Pers Kampus 2.0✔

By Allyoori

214K 23.6K 4.5K

╰Pers Kampus 2.0╮ ⚠️⚠️ Chapter lengkap Pers Kampus dan Pers Kampus 2.0 dengan chapter tambahan, dapat dibaca... More

1 : Hello, Setengah Periode!
1.1 : Hello, Setengah Periode!
1.2 : Hello, Pers Kampus!
2 : Suhu Dingin
3 : Jelousy, Photo
4 : Terkucilkan
5 : Litbang VS Perusahaan
6 : Kejutan Parkir Atas
7 : Fall In, Silent
8 : Gossip Girl, Kumpul Kios
9 : Please ... Dont Let Me Doubt About Us
10 : Kekanakan
11 : Ups!
12 : Ghibah
13 : Menjadi Asing
14 : Too Late, To Realize It
15 : I Wish
16 : Pulpy Orange
17 : Go Public
18 : Pregnant?!
19 : Arya, Setahun Lalu
20 : Hurt Road
21 : Srimulat
22 : Smile On Me
23 : See You, When I See You
24 : Senin di Malam Rabu
25 : Even Now, Its Still You
26 : Still Want To Believe
27 : Bintang dan Peri yang Membebaskan Hati
28 : Another Man
29 : Dan Terjadi Lagi
Video : 1
30 : Nama yang Masih Menjadi Jawabannya
Twitter : 1
31: No One To Be Wrong
32 : Soal Ada dan Tidaknya Rasa
33 : Tertangkap Mata
35 : You Should Choose
36 : I Dont Love You
37 : Not Mine, Not Fine
38 : Re-call
39 : On - Track
40 : Content Iklan
41 : Firasat
42 : Pelantikan
43 : Guncangan
44 : Begin Again
45 : Punch
46 : Stories They Dont Know
47 : Awkward Silence
48 : Candy Crush
49 : Have A Lunch With Siddiq
50 : Jangan!
51 : Menunggu di Depan Pintu
52 : Talking To
Photo : 1
53 : Menyerah
54 : Am I Right To Be Like This?
55 : After We Broke Up
62 : Something Flutter
63 : The Way I Like You
Untuk Para Pembaca, dari Orion
75 : Angkatan 16 - Dinding Terakhir
Dari Pembaca, Untuk Pers Kampus
Special Chapter : Video
GIVEAWAY PERS KAMPUS!
PO ke - 2 Novel PERS KAMPUS

34 : Peluk Untuk Arya

2.2K 343 20
By Allyoori

Sore hari itu, selepas mata kuliah terakhirnya di hari kamis, Arya izin pulang lebih dulu pada para penghuni sekre.

Dia harus cepat – cepat pergi ke PVJ alias Paris Van Java, salah satu mall mewah di Kota Bandung, demi menunaikan tugas kerja kelompoknya. Jadi, selepas memarkirkan motor vespa yang ia pinjam dari Naresha, Arya langsung buru – buru menuju tempat ia dan kelompoknya janjian.

Sesaat, Arya tak mengerti ajakan temannya itu jauh – jauh kerja kelompok ke sini, padahal ada mall yang lebih dekat dengan kampus mereka, atau bahkan di perpustakaan atau di café sekitar kampus juga cukup kan? Kenapa harus jauh – jauh kesini.

Mana macet pula jam sore tuh, jadi Arya yang bawa mobil minta barter sama Naresha yang bawa vespa nya ke kampus hari itu. Demi ngejar waktu, karena dia udah 15 menit telat dari waktu janjian.

Sambil jalan, Arya nyoba buat kirim chat ke temannya itu. Mengabari jika dia sudah ada di lobby. Naik elevator ke lantai 2, lalu baru mau berbelok ke arah tempat janjian, tapi Arya malah dikejutkan dengan pemandangan di hadapannya kini.

Pegangannya pada tali tas selempang hitamnya mengerat, Ia berdiri saling menatap dengan dua orang di hadapannya.

Salah satu diantara mereka tersenyum,

Dan itu adalah senyum yang pernah menggetarkan hati Arya sebelumnya.

...

Suara bising di dalam mall, membuat keduanya memutuskan mengobrol di area outdoor mall duduk berdua di salah satu bangku taman disana.

"Apa kabar?"

Arya mengangguk menanggapi, "Baik, kamu?"

Yang ditanya ikut mengangguk. "Sejauh ini, masih baik."

