Saat menuju uks, banyak pasang mata menatap Aldo yang menggendong Rania dengan tatapan tak percaya.
Apakah benar Aldo dan Rania punya hubungan?
"Rania kenapa?"
"Woii, Aldo gueee"
"Gue pengen pingsan juga!"
"Ketos gue, anjir!"
"Cowok guee"
"Rania pingsan?"
"Eh ini kenapa pada rame, anjir"
"Kok kubu Rania sama kubu Aldo pada gabung, sih?"
"Perang dingin, nih?"
"Rania mati, ya?"
"Kayaknya gak lama lagi si Rania"
"Minggir, woy!" teriak Devan sembari berlari mengejar Aldo dan Rania, disusul teman-temannya dan teman-teman Aldo
"Do, gue gak papa" ucap Rania dengan suara seraknya, darah segar yang tadi berada didekat bibirnya sudah hampir membeku
"Diem" ucap Aldo, "buruan buka!" lanjutnya memerintah siapa saja yang ada
Dengan cepat Devan membuka pintu UKS dengan kasar.
Aldo segera membawa Rania masuk ke dalam UKS.
Aldo segera meletakkan tubuh Rania diatas ranjang UKS.
Rania ingin duduk, tapi kedua bahunya segera ditahan oleh Aldo. Alhasil, Rania kembali terbaring diatas ranjang UKS.
"Woi, PMR mana!" teriak Gilang
"Fa, ambilin P3k" ucap Aldo pada Fafa yang baru saja sampai dengan Erlan, ia termasuk salah satu anak PMR yang tugas hari ini
Fafa segera mengambil kotak P3k dan menerobos kumpulan Devan dan kedua temannya, beserta Riki. "Permisi" ucapnya dengan cepat
Fafa segera meletakkan kotak P3k tersebut diatas meja yang berada disamping ranjang UKS, ia segera mencari kapas dan obat yang diperlukan.
"Do, gue gak kenapa-napa!" ucap Rania, tapi kepalanya masih terasa pusing
Aldo tak memperdulikan ucapan Rania, ia memperhatikan Fafa dengan fokus.
"Buruan, woy!" ucap Devan, Gilang, dan Heri
"Sabar dikit, kek!" ucap Fafa dengan kesal
"Lelet banget, sih!" ucap Devan mulai kesal
"Heh, lo bisa diem gak sih!" ucap Erlan dan Riki tanpa sengaja serentak
Erlan dan Riki saling melirik sinis satu sama lain, kemudian mereka saling membuang muka.
Fafa segera mengulurkan tangannya untuk membersihkan luka Rania, tapi dengan cepat ditahan oleh Rania.
"Gue gak sakit" ucap Rania sembari menatap Fafa dengan tajam
Aldo menatap Rania dengan tajam, ia kemudian melirik ke arah Fafa.
"Buruan" ucap Aldo pada Fafa, dan menahan lengan Rania agar tak mengganggu proses pengobatan
"Heh, lo apain Rania!" ucap Devan sembari menunjuk Aldo yang menahan kedua lengan Rania
"Bukan urusan lo" ucap Aldo
"Wah.. gak bener, nih" ucap Devan sembari berusaha melepaskan genggaman Aldo pada lengan Rania
"Lo gak usah ikut campur!" ucap Aldo sembari menatap Devan dengan tajam
"Dia temen gue!" ucap Devan
"Temen? Temen apaan? Temen tai?" ucap Aldo
"Lo!" ucap Devan sembari memelototi Aldo
"BISA DIEM GAK, SIH!" teriak Rania dan Fafa dengan kesal
Aldo dan Devan terdiam.
MOBIL, 12.39 wib
Rania menutup matanya, kepalanya masih terasa begitu pusing.
Aldo melirik ke arah Rania sekilas, "lo beneran gapapa?" ucapnya
Rania menganggukan kepalanya.
Aldo menghela nafasnya, "lo mau makan apa?" ucapnya
Rania membuka kedua matanya, ia kemudian melirik ke arah Aldo sembari mengerutkan dahinya.
"Gue gak ngidam, anjir" ucap Rania
Aldo kembali menghela nafasnya, "gue gak ada bilang lo lagi ngidam, bego" ucapnya
"Lagian lo tiba-tiba nanyain gue mau makan apa" ucap Rania
"Ya trus, cuma orang ngidam aja yang boleh ditanyain mau makan apa?" ucap Aldo protes
"Gak juga, cuma.. ya.. gak bisa dijelasin pake kata-kata" ucap Rania
Aldo menghela nafasnya sembari memutar kedua bola matanya.
"Jadi lo mau makan apa? Kebetulan kita diluar, nih" ucap Aldo sekali lagi
Rania mengerutkan dahinya, "gue mau lo masak, gak mau beli diluar" ucapnya dengan seenak jidatnya
Aldo mengerutkan dahinya, ia kemudian melirik ke arah Rania sekilas.
