan tawanya.

"Siapa suruh ketawa?" tanya Max. Dari jarak sedekat ini Max bisa menghirup wangi vanilla dari rambut gadisnya itu.

"Lagian aneh-aneh aja, udah SMA masih belum bisa pake dasi!" jawab Laurel sambil melipat kain panjang yang mengelilingi kerah cowok yang di hadapannya.

"Nih, perhatiin biar bisa bikin dasi sendiri," lanjutnya.

"Gue ada lu sekarang. Lo aja yang buatin gue dasi," balas Max terang-terangan.

"Enak aja! Gak mau," tolak Laurel cepat.

Max tidak tahu apa dampak dari ucapannya bagi jantung Laurel. Mengapa ucapan laki-laki itu selalu membuatnya berdebar?! Laurel bisa serangan jantung kalo begini terus!!

Max menaikkan satu alisnya saat melihat pipi gadis itu merona. "Itu kenapa?"

"Apanya?"

"Merah-merah di pipi."

Mata Laurel langsung membola, tak lama kepala gadis itu bergerak ke kiri dan kanan. "Gak apa-apa," jawab Laurel cepat.

Max menarik sudut bibirnya sambil mengangkat dagu perempuan itu.

"Apalagi?" tanya Laurel. Gadis itu berusaha untuk tenang. Ditatap intens dengan jarak kurang lebih sejengkal membuat Laurel langsung senam jantung.

"Kenapa bisa gue suka sama lo?" gumam Max tiba-tiba membuat Laurel mengalihkan pandangannya.

Pipinya memanas dan ini tidak baik. Debaran jantungnya menggila. Laurel tidak pernah diperlakukan seperti itu oleh laki-laki. Perlu diingatkan bahwa Max adalah pacar pertamanya?

"Ini dasinya gak dilanjutin?"

"Lanjutin aja sendiri!" suruh Laurel.

"Gak ngerti," balas laki-laki itu. "Rel?"

Laurel memejamkan matanya sebentar sebelum menoleh. Laki-laki itu ternyata sedang menatapinya sambil tersenyum jahil. Kurang ajar!

"Kalo gini, tiap hari gue lepas aja ikatan dasinya," ujar Max santai. Laki-laki itu memang sengaja menggoda pacarnya itu.

"Gitu?" balas Laurel jengkel. "Nih, liat!" seru Laurel kemudian menarik dasi laki-laki itu kencang
sampai Max tercekik.

"Rel!" seru Max sambil melonggarkan dasinya. Laurel sendiri sudah tertawa terbahak.

"Kalo gini dasi lo gak akan bisa lepas," ujar Laurel masih dengan tawanya.

___________________________

Sesampainya di parkiran sekolah, Laurel langsung berjalan cepat meninggalkan laki-laki itu.

Ia hanya tidak mau menjadi bahan bualan sekolah. Lihat! Ia yang hanya turun dari mobil Max saja sudah banyak yang membicarakannya apalagi kalo-

Seseorang dari belakang baru saja merangkul pundaknya. Laurel tahu siapa orang itu! Siapa lagi yang bisa membuat semua siswi di lorong memekik karena merangkul seorang perempuan?

Yup! Tak lain dan tak bukan, Maximus Alvarez Putra.


"Kenapa gak tungguin?" tanya Max tidak suka.

Laurel meneguk ludahnya, tidak menjawab. "Max, lepas," bisik Laurel.

Max menaikkan satu alisnya. Ia tahu gadisnya itu risih karena omongan panas siswi di sekitar mereka.

Dengan sengaja Max mempererat rangkulannya. Membuat tubuh gadis itu semakin dekat dengannya.
Ya, Max sengaja. Ia ingin menunjukkan kepada semua orang siapa itu Laurelia Vernande Gomez dan status hubungan keduanya.

"Woi! Gak bisa dibiarin! Gak rela gue sumpah! Demi apapun mata gue perih!"

"Fuck man! Mereka pacaran?!"

"Gantian dong!"

"Anjir! Laurel pengen gua sekep!"

"Gak usah takut," ujar Max.

"Gak bisa." Laurel membalas dengan wajah tertekan. Ia paling tidak bisa menjadi pusat perhatian seperti ini.

Seharusnya ia berpikir dua kali saat menerima laki-laki itu sebagai pacarnya.

