"You can do this, Kwon Yuri!", aku menyemangati diriku. Pasalnya tersisa beberapa soal yang masih harus dikerjakan, tapi sisi burukku rasanya ingin meninggalkan meja belajar. Aku tak tahu sudah berapa lama mengerjakan soal-soal ini. Baru saja tanganku memegang bolpoin, ponselku berdering.
"Oh Sehun? Kenapa tiba-tiba?", gumamku heran. Aku pun langsung menjawab panggilan Sehun.
"Yuri-ya, maafkan aku mengganggumu. Apa kau bisa membantuku?"
"Waeyo?"
"Apa kau bisa memastikan bahwa YoonA baik-baik saja? Tadi tiba-tiba dia memintaku menurunkannya di halte persimpangan sebelum rumahnya"
"Baiklah, aku kesana sekarang juga"
"Eung gomapda, kabari aku"
Sepertinya memang takdirku untuk beristirahat sejenak dari soal-soal ini. Tak pakai lama aku langsung memakai jaket dan pergi keluar rumah untuk menyusul YoonA.
"Aish, YoonA-ya kenapa kau membuatku cemas", gumamku sambil terus lari menuju tempat yang sudah diberi tahu Sehun. Sesampainya di halte, aku tidak melihat YoonA.
Astaga YoonA kau di mana. Aku benar-benar khawatir padanya. Biasanya dia tidak seperti ini. Ini benar-benar hal baru bagiku dan YoonA, sepertinya. Aku tak pernah sekhawatir ini pada YoonA. YoonA ada apa denganmu. Aku terus terus bertanya pada diriku, sebenarnya apa yang terjadi. Sehun belum menjelaskan padaku.
Dari mulai halte dan cafe-cafe, aku terus mencari YoonA. Aku terus berlari sambil melihat lihat ke tempat tempat yang berada di sekitarku. Dan akhirnya. Aku melihat YoonA sedang berada di cafe bersama seseorang.
Seohyun? Pasti, aku yakin ini memang ada yang salah.
Aku langsung memasuki cafe tersebut, tetapi aku belum berani menghampiri YoonA karena sepertinya memang masalah serius. Aku masih di pintu cafe.
"Ada yang bisa saya bantu?", tanya seorang pelayan.
"Tidak tidak, aku sedang menunggu temanku"
Aku mencoba menguping pembicaraan mereka.
"Apa kau punya harga diri?"
"Ya! Im YoonA! Maksudmu apa?"
"Kau sepertinya memang tak punya malu dan harga diri. Kau tahu? Perbuatanmu itu murahan sekali. Kau sudah merebut kekasih seseorang dan menghancurkan hidup seseorang. Kau tahu? Itu benar kekanak-kanakan sekali. Selama ini aku menahan semua emosiku karena kukira kau akan mengerti. Ternyata karena kau masih anak kecil, seharusnya kuberi tahu dari awal. Aku tak tahu maksudmu, tapi itu benar-benar membuatku muak"
Wah daebak! Itu benar-benar YoonA yang ku kenal?
Aku yang menyaksikan aksi YoonA dengan mataku sendiri, masih tidak percaya kalau dia Im YoonA sahabatku.
*plak
Seohyun menampar YoonA.
Me
Sehun-ah apa kau bisa ke sini?
Teapot cafe dekat rumah YoonA.
Hal itu tidak bisa membuatku diam saja, aku langsung mengabari Sehun dan setelah itu menghampiri mereka berdua.
"Ya! Seohyun-ssi! Apa kau memang selalu bermain kotor? Aku tak tahu apa masalahmu dengan YoonA, tapi bisakah kau menjaga tanganmu itu?!", marahku begitu sampai di meja mereka. Aku tak peduli orang-orang di cafe melihat ke arah kami.
"Kau jangan ikut campur!"
