I'm Fine (END)

trynn14 tarafından

57.4K 2.3K 97

Shakira Azna Mutiara gadis ceroboh, heboh, cerewet, lebay, ceria, ralat, ceria hanya untuk menutupi kesedihan... Daha Fazla

☆prolog☆
bab 1
bab 2
bab 3
Bab 4
Bab 5
bab 6
Bab 7
Bab 8
bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
bab 15
Bab 16
Cast Cewek
Bab 17
Bab 18
Cast Cowok
Bab 19
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30. Epilog
Info!!!
Extra Part|Anaz
Extra Part|Kirana
Sequel
I'm Fine 2 Publish!

Bab 20

1.3K 56 0
trynn14 tarafından

Aku bahagia, benar-benar merasa bahagia. Bersamanya membuat hari-hari ku lebih berarti, bersamanya membuatku merasa hidup. Ia menjadikanku seseorang yang di anggap ada.

Aku menganguminya, atau bahkan lebih? Aku sendiri tidak tahu, yang jelas , di dekatnya membuatku melupakan segala masalah yang ada di kehidupanku.

Azna☆♡

****

Sudah satu minggu lebih Azna sekolah, yang artinya ujian telah usai. Semenjak kejadian minggu lalu, saat Anaz menghampiri Azna di kelas karena merasa khawatir pada dirinya. Di situ pula Anaz meminta oleh-oleh pada Azna saat Azna berbohong bahwa ia liburan.

Selama satu minggu ini Azna lebih dekat dengan Anaz, walaupun masih sebatas teman. Namun, rasa pada hati Azna tetap sama seperti awal bertemu dengan pria beriris mata coklat tersebut.

Bukan hanya Azna dan Anaz yang dekat, bahkan teman Azna juga Anaz kini saling sapa menyapa, bercanda gurau. Mereka sering menghabiskan waktu bersama di kantin sekolah.

Baru-baru ini Azna mendapatkan gosip yang sedang buming di sekolah SMA Bina Bangsa, sekolah tercintanya.

Banyak siswa-siswi yang berbisik-bisik, mereka tengah menggosipi hubungan Azna dengan Anaz.

Beberapa orang berpendapat bahwa 'Azna dan Anaz itu berpacaran', ada juga yang berpendapat 'mereka cuma sahabatan'.

Dasar manusia, hidupnya emang selalu memikirkan urusan orang, apa faedahnya jika mereka tahu kehidupan orang lain.

Walaupun diterpa berbagai isu-isu yang menyenangkan dan menyedihkan. Azna dan Anaz tetap dekat.

Banyak yang mengatakan hubungan mereka tidak cocok, tapi tak sedikit pula yang mengatakan mereka berdua pasangan serasi.

Azna, Anaz berjalan paling depan diantara gerombolan, kalau boleh alay, Azna akui ini semacam mereka akan berjalan mengantar pengantin ke singah sananya, tentunya pengantin yang dimaksud adalah dirinya dan Anaz.

Dibelakang ada teman Azna juga Anaz yang sibuk ketawa-ketiwi. Menertawakan kabar tentang hubungan Azna dan Anaz.

"Hey! Kalian!" Teriakan melengking dari arah belakang, membuat beberapa orang yang di depan koridor menoleh ke sumber suara. Termasuk Azna dan Anaz yang langsung menoleh.

"Ada apa Bu?" tanya Anaz, pasalnya guru yang tadi berlari ternyata menghampiri gerombolan mereka.

"Ekhm, Azna Ibu pinjam Anaz bentar boleh ya? Nanti Ibu kembaliin kok. Boleh kan?" tanya Bu guru pada Azna.

Aneh, tentu aneh. Perlunya Anaz, kenapa harus izin sama Azna. Kaya Azna Ibu kandungnya Anaz saja.

"Kok izin sama saya Bu?" Azna menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuk.

"Kalian kan couple A, Bu guru takutnya kalo Anaz pergi nanti Azna nangis-nagis dikira Anaz selingkuh," jawab Bu guru mantap.