"Muka lo bahagia dikit gak bisa?" tanya Max.

"Lo pikir sekarang gue bahagia?" balas Laurel garang. "Ada yang pengen sekep gue Max!"

Max menahan tawanya. Dengan gemas laki-laki itu memiting leher Laurel dari belakang sambil terus berjalan.

"Ih, Max!" seru Laurel sambil menutupi wajahnya malu.

Max sendiri dari belakang hanya terkekeh sambil meniupi rambut panjang Laurel yang menghalangi wajah gadisnya itu.

Huft...untung saja keduanya sudah melewati neraka alias lorong terkutuk itu. Terlalu banyak bisikan setan alay di tempat itu.

"Cailah! Dunia rasa milik berdua aja lo!" Alex tiba-tiba datang dari arah depan mereka.

"Apa nih?!" seru Ray dari dalem kelas dan langsung terjengkang kaget melihat temannya merangkul seorang gadis.

"Widih mantep udah ada gandengan lo sekarang!" seru Ray sambil bertepuk tangan.

"Gua kira selama ini lo demennya sama gue," lanjutnya lagi sontak membuat Max mendelik jijik.

Rey menggeleng. "Belinda datang, abis udah rambut lo, Rel. Hilang, hempas, gundul!"

"Lo–" seru Max tertahan. Rey sialan!

Rey menyengir merasa bersalah. "Canda Rel, kidding around doang gue barusan."

Laurel hanya tertawa kaku. Ujaran Rey barusan berhasil membuat gadis itu kepikiran sekarang. "Gue duluan ya, mau masuk kelas."

"Ayo," ujar Max cepat sambil menyeret Laurel yang masih berada di rangkulannya.

"Ih, lepas, mau masuk ini!" suruh Laurel sambil melepaskan rangkulan laki-laki itu.

"Jangan didengerin yang tadi Rey ngomong," ucap Max serius.

Laurel hanya menjawab dengan gumaman. Saat gadis itu ingin masuk tangan Max kembali menahannya.

Wajah Max tampak serius sekarang. "Jangan pernah minta putus karena ini. Gue janji gak bakal biarin lo kenapa-napa."

Laurel mengerjapkan matanya. Ucapan Max membuat gadis itu merasa tegang sekaligus senang. Tapi apakah Max akan menepati janjinya?

"Ngerti gak?" tanya Max sambil memegang kedua bahu Laurel dan mensejajarkan wajahnya.

Laurel mengangguk sambil mengulum senyumnya.

Senyum gadis itu menular kepada Max. Tangan laki-laki itu bergerak menyelipkan anak rambut Laurel ke belakang telinga. "Sana masuk."

Laurel menahan kedua ujung bibirnya yang berkedut. Ia membiarkan laki-laki itu mendorongnya masuk ke dalam kelas.

Namun ternyata hampir semua anak kelasnya sedang berdiri di depan pintu kelas mereka.

"Kalian ngapain?" tanya Laurel terkejut.

"Engga kok, engga. Mau liat cuaca doang," kilah Tobi, salah satu anak kelasnya.

"Mendung ternyata kayak hati gue," lanjutnya membuat teman-temannya tergelak.

Mereka semua tampak langsung  berhamburan kembali ke tempat duduk masing-masing.

"Lo liat gak sih tadi?! Max mana pernah kayak gitu."

Seruan itu terdengar dari kumpulan cewek-cewek penggosip di belakang kelasnya.

"Salut sih gua sama Laurel!"

"Belinda lewat anjing sama dia!"

Laurel rasanya ingin menulikan pendengarannya sekarang. Ia meringis tidak nyaman, ia tidak tahu apakah dirinya kuat diomongi seperti ini terus.

"Tumben gak ikutan ghibah lo di belakang," seru Valerie sambil menyikut lengan Eca.

"Gak deh, sekip gua hari ini," balas Eca lemas.

"Lo sakit, Ca?" tanya Laurel khawatir dengan temannya yang terlihat pucat.

Valerie mengernyit bingung. "Bisa sakit lo, Ca?"

"Ya bisalah!" sewot Eca membuat Laurel tertawa.

"Makanya jangan galau-galau terus," ujar Laurel.