"Seohyun-ssi, kau boleh membuatku seperti ini tapi ku mohon jangan Sehun. Aku benar-benar tak rela melihat Sehun menangisi hal yang seharusnya bukan salahnya. Sehun terus merasa bersalah padaku karena dirimu"
"Oh Sehun seharusnya menjadi milikku! Kepopuleranmu seharusnya menjadi milikku! Kecantikanmu seharusnya menjadi milikku! Semuanya seharusnya memihak padaku! Kau tahu itu? Kau benar-benar serakah!", teriak Seohyun pada YoonA.
Astaga, ternyata selama ini sikap Seohyun jahat karena hal ini.
"Oh Sehun sudah ditakdirkan dengan Im YoonA. Aku yakin itu", tiba-tiba Sehun ada di antara aku, YoonA, dan Seohyun.
Benar yang dibilang banyak orang. Saat kita berusia 18 tahun akan mengalami banyak hal baru. This is a start. Walaupun bukan aku yang mengalaminya langsung tapi aku bisa merasakan perasaan sahabat-sahabatku ini.
"Ya! Oh Sehun! Apa kau tak mengerti perkataanku?! Kau seharusnya suka padaku! Kau seharusnya menjadi milikku!", Seohyun benar-benar kacau. Aku tak mengerti pikirannya. Padahal dia juga pintar, terkenal, dan cukup cantik. Seharusnya dia menjadi dirinya sendiri, karena orang-orang pasti akan merasakannya.
"Kau tahu, Seohyun-ssi? Aku merasa kasihan padamu", ucap Sehun tajam.
"Seohyun-ssi, jadilah dirimu sendiri. Kau tak akan merasa tertekan seperti ini. Dan kau tahu? Bukan salah YoonA, dia menjadi sosok seperti apa yang kau nilai. Karena memang itu apa adanya YoonA", aku mencoba memberi pencerahan pada Seohyun.
"Kumohon jangan membuat Sehun menangis. Tolong batalkan semua rencanamu itu", YoonA memohon akan sesuatu pada Seohyun.
"Tidak akan!"
"Terserah! Lakukan apa yang menurutmu benar. Pada kenyataannya dengan kau berbuat seperti ini, kau hanya memperlihatkan kelemahanmu", ucap Sehun dan langsung mengajak YoonA dan diriku keluar dari cafe. Tapi sebelum itu, aku meminta maaf pada orang-orang yang berada di cafe.
"Maaf sudah membuat ketidak nyamanan", setelah itu aku langsung menyusul Sehun dan YoonA. Kami pergi ke rumahku, karena tak mungkin YoonA pulang dengan keadaan seperti ini. Sehun meninggalkan motornya di parkiran cafe, karena selama perjalanan ke rumahku, dia terus memeluk YoonA dan menenagkannya.
_ _ _
"Ini minum dulu", ucapku pada mereka. Aku membiarkan mereka tenang dulu, baru aku akan mencecarinya dengan pertanyaan pertanyaan. Hanya bercanda.
"Yuri-ya terima kasih kau sudah datang", ucap Sehun.
"Jadi kau yang menyuruh Yuri datang?", tanya YoonA.
"Iya. Sehun khawatir padamu karena tiba-tiba kau memintanya untuk menurunkanmu kan?"
"Eung. Tapi, terima kasih Yuri kau sudah datang karena kalau tidak sepertinya tadi aku akan membalas perbuatan Seohyun padaku"
"Ya sama-sama. Sebenarnya ada masalah apa?", akhirnya aku mengeluarkan pertanyaan itu.
"Aku saja yang menjelaskan", ucap Sehun. Sehun pun menjelaskan semua masalah yang sedang mereka alami. Dan memang itu membuatku kesal. Seohyun benar-benar kekanak-kanakan.
"Terus sekarang? Bagaimana?", tanyaku penasaran.
"Karena tadi aku sudah meminta pada Seohyun untuk membatalkan, berarti kita lihat nanti", jawab YoonA.
Aku benar benar merasa sedih terhadap YoonA dan Sehun. Mereka tidak salah.
***
Hari pertama ujian sudah dimulai. Semoga semuanya berjalan lancar. YoonA dan Sehun pun kuharap akan baik-baik saja. Masalahnya semoga tidak membuat mereka kacau saat mengerjakan soal ujian.