"Arya, makasih ya."

Kening Arya berkerut bingung, dirinya tak tahu arah ucapan makasih gadis di sampingnya ini apa.

"Udah bantuin Adoy dan gue, makasih. Gue tahu, lu dan temen – temen lu yang bikin Adoy dan gue bisa lengser dengan damai. Bahkan Adoy masih bisa lanjut kuliah lagi."

Hanya anggukan yang kembali Arya berikan sebagai respon.

"Gue cuti kuliah Ya, udah semester 6 juga. Gue cuti sampai melahirkan, sedangkan Adoy tetep kuliah. Dia juga sekarang kerja, serabutan sana sini, kadang part time di café atau restaurant, jualan, bantuin bokap gue usaha, pokoknya nyari tambahan buat gue sama anak yang dikandung gue ini." tangan kurus gadis itu mengusap pelan perutnya yang sudah kian membesar.

"Orang tua kita bilang bakal nanggung semua biaya dan kebutuhan gue sama cucu mereka ini sampai gue dan Adoy bisa mapan, tapi tetep aja, mungkin naluri seorang Ayah dan Ibu, gue sama Adoy ragu buat nerimanya. Kita pengen seenggaknya sebisa mungkin usaha sendiri dulu, karena gimanapun, ini tanggung jawab kita. Ini anak gue sama dia, jadi ada perasaan terikat."

Gadis itu melirik Arya disampingnya yang hanya diam mendengarkan,

"Maaf—"

"Lu udah minta maaf malam itu berkali – kali Sin. Gak perlu minta maaf lagi, udah," potong Arya, tahu kemana arah ucapan mantan kekasihnya itu.

"Sekarang, lu focus aja sama anak yang lu kandung. Gue yakin Adoy bakal jadi ayah yang baik dan bertanggung jawab kok. Lu sama gue, sama – sama kenal dia gimana. Gue juga yakin, lu bakal jadi Ibu yang baik juga." Sindy tersenyum dan mengangguk.

Tak lama, datang Dodoy menghampiri mereka berdua, setelah tadi pura – pura pamit ke toilet dan nitip Sindy sebentar pada Arya. Karena Dodoy tahu, mereka perlu waktu untuk bicara berdua selepas kejadian waktu itu.

"Aku tunggu di mobil ya."

Dodoy mengangguk atas ucapan kekasih sekaligus Ibu dari anaknya itu, tapi sejurus kemudian Sindy berbalik dan mendekat ke arah Arya.

"Mungkin ini bawaan Ibu hamil, tapi gue boleh peluk lu gak?"

Arya terkesiap mendengarnya, ia melirik Dodoy, meminta izin, bagaimanapun lelaki itu sekarang bertanggung jawab penuh pada gadis di hadapannya.

Dodoy mengangguk dan tersenyum tipis. Arya ikut mengangguk, Sindy pun langsung memeluk Arya erat. Tangannya melingkar di pinggang lelaki itu.

"Maaf dan Makasih buat semuanya," bisik Sindy, air matanya menetes. Buru – buru ia usap dan lepaskan pelukannya, kembali tersenyum.

Setelah benar – benar pergi ke mobil, giliran Dodoy yang menghampiri Arya mendekat.

"Anaknya stress banget abis ngelewatin trimester pertama. Kata dokter, ini efek Ibu muda. Jadi, gue bawa dia jalan – jalan biar gak terus menerus ngurung diri di kamar. Apalagi, akhir – akhir ini gue sibuk kuliah dan nyari nafkah. Seneng rasanya, liat dia bisa senyum dan ketawa lagi tadi," cerita Dodoy, Arya mendengarkan dengan seksama.

"Pasti ini berat buat dia, nerima hidupnya berubah dalam semalam, itu gak gampang."

Dodoy mengangguk setuju,

"Berat buat lu juga." Dodoy menatap temannya.

"Gue yakin, ini juga gak mudah buat lu. Gak cuman hidup Sindy, hidup lu juga berubah drastis dalam semalam."

Tubuh Arya mendekat ke arah Dodoy, lalu meraih bahu lelaki itu dan memeluknya.

"Gue tahu ini geli sih, tapi lu keren udah mau tanggung jawab. Jaga dia seumur hidup lu bahkan setelah lu mati. Udah lu rebut dari gue, jangan lu sia siain. Anak yang dikandung dia sekarang adalah darah daging lu. Jadi bapak yang baik dan bertanggung jawab. Pelan – pelan aja, namanya juga belajar." Setelah menepuk punggung Dodoy, Arya melepaskan pelukannya.