"Iyain!" balas Eca jutek kemudian memalingkan wajahnya dari Valerie dan Laurel.

"Woi! Mereka pacaran anjing!" seru Jessica dari belakang.

"Hah?! Udah resmi?!"

"Benar anjir! Cek ig Max deh mending lo pada!"

Suara heboh mereka yang terdengar sampai ke depan membuat Laurel lantas buru-buru dengan panik membuka ponselnya.

max.alvarez tagged you in a post

Mata Laurel membulat melihat notifikasi yang pop-up pada layar ponselnya.

max.alvarez

♥️💬
liked by alex_tanwijaya, raynard.tan, and 27,388 others

Mulut Laurel terbuka kaget melihat postingan laki-laki itu. Demi Tuhan, Laurel ingin terbang ke pluto sekarang juga.

Untung saja laki-laki itu mematikan komentarnya, entah hujatan apa yang bisa Laurel terima dari para fans pacarnya itu.

"Rell!!! Ini beneran?!!!"

Laurel memejamkan matanya mendengar teman-teman sekelasnya langsung menyerbunya dengan berbagai pertanyaan.

***

Ada yang diam tapi bukan Payung Teduh melainkan Eca.

Perempuan itu sedari tadi hanya tiduran sambil mendengarkan lagu. Sangat berbeda dari biasanya. Apakah ini efek patah hati?

Jangan bilang Laurel akan merasakan apa yang dialami Eca sekarang? Oh, semoga tidak. Membayangkan Max akan menyakitinya saja mampu membuat Laurel merasa nyeri di dada.

"Mau kemana?" tanya Laurel saat melihat temannya beranjak dari duduknya.

"Toilet, mau cuci muka," jawab Eca dengan nada lemas.

Laurel hanya mengangguk sembari membiarkan Eca berlalu.

"Gak suka ngeliat Eca galau begini!" keluh Laurel.

Valerie mengangguk singkat tanda setuju.

"Lo mau ke kantin?" ajak Valerie sambil mengeluarkan dompetnya dari tas.

"Gak deh, mager."

"Ya udah gua beli makan dulu, sekalian buat si Eca," jelas Valerie. "Lo laper gak?"

"Boleh nitip pilus pedes?" tanya Laurel sambil menyengir.

"Gak! Kemarin lo habis lebih dari 5 bungkus kan?!" tolak Valerie.

"Ish! Gak usah nawarin kalo gitu."

Valerie mengacuhkannya dan memilih segera pergi dari kelas.

"Boleh gua ngomong sebentar?"

Suara itu membuat Laurel memicingkan matanya kearah luar pintu kelasnya dan ia dapat melihat 2 siluet, laki-laki dan perempuan. Namun tak lama kemudian siluet perempuan itu hilang menandakan perempuan itu pergi dari tempatnya.

Tak lama kemudian Laurel melihat Alex masuk ke kelasnya.

"Rel."

Laurel menaikkan alisnya saat Alex duduk di sebelahnya.

"Lo tau Eca kenapa?" tanya Alex.

Laurel menautkan alisnya. "Kok lo tanya gue?"

"Gue gak tau harus nanya siapa lagi."

Dari nada yang ditangkap oleh telinga Laurel. Alex terdengar frustasi?

"Emangnya Eca kenapa?" tanya Laurel balik.

"Gak tau, dia tiba-tiba gak bales chat gua, gua telfon gak diangkat. Gua bingung, Rel."

"Dia ada masalah?" tanya Alex.

Laurel menatap Alex tidak percaya. Jelas-jelas laki-laki di depannya ini telah menyakiti temannya.

"Ya coba lo mikir lo udah apain dia sampai dia gituin lo!" suruh Laurel.

Alex mengernyit tidak paham. "Gimana? Gimana?"

Laurel mendengus kesal. "Intropeksi diri!"

Alex mengangguk, kemudian berpikir. Namun tidak ada satupun hal yang terlintas dalam otaknya. Sampai akhirnya,

"Dia marah sama gue?"

"Menurut lo?!" sentak Laurel.

Kok jadi cowok bego banget sih?! batin Laurel.

"Jangan ngatain gua bego juga dong, Rel."

Ucapan Alex lantas membuat Laurel menutup mulutnya terkejut.