Demi dewi yunani yang gue sendiri nggak tahu wujudnya, seviral apa berita hubungan mereka hingga guru juga tahu.

"Heh? Nangis? Selingkuh?" Azna menautkan alisnya.

Sejak kapan mereka pacaran?

"Couple A?" Ungkapan serempak keluar dari Anaz, Zaki, Denis, Arshaq, Erik, Eshan.

"Hu'um, Azna, Anaz. Huruf paling depan mereka kan A semua," ujar Bu guru.

Azna tersenyum canggung. "Kalo gitu bawa aja Anaz Bu, nggak papa kok."

Ibu guru mengangguk, kemudian ia berjalan di buntuti Anaz.

Gerombolan kelas Mipa 3 dan Mipa 4 kembali berjalan berlawanan arah dengan Anaz, tujuan mereka masih sama seperti biasanya. Kantin, untuk mengisi perut yang kosong, juga kelaparan.

******

Semenjak kedekatan dengan Anaz, Azna merasakan hidup yang lebih berwarna dari sebelumnya.

Azna bertekad akan melawan penyakitnya demi Anaz, Syakila, Ibu Asih, dan beberapa orang yang menyayanginya.

Walaupun hidup dengan kecanduan obat-obatan, Azna tak mempermasalahkan, asal sembuh.

Azna duduk di depan Zaki, samping kiri ada Syakila, samping kanannya kosong. Tempat kursi tersebut biasa diduduki Anaz, tapi berhubung Anaz sedang ada tugas dari guru maka tempat itu tak berpenghuni.

Masing-masing telah memesan makanan, Azna, Denis, Erik, Azura dan Zaki memesan makanan yang sama.

"Wuih, kayaknya enak nih bakso," kata Denis, ia memandang semangkuk bakso penuh gairah.

"Kita lomba yuk, makan bakso semangkuk," ujar Azura antusias.

"Ayok, makin seru kalo gini. Peraturan mainnya, nih, semangkuk bakso pake sambal 15 sendok, nggak boleh minum sampe satu mangkuk bakso abis, yang abis duluan tanpa minum pemenang,"  tutur Azna.

"Yang kalah traktir minuman gratis satu gelas buat yang menang," imbuh Zaki yang langsung di angguki semua peserta lomba.

Syakila, Nadia, Eshan sebagai tim juri, mereka bertiga juga tidak memesan satu mangkuk bakso.

Terlebih Nadia, ia bernafas lega, karena tidak memesan bakso. Itulah Nadia, dia tidak suka pedas, jauh berbeda dengan Azna, gadis pecinta pedas.

Lomba dimulai beberapa menit yang lalu, Azna menjadi orang pertama yang menghabiskan semangkuk bakso dengan sambal 15 sendok.

"Gila lo, gue aja udah mau nangis gini," ujar Denis, sambil mengusap keringat yang membanjiri pelipis.

"Lidah lo mati rasa ya, Na?" tanya Nadia, yang lebih ke arah sindiran.

"Finish," kata Zaki semangat.

Akhirnya ia bisa menghabiskan semangkuk bakso yang pedas tiada tara. Walaupun harus berkali-kali mengusap air matanya yang keluar dengan sendirinya.

"Gue ngaku kalah, an*ir nggak kuat gue." Azura mendorong mangkuk bakso dari hadapannya.

Pertandingan selesai, saat tepat semua telah menghabiskan bakso, saat itu juga Anaz duduk di samping Azna, ia menatap bingung temannya yang seperti baru saja di hukum untuk lari keliling lapangan.

"Fine, lo traktir gue," ujar Azna.

Azura mengangguk lemah, ia masih asyik menyeruput es teh, sama seperti yang lain.

"Makan pedas?" tanya Anaz di angguki Azna.

"Jangan sering makan pedas, nggak baik buat kesehatan," tutur Anaz lembut, ia melirik Azna yang nampak memandang dirinya dengan tatapan ... entahlah.

