-KANTIN
Rania melangkahkan kakinya menuju antrian panjang untuk memesan makanan.
Terlihat Aldo berjalan dari arah masuk kantin, menuju antrian.
Rania melirik Aldo dengan tajam, apa mau Aldo sebenarnya?
Aldo berjalan melewati Rania, memesan makanan. Yah, kalian pasti tau. Antrian panjang akan membuka jalan secara otomatis untuk sang idola sekolah.
Rania mengerutkan dahinya, Aldo sengaja tak menghiraukannya? Aldo sengaja tak melihatnya?
Oke, fine!
Setelah menerima dan membayar jajanan yang ia beli, Aldo segera melangkahkan kakinya melewati antrian.
Rania yang tak sengaja ketahuan menatap Aldo langsung mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.
Aldo melirik ke arah Rania sekilas, ia kemudian melanjutkan langkahnya menuju meja kantin yang berada dipojok.
Rania kemudian menghembuskan nafasnya dengan kasar.
Tiba-tiba Riki datang dari arah masuk kantin, berlari mendekati Rania.
"Huft.. lo belum beli?" ucap Riki sedikit ngos-ngosan
Rania menggelengkan kepalanya dengan cepat.
Riki menatap ke arah depan, "woi, Rania duluan lah" ucapnya
Rania melirik ke arah Riki dengan tajam, apa maksud Riki?
Rania tidak perlu bantuannya.
"Enak aja, ngantri dong" ucap salah satu siswi dengan ketus
Riki menatap tajam ke arah siswi yang menjawab omongannya dengan ketus, "biasa aja kali" ucapnya dengan kesal
"Udah deh, lo juga ga usah banyak bacot" ucap Rania kepada Riki
Riki terdiam sembari menatap tajam siswi tadi.
Rania kembali menatap ke arah depan, ia ikut melihat siswi yang menjawab ucapan Riki tadi.
Rania kemudian mengerutkan dahinya, Ani?
Pacar Gilang?
"Jadi orang jangan mau menang sendiri, dong" ucap seseorang dari meja kantin yang tidak jauh dari tempat Rania dan Riki mengantri
Rania seperti mengenal suara tersebut, ia, Riki, dan beberapa siswa/i dikantin kemudian menoleh ke arah sumber suara.
Rania menatap orang tersebut dengan tajam. Tidak salah lagi, itu Devan.
Riki memelototi Devan, "bacot, lo!" ucapnya
"Halah, mau aja lo temenan sama dia" ucap Devan, lagi.
Gilang dan Heri tampak tak ingin menatap mata Rania, mereka mengedarkan pandangannya ke sembarang arah.
Sekali lagi, Rania menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia mengepalkan tangannya.
Rania ingin marah, ia ingin meneriaki dan memaki Devan yang selama ini selalu mendukungnya. Ingin memukul wajah Devan dengan sangat-sangat keras.
Rania ingin mencabik-cabik tubuh Devan, ingin menamparnya dengan keras.
Rania benar-benar sakit hati.
Saat ini Rania berusaha dengan keras menahan dirinya agar tidak melakukan itu semua, terutama menangis sejadi-jadinya dihadapan semua orang.
"Semua itu bukan salah Rania, lo doang yang gak sadar diri. Lo itu bukan tipe Rania!" ucap Riki dengan tegas
Devan membelalakkan kedua bola matanya, "LO!" ucapnya sembari berdiri dari duduknya
"Apa?!" ucap Riki menantang
Gilang dan Heri segera menahan lengan Devan, "udah, Van!" ucap mereka menghentikan Devan
"Awas lo, ya!" ucap Devan mengancam
Devan kembali duduk dikursinya.
Aldo, Erlan, Fafa, dan Dion yang berada disatu meja yang sama memperhatikan perang mulut antara Riki dan Devan.
"Gue dukung Devan, nih" ucap Erlan dengan pelan
"Gak boleh gitu, yang" ucap Fafa
"Gue juga dukung Devan, rasain tuh si Rania" ucap Dion
"Iya, emang enak. Lo dukung siapa, Do? Pasti Devan, kan. Yaiyalah, Rania kan musuh lo. Ya kali lo dukung dia" ucap Erlan
"Lo dukung Devan kan, Do?" ucap Dion mengulang maksud Erlan
"Diem" ucap Aldo dengan dingin
"Halah, berani ngancem doang" ucap Riki meremehkan Devan
Devan kembali akan berdiri, sebelum akhirnya berhasil ditahan oleh Gilang dan Heri.
