ANGKASA (END)

By auroraxxl

1.7M 109K 3.1K

Selamat membaca cerita Angkasa dan Raisa❤❤ Bercerita tentang. Angkasa Saputra Wiratama. Murid laki-laki palin... More

1. Razel dan Ketuanya
2. Anak baru
3. Angkasa dan Jabatan
4. Tauran ala anak Razel
5. Arti sebuah mimpi
6. Satu hari bersama dengan nya
8. Raisa punya gue!
9. Angkasa dan Raka
10. Ini tentang Raisa
11. Masa lalu Angkasa dengan rumah pohon
12. Kepergian Malaikatnya.
13. Hadirnya seseorang dari masa lalu
14. Pacaran atau Pelampiasan
15. Ketua OSIS dan ketua Razel
16. Duel antara Razel dan Harilla
17. Kerusuhan Razel di sekolah
18. Kenyataan pahit
19. Rumah sakit
20. Menjaganya
21. Rumah Angkasa
22. Dia yang marah
23. Angkringan malam
24. Antara nyaman atau baperan?
25. Aku terserah bukan menyerah
26. Terungkap
27. Pertunangan
28. Penyerangan.
29. Meninggalkan nya
30. TEKA-TEKI
31. MIMPI
32. PART BONUS
33. KEMBALINYA RAISA
34. TERBONGKARNYA RAHASIA
35. KELUMPUHAN?
36. MANSION WIRATAMA
37. BACK TO SCHOOL
38. DAVIN?
39. ANGKASA BALIK?
40. AKSA (ANGKASA RAISA)
41. AKHIR?
42. END
43. EXTRA PART
BUKAN UPDATE
NANYA
SEQUEL ANGKASA

7. Penasaran

53.3K 3.5K 78
By auroraxxl

Raisa tersenyum geli mengingat kejadian tadi. Ternyata apa yang ada di fikiran Raisa berbeda dengan kenyataan nya. Dia kira Angkasa akan membunuhnya, menjual nya ataupun meminta tebusan kepada orang tuanya. Ternyata fikiran nya kejauahan, Angkasa adalah orang yang baik. Bahkan mereka sempat bercanda gurau di teras rumah itu. Lain dengan jantung Raisa yang berdebar kencang ketika bersama Angkasa, dia dapat merasakan perbedaan itu. 

“Raisa, kamu sudah makan siang?” Alina-Mamanya memasuki kamar bernuansa biru pink itu. “Kenapa senyum-senyum terus dari tadi sih?” Alina duduk di tepi kasur, memberikan beberapa bungkus obat kepada Raisa. 

“Minum obat dulu, ya?” Tangannya tersodor memberikan obat putrinya untuk di minum hingga habis. “Tangan kamu udah bengkak, nanti cuci darah. Papa dan Mama baru bicara dengan dokter untuk ganti jadwal cuci darah kamu.” 

Raisa Putri. Perempuan yang berjuang keras melawan penyakit Ginjal nya. Melawan semua rasa sakit yang sudah dia derita dari kecil. Kesalahan orang tua yang terlambat melakukan penanganan pertama, membuat kondisi kedua ginjal Raisa sudah rusak. Dan kabar buruknya adalah, dokter memvonis umur Raisa hanya tinggal beberapa bulan lagi, karena sudah stadium akhir. Belum lagi Ginjal nya harus cocok dengan tubuh Raisa agar bisa di terima oleh tubuh. Bukan hanya biaya yang mahal untuk di keluarkan, tetapi mencari pendonor yang pas, dan sehat, itu susah. Bagi Raisa, dia ingin menyerah saja. 

“Ma, Raisa bosan cuci darah terus,” katanya dengan merengek. “Kemarin aja dokter sampai bingung, mau di suntik di mana lagi. Karena masih ada bekas lukanya, dan belum kering.” Katanya lagi. 

“Nanti bicara sam Dokter ya,” Alina mengusap kepala itu. “Mama sama Papa berusaha cari pendonor untuk kamu. Kalau kamu nya males-malesan buat cuci darah, gimana mau sembuh? Kalau Papa tau kamu males cuci darah, dia bisa marah sama kamu. Emang kamu mau buat Papa marah?” tanya Alina kepada putrinya. 

