GATRA

De Bulanydwn

134K 7.5K 538

Gatra Bayu Sadewa, adalah CEO muda yang berusia 25 tahun. Gatra yang masih betah menyendiri, dengan alasan me... Mai multe

PROLOG
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 21
PART 22
PART 23
PART 24
PART 25
PART 26
PART 27
PART 28
PART 30
PART 31
PART 32
PART 33
PART 34
PART 35
PART 36
PART 37
PART 38 (END)
EPILOG
📖CAST GATRA📖
INFO!
VOTE COVER!!!

PART 29

2.3K 118 2
De Bulanydwn

HAPPY READING 📖
_
_
_

"Gatra aku bosen."

"Terus?"

"Jalan-jalan yuk!"

"Sandra aku males."

"Gatra, ihh!"

"Haha... Mau jalan-jalan ke mana?"

"Terserah."

"Mall?"

"Gak mau."

"Taman?"

"Gak ah, yang lain."

"Di rumah?"

"Aku bosen."

"Terus di mana?"

"Terserah kamu."

Inilah yang Gatra hindari dari kata terserah yang perempuan ucapkan. Terserah tapi tidak ada yang sesuai. Ingin rasanya Gatra membantah Sandra, tapi tidak bisa.

Gatra berfikir keras, di mana ia akan mengajak Sandra jalan-jalan dan yang pasti tidak akan di tolak perempuan itu.

"Mau ke pantai?" tanya Gatra.

"Pantai? Hm, boleh. Yuk!"

Huft! Untung saja Sandra tidak menolak lagi seperti yang tadi-tadi.

Mereka berkemas membawa barang yang di perlukan, seperti pakaian ganti. Gatra mengendarai mobilnya dengan tenang, sedangkan Sandra sudah heboh dengan ponselnya. Sandra bilang akan pamer ke dua sahabatnya jika Sandra akan ke pantai bersama Gatra.

Dasar perempuan!

"Uhh, akhirnya sampai juga. Aku capek duduk tau nggak."

"Ayo!"

Sandra dapat melihat betapa indahnya pemandangan pantai ini. Airnya berwarna biru, sangat bersih. Sandra yakin belum banyak orang yang datang ke sini.

"Suka?"

"Banget! Makasih Gatra," ujar Sandra berjinjit untuk mencium pipi laki-laki itu.

Cup

"Aku mau main air," kata Sandra seolah meminta izin kepada Gatra.

"Iya. Jangan jauh-jauh!"

"Siap!" setelah mengatakan itu, Sandra berlari menuju tepian pantai. Perempuan itu tersenyum senang saat ombak datang menghampirinya.

Gatra mengambil gambar Sandra yang sedang tertawa sendiri dengan kamera ponselnya.

"San, coba pose!" titah Gatra, Sandra hanya menurut saja. Setelah Gatra mengambil gambarnya dia melanjutkan bermain air dan pasir di pantai.

Seperti anak kecil!

Hingga akhirnya Sandra kelelahan dan memilih untuk duduk di depan Gatra. Gatra tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, dia menopangkan dagunya di atas pundak Sandra membuat perempuan itu kegelian namun tetap membiarkan Gatra melakukan itu.

Sebentar lagi malam akan tiba dan sebelum itu pemandangan yang sangat Sandra sukai akan segera ia lihat bersama Gatra.

Sunset.
Bukan hanya sunset, sunrise juga adalah pemandangan yang selalu ingin di lihat Sandra setiap hari.

Sunset memiliki arti tersendiri untuk Sandra, yaitu mengajarkan kepada kita bahwa segala sesuatu memiliki akhir.

Fenomena sunset dan sunrise merupakan hal yang syarat akan makna kehidupan di dunia fana ini. Ketika sunrise terjadi, maka di situlah awal kehidupan di hari yang baru dengan segala harapan dan perjuangan mengarungi berbagai tantangan hidup. Optimisme dan semangat melangkah di pagi hari dengan matahari yang baru saja terbit walaupun mungkin saja di hari kemarin terasa berat menjalani hidup tanpa harapan. Ketika sunset terjadi, maka disitulah akhir dari perjaungan hidup kita satu hari penuh dari awal matahari terbit yang patut kita syukuri.

Sandra berterima kasih kepada Gatra karena telah mengajaknya ke sini, dia tidak akan pernah melupakan momen yang begitu indah ini. Sandra ingin mengulangi lagi momen ini di suatu hari nanti, yang pasti bersama Gatra.

– GATRA –

"Habis dari mana?" tanya Bagas kepada anak dan calon menantunya.

"Dari tempat yang indah, yang banyak pasirnya. Tebak dong, Pa!" ujar Sandra saat sudah mendaratkan pantatnya di sofa empuk dan di sebelahnya ada Gatra.

"Pantai, right?" tebak Bagas tepat sekali.

"Yahh, kok tau sih!" ucap Sandra kesal karena papanya bisa dengan mudah menjawab tebakannya. Sebenarnya salah Sandra juga yang memberi tebakan kepada orang dewasa seperti itu, pasti sangat mudah untuk di jawab tanpa berfikir sekalipun.