Devan menghembuskan nafasnya dengan kasar, "lo bakalan nyesel temenan sama dia" ucapnya
Rania menghela nafasnya, "maksud lo apa?" ucapnya setenang mungkin
Devan menatap Rania dengan tatapan merendahkan, "si Aldo mana? Lo udah dipake sama dia, kan? Makanya dia udah gak mau deket-deket sama lo lagi" ucapnya
Rania dan Riki membelalakkan kedua bola matanya, "mulut lo dijaga, ya!" ucap Riki, sedangkan Rania tak menyangka Devan akan berbicara seperti itu padanya
"Kenapa? Heh, gue udah sahabatan lama sama dia. Lo itu masih baru temenan sama dia, lo gak bakalan ngenalin dia dengan cepet" ucap Devan
Rania mengerutkan dahinya, dadanya terasa begitu sesak.
"Oh, lo udah lama kenal dia? Tapi lo bikin dia kayak gini sekarang?" ucap Riki
"Maksud lo apa?" ucap Devan
"Biar pun lo udah lama kenal dia, lo belum kenal diri dia seutuhnya. Otak lo cetek, lo juga gak bakal paham" ucap Riki
Devan membelalakkan kedua bola matanya, "mulut lo belom pernah ditonjok?" ucapnya
"Berani lo?" ucap Riki menantang
Devan berdiri dari duduknya, "wah, nantangin gue lo" ucapnya
Rania menahan lengan Riki, "udah, Rik" ucapnya
"Gak bisa, Ran. Dia udah ngejelek-jelekin lo didepan semua orang" ucap Riki
"Udah, cukup" ucap Rania dengan pelan, rasanya suaranya serak karena menahan tangisnya
"Heh, gue kasih tau, ya. Temen lo itu mentok-mentok juga ntar jadi l*nte doang" ucap Devan sembari menunjuk Rania dengan telunjuknya
"APA LO BILANG!" teriak Riki
Aldo mulai menggeram dari mejanya.
Rania menatap Devan dengan tajam, dadanya semakin sesak mendengar ucapan Devan.
Tubuh Rania bergetar dengan hebat, emosinya memuncak.
Bug!
"AKHHH!" teriak histeris semua orang
Wajah Devan langsung terasa mati rasa akibat pukulan dahsyat dari tangan Aldo.
Semua orang membelalakkan kedua bola matanya, termasuk Rania.
Aldo membela Rania?
"Mulut lo dijaga, ya!" ucap Aldo dengan keras
Devan menatap Aldo dengan tajam, "oh, sekarang lo udah dipihak dia? Lo bener-bener mau tubuh dia?" ucapnya dengan lancang
Aldo membelalakkan kedua bola matanya, "brengsek!" ucapnya
Bug!
Devan membelalakkan kedua bola matanya, "Lo!" ucapnya sembari menunjuk-nunjuk wajah Aldo dengan jari telunjuknya
Aldo segera menarik kerah seragam Devan, "sekali lagi lo ngomong gitu tentang Rania, gue pastiin lo gak selamat!" ucapnya
Rania segera berlari mendekati Devan dan Aldo, berniat melerai mereka.
Devan segera melepaskan genggaman Aldo pada kerah seragamnya, "lo yang gak bakalan selamat!" ucapnya dengan penuh emosi
"Aldo, Devan! Akh!" ucap Rania dan diakhiri pekikannya
Bug!
Devan tak sengaja memukul wajah Rania dengan begitu keras, ia salah sasaran.
Devan, Aldo, dan semua orang membelalakkan kedua bola matanya, "RANIA!" teriak mereka
Kepala Rania terasa begitu pusing, Devan benar-benar memukulnya dengan sangat keras.
Rania kemudian terjatuh tepat dipelukan Aldo, Aldo segera menahan tubuh Rania.
"Ran, biar gue aja!" ucap Devan dengan cepat, ia berusaha menjauhkan Aldo dari Rania
"Jangan sentuh Rania, lagi!" ucap Aldo dengan penuh emosi
Aldo segera menggendong Rania dengan ala-ala bridal style menuju UKS.
Devan, Gilang, Heri, Erlan, Fafa, Dion, dan Riki berlari mengikuti Aldo dan Rania.
Semua orang begitu tak percaya melihat keadaan seperti ini.
HAIHAIHAIIII!
JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!
SORRY KALO GAK BEGITU SERU:')
AUTHOR UDAH USAHAIN, DAN INI SEBISA AUTHOR:)
JANGAN LUPA BACA JUGA DOSENKU SUAMIKU!><
JANGAN BOSEN, YA!
SEE U!