Raisa menghela nafas. Dia sudah bosan untuk melakukan cuci darah. Jangankan untuk cuci darah, Raisa saja sudah bosan masuk Rumah sakit. Bau nya sangat menyengat, kalangan yang berada di rumah sakit hanyalah para orang tua. Dia jarang mengobrol dengan para pasien yang seumuran dengannya. Paling saja para perawat ataupun dokter yang merawatnya. 

Raisa memang selalu tidak ingin membuat Papanya kecewa. Raisa tidak bisa melihat Papa nya terlihat sedih ataupun marah. Raisa tau seberapa besar perjuangan Papa nya untuk membuat nya sembuh. Penyakit yang sudah Raisa derita dari kecil., rasanya jika melihat Papa nya sedih, membuat hati Raisa hancur. Apalagi melihat jelas raut wajah khawatir keluarganya, itu membuat hatinya seperti di robek secara paksa. 

“Kenapa Raisa?” Riza-Papanya memasuki rumah itu. “Tadi kamu pulang sama siapa? Naik angkutan umum atau minta jemput abang kamu? Hm?” 

Raisa menggenggam tangan Alina, bahkan Mama nya mengedipkan mata sebelah lalu tersenyum. “Sama temen. Tadi di anterin sampai rumah. Cuma sebelum Papa dan Mama pulang, dia udah balik ke sekolah. Jadi ngga sempet ketemu,” balas Raisa berbaring din pangkuan Riza. 

“Tadi kenapa bisa pingsan di sekolah? Kamu ngapain emang? Kecapekan?” tanya Riza asal menebak. Dan Raisa mengangguk ucapan itu. 

“Tadi di hukum karena gak ngerjain PR, dan di suruh berdiri di lapangan,” kata Raisa. “Tapi Raisa tau kok kalau itu salah Raisa, harusnya Raisa ngerjain PR tepat waktu supaya ngga di hukum.” 

“Makanya kalau ada tugas, lakukan lebih awal, nanti baru bisa seneng-seneng, supaya tugas kamu ngga numpuk.” Alina menimpalinya. “Katanya laki-laki Mas, yang mengantar Raisa pulang ke rumah,” kata Alina.

“Laki-laki?” Riza menunduk melihat Raisa yang menyengir. “Tadi kita di hukum berdua soalnya, Pa. Terus waktu Raisa pingsan, dia yang antar Raisa, pakai mobil sekolah. Di sekolah ada fasilitas mobil untuk para pekerja nya. Keren banget deh.” Sahut Raisa. “Mobilnya bagus banget lagi.” 

“Anak mu ini loh,” Riza mencubit hidung Raisa. “Besok kamu harus cuci darah. Papa dan Mama akan mengantar kamu ke rumah sakit. Dokter bilang jadwalnya jadi tiga kali satu Minggu.” 

“Jangan besok deh, Pa. Lusa aja.” Kata Raisa memeluk tubuh Riza dan menangis di bahu turun itu. 

“Anak Papa kenapa nangis?” Riza mengusap punggung kecil Raisa. “Kenapa nangis, Nak? Raisa kenapa? Beri tau Papa sayang, kamu kenapa? Hei, ada yang sakit?” 

“Raisa takut umur Raisa ngga lama lagi, Pa.” Raisa mengeratkan pelukan itu dan menangis sesgukan. “Raisa takut ga bisa sama Mama dan Papa terus, Raisa takut kalau ngga bisa banggain kalian, Raisa minta maaf,” lirihnya lagi. 

“Raisa selalu nyusahin kalian untuk bayar rumah sakit dan cuci darah. Raisa minta maaf, Pa. Raisa belum bisa bahagiain kalian. Raisa ga tau kapan Raisa akan pergi, Raisa minta maaf sama kalian. Raisa takut kalau semua pengobatan nya akan percuma. Raisa ga mau,kita udah keluar uang banyak, tetapi Raisa ngga sembuh. Raisa takut, Pa.” Raisa menarik nafas dalam.

“Umur Raisa udah ga lama, Pa. Dokter bilang Raisa akan mati dalam beberapa bulan lagi. Untuk apa kit harus ke rumah sakit, kalau hasilnya Raisa akan mati juga, Pa.” 