Arya memberi keyakinan, "Gue yakin lu bisa Doy."

Dodoy mengangguk, ia kemudian berpamitan karena takut Sindy menunggu terlalu lama. Ibu hamil suka jadi lebih sensitive kalau ditinggal terlalu lama. Arya yang mengerti hanya mengangguk dan melambaikan tangan.

Sindy dan Dodoy sudah pergi, Arya kini harus kembali menghadapi realita hidupnya sendiri.


Puk

Puk


Sebuah tepukan ia rasakan pada bahunya, Arya berbalik, dan mendapati seorang gadis kecil berkulit seputih salju.

"Eh, sorry Neen, kelamaan ya? Tadi gue ada urusan bentar, tem—"

Tanpa aba – aba, gadis dihadapannya ini malah memeluk tubuhnya begitu saja.

"Neen, kenap—"

"Lu juga butuh pelukan."

Arya terdiam, tak merespon apapun.

"Gue tahu ini cringe tapi yang gue liat, lu juga butuh pelukan."

Tangan gadis itu mengusap dan menepuk – nepuk punggung Arya pelan.

"Hebat lu Ya, makasih ya, udah bisa sesabar, dan sekuat ini."

Masih tak ada respon dari Arya. "Sekarang, lu bisa jalanin hidup lu sendiri, tanpa bayang – bayang mereka." Pelukan itu terlepas, tangan gadis itu terkepal di depan wajah Arya yang masih diam.

"Semangat!" ucap Daneen.

Sejenak, Arya terdiam, lalu kemudian tersenyum dan tertawa. Sampai lesung pipinya terlihat.

" Semangat!" ucap Arya mengikuti, dengan kepalan tangan menyilang dari tangan Daneen. Kedua tangan mereka kini membentuk cross x .

Daneen bengong melihat Arya dengan lesung pipitnya.

"Ayo, kita kerjain tugas. Gue traktir Xi fung tang."

Mengusak rambut Daneen, lalu meraih pergelangan tangan gadis itu dan mengajaknya masuk kembali ke dalam mall. Menghabiskan sisa hari itu bersama, sampai matahari terbena, dan bulan menampakan diri.

Hari Arya, memang sempat kelabu sore itu, tapi datangnya bulan ditemani sinar bintang, berhasil menjadi semangat barunya menghadapi hari esok.


. . . . .






Aryasatya Rafisqy Shaquile

Iklan Perusahaan 2019





Daneen Audiandra

Mahasiswa Fikom 2017








Adhiatama Dwiyoko Akbar

Ketua BEMFikom 2019






Ceciliana Sindy

Wakil Ketua BEMFikom 2019


. . . . .


Yuk meringankan beban tenaga medis, dengan berdiam diri dirumah.

Jangan lupa asupan bergizi dan rajin cuci tangan.


Btw, kalian libur gak?

kalau libur pada ngapain aja nih? Nonton drama? rebahan sampe pusing? atau ngapain?


Kalau Aku selain rebahan, harus berjibaku dengan segunung tugas kuliah online yang benar - benar minta diterkam. Mana uts online semua pula. UTS take home alias online ginituh, ternyata lebih susah dibanding di kelas ya TT huhu.

anyway,

Semangat semuanyaa!!

Have a nice day all my beloved readers!


See you on next chapter!

Continue Reading

You'll Also Like

447K 48.6K 86
╰Pers Kampus ╮ • College life • Lokal • Semi baku Kisah mereka mencari berita hingga cinta. Dari nggak kenal, jadi kolega, katanya teman, kemudian sa...
38.5K 2.1K 12
Cinta itu tidak selamanya harus diucapkan, bukan? Karena terkadang, semakin sering diutarakan perasaan itu akan semakin hambar.
17.4K 10.8K 45
Cerita ini pernah diikutsertakan dalam event GMG Hunting Writers 2021. ••• Jatuh cinta adalah sebuah proses alami yang begitu indah tetapi cukup rumi...
713K 14.4K 5
Cerita diprivate acak biar gak diacak-acakin. Follow dulu kalo mau baca secara lengkap. Demi kesejahteraan bersama ehehe Hmmm anu... Ini kisah Nafla...