"Gatra mau menginap di sini?" tanya Bela sembari meletakkan gelas yang berisi teh hangat dan cemilan yang ada di toples di meja.

"Boleh, Ma? Pa?" tanya Gatra balik.

"Boleh tapi gak boleh macam-macam!"

"Siap Pa!"

"Ya sudah sana kalian bersih-bersih badan, bau! Gatra bawa pakaian ganti kan, Nak?"

"Iya, Ma. Ada di mobil nanti Gatra ambil."

Sandra berjalan menuju kamarnya terlebih dahulu, sedangkan Gatra mengambil pakaian bersih yang akan ia kenakan nanti setelah mandi.

Gatra membuka pintu kamar Sandra, melihat Sandra yang sedang bermain ponselnya. Gatra langsung pergi ke kamar mandi membersihkan diri, setelah selesai dia keluar hanya dengan mengenakan celana pendek.

Dia memeluk tubuh Sandra tanpa aba-aba membuat Sandra terkejut, perempuan itu kembali terkejut melihat tubuh Gatra hanya berbalut celana. Sandra dapat merasakan aroma tubuh Gatra yang menyeruak di hidungnya.

Dia kembali memainkan ponselnya membiarkan Gatra memeluk tubuh kecilnya di banding tubuh besar Gatra.

"Gak mandi?"

"Males. Pasti dingin."

"Anget. Sana mandi!"

"Iya," walaupun Sandra berkata iya namun dia tetap tidak beranjak dari tempat tidurnya hingga membuat Gatra gemas dan mencium bibir perempuan itu sekilas.

"Gatra!" ucap Sandra kesal.

"Hm," hanya gumaman itulah yang keluar dari mulut Gatra.

Beberapa menit memeluk Sandra, Gatra mengantuk dan tertidur. Sandra menyelesaikan game yang ia mainkan di ponselnya, mengusap rambut Gatra sebentar dan bangkit memasuki kamar mandi.

Setelah merasa cukup, Sandra mengenakan kaos kebesaran dan celana pendek. Rambutnya yang masih basah di gelung dengan handuk agar airnya tidak menetes di mana-mana.

Dia duduk di meja rias untuk mengering rambutnya dengan hairdryer, suara dengungan dari alat pengering rambut itu memenuhi ruangan Sandra. Tak hanya itu, suara yang sedikit keras itu dapat membangunkan Gatra yang sudah ingin masuk ke alam mimpi, hanya sebentar setelah itu laki-laki itu kembali tertidur.

Setelah selesai mengeringkan rambutnya, dia ikut berbaring di samping Gatra. Tangannya bergerak mengusap wajah tampan Gatra, dahi, alis, kedua matanya lalu turun ke bagian hidung laki-laki itu. Hidung bak prosotan TK kemudian turun lagi dan berhenti tepat saat tangan Sandra berada di bibir Gatra.

Bibir yang mengambil first kissnya, second first nya dan kiss-kiss selanjutnya.

Tiba-tiba saja terlintas di pikiran Sandra untuk mengecup bibir yang menggoda iman itu tapi segera dia enyahkan dari otaknya.

Gatra menggeliat membuat Sandra menurunkan tangannya dari wajah Gatra. Gatra memeluk Sandra dengan begitu erat hingga membuat Sandra susah bernafas.

"Gatra aku gak bisa napas!" bisik Sandra tepat di telinga Gatra.

Tidak ada sahutan dari orang yang di ajaknya berbicara. Hanya dengkuran halus yang terdengar di telinga perempuan itu.

Sedikit demi sedikit Sandra melepaskan tangan Gatra yang berada di pinggangnya.

Huft! Berhasil.

"Tidur! Udah malem!" kata Gatra yang tiba-tiba muncul, Gatra kembali memeluk Sandra namun tidak se-erat tadi. Dia juga mengusap rambut panjang Sandra agar perempuan itu nyaman dan dapat segera tidur.

Sandra mencari posisi ternyaman untuknya juga memeluk Gatra hingga akhirnya mata indah Sandra terpejam. Sedangkan Gatra tersenyum melihat calon istrinya terlelap dalam pelukannya.

– TBC –

– GATRA –
By Bulanydwn.

Continuă lectura

O să-ți placă și

ARSEN ✔ De Msa

Ficțiune adolescenți

38.6K 1.4K 39
"Arsen Mahardika " seorang bad boy yang irit bicara sekaligus pemimpin geng yang terkenal kejam oleh semua orang.. Bertemu dengan gadis bernama "Mey...
AlFIAN De Aisy Qaysara

Ficțiune adolescenți

4.4K 1.6K 41
JANGAN LUPA DI FOLLOW GUYS Dunia kenapa begitu kejam? Dan Tuhan kenapa kau menghidupkan gadis malang seperti dia?_Alfian Arganamahendra Aku memang bu...
3.4K 586 18
Harus bijak dalam memahami kosa kata yang ada dalam cerita ini. Grely Queenza akstaraza gadis yang berumur 18 tahun terpaksa menerima perjodohan...
6.5K 1.6K 49
Dia RELANGGA DILAGA ARAKSA panggil saja dia ELANG atau EL laki-laki dingin dan cuek laki-laki misterius yang penuh dengan rahasia,laki-laki yang keja...