"Gue bisa masak mi doang, nyonya" ucap Aldo
Rania mencebikkan bibirnya sembari menaikkan kedua alisnya, "halah, biasanya juga bikin nasgor" ucapnya
Aldo menganggukan kepalanya, "jadi lo pengen nasgor?" ucapnya
Rania menggelengkan kepalanya, "gue pengen sarden" ucapnya
Aldo menghela nafasnya, "berarti mau ke minimarket dulu, bego" ucapnya
Rania mengerutkan dahinya, "tangkep ikan sendiri, lah" ucapnya
"Nangkep sendiri?" ucap Aldo dengan tenang
Rania menganggukan kepalanya, "iya, mandiri" ucapnya
Aldo tersenyum sekejap, "kalo lo bisa jadi dokter, gue tangkep sendiri ikannya" ucapnya
"Yailah, ngapain juga gue jadi dokter. Gak akan mungkin, mustahil" ucap Rania
"Nah itu, mustahil banget gue bisa nangkep ikan trus disarden sendiri" ucap Aldo
Rania memutar kedua bola matanya, "emang cita-cita lo apa?" ucapnya
Aldo menaikkan kedua alisnya, ia kemudian melirik ke arah Rania.
"Gue? Dokter" ucap Aldo dan kembali menatap lurus ke depan
"Serius?" ucap Rania sembari melirik ke arah Aldo
Aldo menganggukan kepalanya.
"Nah, berarti kita emang gak jodoh" ucap Rania sembari tersenyum
Aldo melirik ke arah Rania sekilas, "kenapa?" ucapnya
"Karna gue gak suka dokter aja" ucap Rania apa adanya
"Lo gak suka dokter? Kenapa?" ucap Aldo
Rania menaikkan kedua bahunya, "gak tau, pokoknya gak suka aja" ucapnya
"Emang cita-cita lo apa?" ucap Aldo
"Gue sih pengennya jadi wanita karir, nerusin perusahaan bokap gitu" ucap Rania
"Oh" gumam Aldo sembari mengangguk-nganggukan kepalanya
"Tapi, Do. Bokap lo kan juga pengusaha, lo gak mau nerusinnya?" ucap Rania
Aldo menggelengkan kepalanya, "gak tertarik, sih" ucapnya
"Kenapa? Kan lumayan ada orang dalam, bos lagi" ucap Rania diakhiri kekehannya
Aldo menaikkan kedua alisnya, "dirumah sakit juga gue ada orang dalam" ucapnya
Rania mengerutkan dahinya, "keluarga lo ada yang jadi dokter juga?" ucapnya
Aldo menganggukan kepalanya.
Rania semakin bingung, "siapa?" ucapnya
"Om Tio" ucap Aldo
Rania membelalakkan kedua bola matanya, "bokap Jihan? Dokter?" ucapnya tak percaya
Aldo menganggukan kepalanya, lagi.
"Anjir, gak nyangka gue. Trus kenapa dia numpang dirumah lo?" ucap Rania
"Dia baru dipindah tugas dari rumah sakit lamanya ke sini, dan rumahnya disini belom jadi" ucap Aldo
Rania mengangguk-nganggukan kepalanya, "oh" gumamnya
Aldo tersenyum, "tapi gue pengen jadi dokter bukan karna ada orang dalam, sih" ucapnya
Rania mengerutkan dahinya, "trus apa?" ucapnya
Aldo mengangkat kedua bahunya, "gak tau, pengen aja" ucapnya sembari tersenyum
"Fix, kita gak jodoh" ucap Rania sembari tersenyum
"Karna lo gak suka dokter?" ucap Aldo
Rania menganggukan kepalanya.
"Trus, tipe lo yang kerja apa?" ucap Aldo
Rania tampak berpikir sejenak, "hmm.. pengusaha juga, sih. Tapi yang sukses sendiri, bukan karna orang dalam" ucapnya
"Oh" gumam Aldo sembari mengangguk-nganggukan kepalanya
"Tipe lo yang kerja apa?" ucap Rania
Aldo menaikkan kedua alisnya, "gue sebenernya gak nentuin dia harus kerja apa. Tapi kalo bisa sih, gue mau dia dokter juga" ucapnya
Rania mengerutkan dahinya, "ngapain dokter?" ucapnya
"Ya biar dia bisa ngerti seberapa capek dan padetnya tugas dokter, jadi dia gak banyak ngomel" ucap Aldo sembari tersenyum
Rania menaikkan kedua alisnya, "oh" gumamnya
HAIHAIHAIII!
JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!
BACA JUGA DOSENKU SUAMIKU!><
JANGAN BOSEN, YA!
SEE U!