“Ssshhhh,” Riza dan Alina mengelus punggung Raisa bersama. “Dokter bukan Tuhan. Dokter gak bisa nentuin umur manusia. Itu bukan tugas Dokter. Dokter hanya membantu Raisa untuk sembuh.” Kata Riza. 

“Kata siapa Raisa gak sembuh?” tanya Alina. “Jangan bicara aneh-aneh. Mama gak suka Raisa bicara seperti itu. Mungkin sekarang Raisa belum sembuh. Belum nak, bukan ngga bisa sembuh. Papa dan Mama akan berusaha buat Raisa sembuh, dan kita akan cari pendonor Ginjal untuk Raisa. Hanya saja ini perlu waktu, Nak. Sebelum nunggu pendonor, Raisa harus cuci darah, supaya hasil ketika Raisa sembuh, itu sempurna. Raisa ngga akan sakit lagi.” Kata Alina mengelus kepalanya. 

“Inget ucpan Papa, kalau suatu saat kamu akan sembuh dan bisa seperti yang lainnya,” balas Riza. “Bujuk Tuhan, supaya Tuhan mau membeerikan kesembuhan untuk Raisa. Raisa jangan menyerah, kalau Raisa menyerah, usaha nya akan sia-sia, Nak.” 

“Kalau Raisa pergi?” tanya Raisa menggigit kecil bibirnya. 

“Tuhan tau apa yang terbaik,” bisik Riza mencium pipi Raisa. “Raisa anak kuat. Semua anak Papa pasti kuat. Anak Papa tidak ada yang menyerah di tengah jalan. Kamu harus sembuh. Buktiin ke Papa kalau anak Papa, bukan anak yang lemah. Karena di manapun ada Raisa, berarti ada Papa, Mama, dan Bang Kevin, yang selalu mendukung Raisa. Jangan pernah iri kepada orang lain ya sayang,” katanya lagi. 

*** 

Angkasa mengumpat kesal berulang kali. Sedari tadi fikiran nya terus mengarah kepada Raisa, apalagi jantung nya terus berdebar tak beraturan. Semenjak pulang dari rumah Raisa, Angkasa kembali sekolah hanya untuk menaruh mobil, itupun dia memberikan nya kepada Satpam sekolah. Dia langsung kabur, meninggalkan Tas nya yang sudah dia titip kepada sahabatnya. 

Angkasa memang sering melakukan itu. Hanya saja dia terus menganggap sepele. Sepulang madol tadi, Angkasa langsung menjemput Raka pulang dari sekolahnya. Kebiasaan buruk Angkasa sudah dia lakukan sejak awal masuk SMA, Angkasa dengan berani madol dan melawan Guru. Sebenarnya Angkasa tau dia salah, hanya saja dia masih melakukannya. 

“Abang kenapa?” Raka menatap Angkasa yang sedari tadi bagaikan orang gila, memegang jantung nya, dan senyum-senyum sendiri. “Dada abang sakit? Mau ke rumah sakit?” tanya Raka. 

Angkasa menatap Raka dan duduk berhadapan dengannya. Mereka memang berada di Mansion Wiratama, rumah khusus keluarga mereka. Angkasa jarang ke rumah itu, dia biasanya pergi ke Apartment.

“Tadi Sekretaris nya Papa nelpon, Bang. Katanya Papa ngga akan pulang. Raka kangen sama Mama dan Papa, Bang. Mereka ngga kangen sama Raka ya?” tanya Raka pilu. 

Sudah kesekian kalinya, Raka berharap untuk bisa bertemu Papa dan Mama nya. Bila tidak bertemu, Raka berharap mendengar suaranya. Raka rindu. Rindu belaian seorang perempuan yang mengelus kepalanya tiap waktu. Raka rindu, dia rindu ketika di gendong oleh laki-laki yang senyuman nya persis seperti dirinya. Raka berharap mereka akan datang menemui nya, bersama, dan tidak akan pernah meninggalkan Raka kembali. 

Sedari kecil, Raka hanya bersama Angkasa. Dari dia balita, dan anak-anak, Raka hanya bersama Angkasa dan teman-teman Angkasa. Dia juga jarang berkomunikasi dengan keluarganya, untuk pulang saja, hampir beberapa tahun sekali, Raka baru bisa bertemu dengan mereka. Sekarang umur Raka beranjak 10 tahun, dia sudah 4 tahun tidak bertemu keluarganya. Raka hanyalah anak kecil, yang menjadi korban keserakahan orang tuanya. Bayangkan saja, seorang anak kecil yang sudah tidak bertemu orang tuanya selama 4 tahun. 