"Eh, maaf hati gua teriak-teriak lagi," Ternyata benar kata Max, ia harus mulai mengontrol batinnya ini.

Ngomong-ngomong soal Max. Di mana laki-laki itu? Laurel pikir cowok itu akan menghampirinya.

"Tapi," Alex tampak berpikir sebentar. "Gua kira dia gak apa-apa waktu gua ngomong itu. Gue kan cuman bercanda."

Laurel mengernyit menatap Alex aneh. Bagaimana Eca tidak sakit hati saat laki-laki yang disukainya bilang kalo dia bukan tipenya?!

"Lo pikir lah! Gimana dia gak sakit hati sih. Otak kok gak dipake!"

"Iya, nanti gue minta maaf sama dia," putus Alex. Kemudian laki-laki itu menyandarkan tubuhnya sambil menghela napas berat.

"Kok makin kesini lo makin mirip sama Max ya?"

Laurel menoleh tajam. "Gak usah ikut campur."

"Iya, nyonya. Saya diam."

Laurel tertawa kecil karenanya.

"Max mana?"

Pandangan Alex dan Laurel langsung tertuju pada gadis dengan seragam ketat dan rok span bak anak hits SMA.

"Max mana?!" Ulang perempuan itu sekali lagi.

"Bulu mata palsu lo kepanjangan? Gak liat di sini gak ada Max?" balas Alex sinis.

Belinda menatap Alex tidak suka. "Ya udah sih! Gak usah ngegas." Kemudian tatapannya beralih pada gadis di sebelah Alex.

"Keganjenan banget lo ya! Max lu embat, sekarang sohibnya juga."

Laurel memicingkan matanya tidak suka. Ia memilih untuk bersikap acuh. Semakin diladeni maka akan semakin senang Belinda.

"Ngomong apa sih lo Bel?" tanya Alex kesal.

Belinda mengedikkan bahunya santai. "Ya dari pengamatan gue sih Laurel keganjenan banget."

"Pasti lo kan yang paksa Max buat jadi pacar lo? Pake segala post di Instagram juga lagi. Gue aja gak pernah!"

"Ya lo siapanya Max sih Bel?" balas Alex sengit.

Belinda menatap Alex tidak percaya. "Kepelet juga lo Lex sama nih cewek?"

"Melayang aja bisa gak sih lo? Terbang noh sama burung-burung," balas Alex melantur.

"Apa sih, Lex? Jayus lo." Mata Belinda menyipit tidak suka. Pandangannya kembali mengarah ke Laurel.

Kalo saja tidak ada Alex, gadis itu pasti sudah habis di tangannya.

"Max gak cukup buat lo, Rel? Alex sampe kepelet sama lo juga. Kenapa gak sekalian lo embat bokapnya Max, Rel?"

Laurel menaikkan satu alisnya. "Belom, tungguin aja," jawab Laurel santai. "Nanti gue juga bakal deket sendiri sama bokapnya."

Belinda tertawa sinis. "Lo berharap deket sama bokapnya Max? Lo pikir lo siapa?"

"Gue? Pacarnya Max. Lo siapa?" balas Laurel.

Jawaban itu lantas membuat Alex tersenyum puas. Apalagi melihat wajah Belinda yang seperti cacing kenapasan. Ia rasa bentar lagi gadis dempul itu akan meledak.

***

"Itu si bekantan napa senyum mulu sih?" tanya Ray penasaran sambil
menunjuk Max.

"Terus yang diujung kenapa tuh?" tanyanya lagi kali ini menunjuk Alex.

Keduanya sama-sama sedang menatap layar ponselnya. Bedanya yang satu senyam-senyum gajelas, sedangkan yang satunya lagi terlihat murung tidak jelas.

"Masa gak tau sih lo?" tanya Rey balik. "Kekuatan cinta itu!" jawabnya yakin.

Ray mengernyit bingung. "Segitunya?"

"Ya lo liat aja sendiri," suruh Rey pada kembarannya sambil menunjuk Max dengan dagunya.

Max yang jarang tersenyum tiba-tiba menjadi sering mengulum senyumnya sambil menatap layar ponselnya. Laki-laki itu bahkan sudah terlihat asik sendiri.

"Hape lo cantik ya, Max? Sampe disenyumin terus."

Max lantas menoleh sambil menatap Rey malas. "Mau apa lo?"