"Anaz khawatir?" gumam Azna pada diri sendiri.

Anaz mengangguk saat mendengar gumaman yang keluar dari Azna, dan itu terjadi secara sepontan, tidak di rencanakan.

Azna mengadah, menatap kosong ke atas. Memikirkan perlakuan Anaz yang menurut ia romantis. Hingga tiba-tiba hingar-bingar Syakila membuat Azna tersadar.

Syakila yang memperhatikan Azna jadi begidik ngeri, melihat temannya melamun gara-gara di khawatirkan membuat ia berfikir yang tidak-tidak dengan yang Azna pikirkan. Apalagi yang menkhawatirkan ia adalah Anaz, cowok yang ia taksir akhir-akhir ini.

Oke, ini mungkin lucu, tapi Syakila sudah berfikir bahwa Azna melamun tentang hubungannya dengan Anaz di masa depan. Apa ia berfikir hingga pacaran, lebih buruk sudah memikirkan tentang indahnya pernikahan, atau malah malam pertama, bahkan mempunyai anak darah daging Anaz.

Sekarang, justru Syakila yang terlalu berlebihan.

"Please deh Na, gue emang nggak tahu apa yang ada di pikiran lo, tapi gue yakin pikiran lo udah melayang  jauh entah kemana," ujar Syakila.

Azna terkikik, merasa benar apa yang di ucapkan Syakila, hingga ia menghentikan tawa lalu kembali menyeruput minuman.

"Nih." Azura menyodorkan minuman, ini adalah traktiran untuk Azna, karena ia menang pertandingan kecil tadi.

Azna menerimanya dengan senang hati, ia menyodorkan minuman traktiran ke depan meja Anaz, mengatakan bahwa minuman itu untuknya.

Anaz menyeruput minuman dengan rasa kesukaan Azna, tidak terlalu buruk. Mungkin, ini akan menjadi minuman kesukaannya, setidaknya dalam 5 besar.

"Makasih," ujar Anaz seraya tersenyum memandang minuman tersebut, tapi justru Azna merasa senyum itu tertuju untuknya.

Jelas, mana mungkin ia berterima kasih pada satu cup minuman itu. Pasti pada sang pemilik yang memberikannya, walaupun Anaz tersenyum ke arah cup bukan wajah Azna.

Dia sungguh pria yang menjaga pertemanan lawan jenis, menghargaiku sebagai seorang wanita. Yang jelas terlihat lebih murahan di depannya.

Mengapa demikian, karena Azna selalu menatapnya di saat waktu tertentu, dan mengagumi setiap ekspresi yang tergambar jelas di wajah tampannya, dominan Azna menyukai senyuman manis miliknya. Azna mengagumi secara terang-terangan, sedangkan Anaz, jangankan menatap, bahkan melirik pun hanya beberapa saat. Azna yakin saat Anaz melirik hanya dapat melihat bulu matanya yang lentik, bukan manik mata Azna. Kemungkinan besar saat ia menatap Azna saat itu juga tidak sengaja.

******

Eumm, gimana part ini?
Ohh ya, part berikutnya spesial untuk Anaz juga Azna. Pokoknya ... lihat aja nanti.

Berjumpa lagi di part selanjutnya, semoga nggak bosan sama ceritaku yang ini.

Adakah pria seperti Anaz di dunia ini? Tolong kasih tahu author, dibelahan bumi mana tepatnya pria seperti itu?

Mau author bawa pulang, taro dikamar buat pajangan, eh sayang ding. Mending di peluk, wkwkwk.

Hargai kehaluan author :v

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

4.1K 409 53
'Mengenal tanpa dasar berkenalan?' Mungkin itu yang terjadi pada seorang Kayla Katrina dan Bryan Mahendra. Walau pada dasarnya wajah pria bernama Bry...
1.4M 127K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
578 75 32
° tentang tiga sahabat yang harus jadi saudara karena perjodohan ° ° yang satu cuek di kasih yang emosian " ° yang satu pecicilan di kasih yang ban...
936K 13.5K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+