"YoonA-ya!", sapaan teriakku padanya yang sedang berjalan memasuki gedung sekolah.
"Eung!", dia melambaikan tangannya. Aku langsung berlari ke arahnya.
"Kaja!", ajakku.
"Ya! Yuri-ya! YoonA-ya! Tunggu kami!", suaranya tidak asing. Benar saja. Itu suara Krystal dan Minho. Mereka pun langsung berlari ke arah kami.
"Gugup sekali rasanya", ucap Minho.
"Jangan gugup. Pasti kita bisa!", ucap YoonA meyakinkan.
Selama kami berjalan ke gedung sekolah, banyak siswa yang lebih sinis dari kemarin. Aku dan yang lainnya tak pedulikan itu. Kami hanya fokus pada ujian kami.
"Sehun? Di mana dia?", tanyaku pada YoonA.
"Dia masih di rooftop", jawab YoonA.
Jadi selama ini Sehun selalu di rooftop kalau dia tidak ditemukan di mana-mana.
"Hi!", tak lama Sehun pun datang.
"Oh kau datang", balas Krystal.
_ _ _
Ujian pun dimulai. Aku, YoonA, Krystal, saling menatap satu sama lain dan meyakinkan satu sama lain.
Fokusku hanya tertuju pada soal sampai tak terasa waktu pun habis.
"Silakan kumpulkan. Waktu habis", ucap guru yang mengawasi kami.
"Hah. Aku suda berusaha yang terbaik", ucapku.
"Temani aku ke toilet", ucap Krystal pada YoonA. Karena masih ada waktu untuk beristirahat, YoonA pun mengantarkan Krystal.
Saat YoonA pergi keluar kelas, Sehun mendekatiku.
"Yuri-ya. Kalau aku sampai pindah, tolong jaga YoonA. Eung?", dia benar-benar memohon padaku.
"Tentu saja itu pasti. Tapi karena kau tak pernah mentraktirku, sekarang aku minta belikan ice cream. Sekalian kita belikan YoonA, Krystal dan Minho. Bagaimana?", usulku pada Sehun.
"Baiklah, Kwon Yuri", Sehun mengiyakan. Kami pun keluar kelas.
"Kalian mau kemana? Kenapa cuma berdua?", ucap Minho tiba-tiba.
"Astaga, kau! Mau beli ice cream"
"Aku ikut", akhirnya kami bertiga pergi.
Setelah sampai di kelas kembali, tiba-tiba sedang ada yang melakukan drama. Seohyun, dia menangis.
"Siapa yang mengambil buku catatan Seohyun?!", tanya temannya Seohyun.
"Dia kenapa?", tanyaku pada Krystal sambil memberikan ice cream.
"Katanya sih buku catatannya hilang", jawab YoonA sambil menerima ice cream dari Krystal yang sudah ku estafetkan.
Karena Seohyun teru menangis, teman-temannya pun menggeledah meja kami satu per satu.
"Ya! Apa yang kalian lakukan?!", tanya Yesung. Mungkin dia kesal karena anak kelas lain datang terus membuat keributan di kelas. Benar, teman-temannya Seohyun banyak yang berasal dari kelas lain.
Yesung pun tidak ditanggapi. Mereka malah terus mencari.
"Aku menemukannya! Ini punyamu kan?", tanyanya pada Seohyun.
"O-oh, maja", ucap Seohyun sambil menyeka tangisnya.
What?! Kenapa bisa ada di meja YoonA?
"Wah! Ini meja siapa?", tanya temannya Seohyun.
"Mejaku. Kenapa?! Kalian mau menuduhku lagi?!", ucap YoonA pada mereka.
Benar benar, dia bukan YoonA yang kukenal saat pertama kali masuk sekolah. Mungkin karena banyak hal yang terjadi padanya, YoonA menjadi sosok yang lebih lagi.
Pada stay home ngga nih? Tetep stay home ya sampai musibah ini reda. Semoga aja dunia kembali sehat lagi. Aamiin.
Isi kekosongannya baca wattpad koanim aja ya:) Thank you guys!