"Selow dong, bro," ujar Rey kaget. "Udah senyumin aja hape lo lagi. Gak bakal ganggu gue."

"Dasar jomblo!" ejek Max.

"Lagak lo! Hubungan belom seminggu aja, gua doain cepet putus lo!" seru Rey tidak terima.

Lantas Max langsung melotot. "Ngomong apa lo?!"

Rey kalo sudah begini hanya bisa menyengir. "Tadi gue bilang semoga kepala Ray cepet putus hehe.."

"Anjing lo!" umpat Ray tidak terima. "Gigi lo gue rontokin mau?!"

"Pengen merundung orang nih gue." Bibir Rey sudah gatal. Hari ini ia belum mencapai target kepuasannya dalam mengejek orang.

"Coba lo gangguin yang itu noh!" suruh Ray pada kembarannya sambil menunjuk Alex.

"Gila aja lo! Bisa pulang tinggal nama gua," ujar Rey ngeri melihat wajah Alex yang sangat murung.

"Tuh anak kenapa ya?" tanya Ray

Rey menoleh serius kemudian menepuk bahu kembarannya itu. "Cinta."

Ray mendelik jijik. "Idih, semuanya aja lu sangkut pautin sama cinta!"

"Dih! Emang betul."

"Tau apa lo soal cinta? Cewek aja kabur liat lu."

"Lu kalo ngomong suka bener ye," balas Rey sambil menepuk punggung kembarannya kencang.

Ray yang awalnya terbahak langsung mengaduh kesakitan. "Gak usah kenceng-kenceng juga!" serunya sambil membalas kembarannya itu.

___________________________

Bel tanda istirahat akhirnya berbunyi, namun hal itu tidak berpengaruh pada Laurel yang masih fokus dengan kertas dan pensilnya.

"Sampai di sini dulu menggambarnya, kita lanjut di pertemuan berikutnya."

Ucapan penutup dari guru itu membuat Laurel akhirnya meletakkan pensilnya dan menatap gambarnya yang setengah jadi.

Laurel pun menutup buku gambarnya. Ia melirik kertas gambar hasil colongan milik Valerie sambil menggeleng kepalanya.

"Apa?" tanya Valerie menyadari Laurel yang sedang menatapi arsiran sawah, 2 gunung, jalanan, dan matahari itu.

Gambar yang selalu Valerie buat saat ada ambil nilai seni lukis. Namun kali ini dengan niat gadis itu menambahkan stickman di jalanan itu.

"Singkirin mata lu dari karya gua," ujar Valerie sambil melipat kertasnya dan memasukkannya ke kolong meja.

"Kantin?" ajak Valerie yang dibalas anggukan oleh Laurel.

Suara notifikasi dari ponselnya membuat Laurel menyalakan ponselnya.

Mba Nur: Besok kamu bisa kesini.
Mba Nur: Nyonya lagi keluar kota kan?

Pesan itu lantas membuat Laurel memekik girang dan berhenti sebentar di lorong sekolah untuk membalas pesan itu.

Laurel: Oke mba!

Laurel: Besok aku dateng yaa

"Kenapa?" tanya Valerie.

Laurel pun menunjukkan layar ponselnya pada temannya itu.

Valerie memincingkan matanya sebelum sebuah senyuman lebar tercetak di wajahnya.

"Besok?" tanya Valerie memastikan.

Laurel mengangguk mantap. "Gua ada ide!"

"Rencananya gua mau bawa dia keluar," lanjut Laurel.

Valerie melotot. "Lo gila? Terlalu beresiko, Rel."

"Bisa, Val," ujar Laurel, yakin.

"Jangan aneh-aneh deh. Ketauan nyokap lo, nanti dia yang kena."

"Gak bakal!" kekeuh Laurel. "Nanti gua bawa dia ke cafe lu aja."

"Rel," ujar Valerie mencoba memeringati gadis di depannya.

"Bisa, Val. Gua tinggal izin sama Mba Nur!"

Valerie menghela napasnya dan memilih kembali berjalan.

Itu artinya iya, batin Laurel dalam hati.

Ketika Laurel ingin mengejar Valerie tiba-tiba seseorang dari belakang menepuk pundaknya. Gadis itu lantas memutar tubuhnya ke belakang.