Angkasa berdecak. “Abang sudah bilang hampir tiap hari sama kamu!! Mereka itu ngga pernah sayang sama kita!! Jangan fikirin mereka terus!! Ga ada orang tua yang nelantarin anaknya sendiri, Raka!!” bentak Angkasa. “Kalau emang mereka sayang sama kita, mereka ngga akan pernah melakukan ini!! Mereka ngga akan buang kita seperti ini!!” 

“Hiks, mereka ngga buang kita, Bang. Mereka masih sayang sama kita,” cicit Raka menggigit bibir bawahnya, takut memancing amarah Angkasa. Walaupun Raka tau, Angkasa memang sudah marah kepadanya. 

“RAKA!!” bentak Angkasa. “JANGAN MEMBICARAKAN MEREKA!!” ancamnya. 

“Mereka orang tua yang ngga sayang sama anaknya!! Lupain mereka!! Mereka ngga akan balik ke rumah ini lagi!! Mereka lebih milih pekerjaan nya dari pada anak nya sendiri!!” ujar Angkasa. “Jangan bicarakan mereka di depan abang lagi!!”

Angkasa langsung meninggalkan rumahnya dan membawa laju motornya dengan kecepatan tinggi. Angkasa benci mereka. Dia hancur, hancur ketika Raka selalu memingatkan nya kepada kedua orang tuanya. Angkasa pernah di posisi Raka, hanya saja dia sudah lebih besar kala itu. Sedangkan Raka sudah dari bayi d tinggal mereka. 

Saat Angkasa sampai di Warsep, dia di sambut hangat oleh sahabatnya. “Gimana Bos pacaran nya? Lancarkan?” sahut Erick ketika melihat Angkasa menuruni motornya. 

“Angkasa, dapet cewek langsung di bawa kabur. Bukannya balik ke sekolah. Bu Endang nyariin lo terus tuh!!” ujar Robi. “Pingsan, di gendong, jangan-jangan di bawa ke hotel.” 

“Fikiran lo bener-bener ya, Rob. Ga ada otak!!” sahut Aan di akhiri tawa. “Gimana Bos? Lo suka sama dia? Cocok ngga?” tanya Aan bertele-tele. 

“Lo kenapa?” tanya Hafiz ketika Angkasa duduk di sebelahnya. “Ada masalah sama Raka? Dia minta apa sama lo? Temenin main?” tanya Hafiz kembali. 

“Bukan Raka, Fiz. Tapi si anak baru itu. Angkasa demen ama dia, habis anuan tadi di hotel,” kata Aan terkekeh kecil.

“DIEM ANJING!!” sahut Hafiz. “Lo kenapa, Sa? Ada yang buat salah sama lo? Cewek itu?” tanya Hafiz kembali. 

“Lo ga papa, Bos?” tanya Robi. “Ada masalah?” 

Mereka tau ketika wajah Angkasa terlihat kesal, dan emosi. Hanya saja Angkasa ya tetap Angkasa, pembawaan nya akan tenang, tetapi dingin dan menghanyutkan. Jika Angkasa kesal, rahang nya akan keras. 

“Sa? Lo kenapa?” sahut Hafiz kembali.

***

TBC.

Continue Reading

You'll Also Like

ARENA By kdlzzz

Teen Fiction

63.1K 5.9K 72
Arya memperhatikan gadis itu, "suka, dia manis." "permen juga manis," sahut Rena kembali. "tapi dia lembut," jawab Arya tetap kekeh. "gulali lembut t...
1M 32.4K 45
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...
6.3K 325 76
"Gerhana Berlian Season 3" Ketika Angkasa Diam-Diam Merindukan Senja-Nya "Lo harus sadar kalo sekarang gue adalah makhluk yang bukan manusia lagi. Se...
8.8M 751K 57
"Cinta itu racun tanpa obat penawar."-Aksara Denta Karanva. "Cinta itu anugrah dari Tuhan untuk kita rasakan kehadirannya di dalam hati."-Sastra Rahm...