"Kenapa, Lex?" tanya Laurel.

"Lo liat Eca?" Alex bertanya.

"Dia izin pulang tadi, kayaknya sakit soalnya mukanya pucat."

Laurel memperhatikan Alex yang menghela napas berat dan menundukkan kepalanya. Ia jadi prihatin dengan teman lamanya ini.

"Ya udah, gua duluan ya. Thanks, Rel," balas Alex sambil memaksakan senyumnya.

Laurel memandang Alex yang berjalan menjauh. Mungkin jika Laurel saat SMP melihat hal ini akan merasa iri dengan Eca.

Tiba-tiba dari belakang sebuah tangan merangkul dan menyeretnya. Laurel lantas tersentak kaget.

"Kenapa kaget?"

"Orang gila!" seru Laurel sambil menjambak pelan rambut laki-laki itu.

Max meringis kemudian menyentil kening gadisnya itu. "Ngapain?"

"Maksudnya?" tanya Laurel tidak paham.

"Ngapain berdiri di sini?"

"Nunggu uang jatoh buat jajan," jawab Laurel asal.

"Kalo mau jajan ngomong," tutur Max sambil menarik tangan gadis itu bersamanya.

Belinda yang melihat interaksi itu memandang keduanya dengan tatapan tidak terbaca. Kesedihan terpancar jelas dari matanya.

"Udah, Bel, jangan gini terus."

Belinda menoleh kemudian mendecih. "Lo seneng kan gua kayak gini? Lo mau ketawain gua sekarang?"

"Anjir baru ngomong dikit langsung main gas aja lo," ujar Rey sambil mengelus dadanya.

"Udah daripada liatin mereka mending kita ngantin. Gua traktir dah," tawar Rey lagi.

Belinda menatap Rey malas. "Kalo gua mau, nih kantin juga bisa gua beli."

Rey menghela napas. "Iya, siap. Jadi mau gak?"

"Kenapa jadi baik lo?" tanya Belinda dengan tatapan menilai.

"Lu mau gua traktir gak dugong? Banyak cingcong ya," seru Rey tidak sabaran.

Belinda mendengus kesal. "Ayolah, tenaga gua udah terkuras ngeliat Max sama tuh cewek."

"Maksud lo Laurelia Vernande Gomez? Pacarnya Max itu?" pancing Rey.

Belinda lantas menabok lengan laki-laki itu. "Berisik! Max cuman boleh sama gua."

Rey memutar bola matanya malas. "Udah sama gua aja. Gak liat apa temen gua udah cinta mati sama si Laurel." Jari telunjuk Rey mengarah pada Max yang sedang merangkul sambil tertawa bersama Laurel.

"Lu tau sendiri kan Max gak pernah senyum terus gara-gara cewek. Relain mereka aja ya?"

Belinda mencebikkan bibirnya kesal. "Gak bisa gitu dong! Terus perasaan gua gimana?"

"Udah uapin aja, gampang. Mau makan gratis gak nih sekarang?" tanya Rey lagi yang dibalas anggukan malas oleh Belinda.

__________________________
TO BE CONTINUE

♥️ belindaa ♥️

💙 maxx 💙

💜 laurelll 💜

jgn lupa vote+komen nyaw 👀

xoxo,
limpybaboon

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

GavinZel [END] Von E

Jugendliteratur

8.7M 739K 56
Dikhianati oleh dua orang yang selama ini begitu ia percaya membuat sosok Grizelle yang dulu dikenal bergaya kuno dan cupu dalam sekejap berubah menj...
320K 35.4K 112
(DILARANG MELAKUKAN COPY DALAM BENTUK APAPUN TANPA IZIN) SELESAI-104 CHAPTER+EXTRA PART Season 2 Available (Sudah tersedia) Ada dua pandangan tenta...
VELLA Von vxzscaa

Jugendliteratur

7.9M 416K 55
"Dasar cowo gila!seenak jidat ngeklaim gua!" -Vella Rachellia Smith. "lo gak akan pernah bisa lepas dari gue setelah apa yang lo lakuin pertama kali...
2.8M 236K 68
"Kopi sama susu aja bersatu, masa kita enggak?" *** Dewa, mendengar namanya saja mungkin sudah tidak asing la...