Investigation [✔]

由 RCreator

8.6K 566 5

Suatu penyelidikan untuk menemukan tersangka utama. by. Rebellion Creator. 更多

1: Kematian Istri Muda Senator by WatashiWaBakaInu
2: Sigasí by Apifayi
3: Siapa? by Nanasshi16
4: Got You! by mongtete
5: Tak Diduga by Liaamlr_
6: The Buckleys Teror by xxnj____
7: Strings by DestianaRika
8: Kunci Blue by Zzzzwwww
9: Traped by xeleo_
10. Selling Name By sanraf__
11. G2 by kecapmaniss_
12. Express Die by Anisahrhs
13. A Clue by bubbugirlj
14. Love Me by lalalucam_
15. Dollar by cockatoo17
17. Notes by irnaerlinda
18. Behind The Mask by tengkufiraeliza
19. The Observers by iluvplumtea

16. Revenge by Dustychicks

241 24 0
由 RCreator

CAST:
Lalisa Manoban as Lisa
Ji Chang wook as Aaron
Kim Jennie as Ella

Seorang gadis remaja sedang menyusuri jalan menuju ke kediamannya sepulang dari sekolah menengah atas.

Setibanya dirumah Gadis remaja itu langsung tersimpuh dilantai sambil memasang ekspresi yang tak dapat dijelaskan setelah membuka pintu dan masuk ke dalam rumahnya, ia terkejut bukan main. Rasa sesak merambat memenuhi dadanya, netranya mulai berkaca-kaca menjatuhkan bulir-bulir bening.

Fokusnya tertuju kepada sesosok manusia yang sudah tergeletak tak bernyawa didepannya, dengan dipenuhi bercak-bercak cipratan juga genangan darah yang memenuhi lantai tersebut.

Tangannya yang gemetar mulai menyentuh ponselnya dan segera menghubungi pihak kepolisian. Sungguh ini tak pernah terbayang dibenak Lisa, bahwa ia harus menemui Ibunya dengan keadaan seperti ini.

"Pak, tolong. Ibu saya..." Ia berucap dengan gemetar kearah ponselnya, saat dirasa telepon sudah terhubung kepada pihak kepolisian.

"Bagaimana, ada yang bisa saya bantu?"

"Tolong segera datang kerumah saya Pak, ibu saya..."

"Baik anda bisa sebutkan alamatnya."

Selang beberapa menit –setelah memberi tau alamatnya– suara mobil menginterupsi pendengarannya, ia masih meringkuk menangis badannya juga gemetar.

Beberapa orang berseragam polisi masuk ke kediamannya. Hingga Lisa tersadar dan beranjak saat dirinya mulai ditarik pelan oleh salah satu dari polisi tersebut.

Hingga ia dibawa keluar dari kediamannya, dituntun untuk duduk oleh seseorang berseragam abu-abu tersebut.

Seseorang tersebut mendudukan dirinya disebelah Lisa.

"Tenang kau aman sekarang."

Lisa masih tetap dengan isak tangisnya.

"Siapa namamu?, kau bisa memanggilku Kak Aaron"—sambil memperhatikan air muka Lisa, —"Kau tidak perlu takut."

Suara pria itu dibuat selembut mungkin, agar gadis itu tidak semakin merasakan ketakutan.

"Nama saya Lisa," ucapnya lirih sambil menahan isak tangisnya, juga masih mempertahankan posisinya yang menunduk.

"Tolong tenangkan dirimu Lisa, jangan takut. Mari ikut kita kekantor yah, kau akan aman disana,"—menepuk pundak Lisa pelan—"kami akan segera mencari tau siapa yang membunuh ibumu, percayakan pada kami."

***

Gadis remaja itu sekarang sedang berada di kantor polisi, dengan ditemani Aaron –polisi yang baru dikenalnya beberapa saat tadi–, matanya mungkin sudah sangat membengkak sekarang karena tak henti-hentinya ia mengeluarkan air mata.

Sedangkan sesosok pria berbadan tinggi nan tegap juga berhidung bangir tersebut sedang berusaha menenangkan isak tangis Lisa.

"Lisa kau tenang saja, kami akan membantumu untuk mengetauhi siapa pembunuh ibumu," ujarnya meyakinkan sambil menepuk pelan pundak Lisa. Kendati gadis tersebut hanya merespon dengan anggukan kepala.

Salah satu polisi menyarankan Lisa untuk menginap di kantor polisi, karena ternyata setelah mencari informasi tentang gadis tersebut, ia hanya tinggal berdua bersama Ibunya.

Aaron yang mendengar saran tersebut kurang menyetujuinya, mengingat gadis malang itu akan semakin kesepian. Hingga ide cemerlang muncul didalam pikirannya.

"Bagaimana kalau sementara Lisa menginap di rumah saya, kebetulan di rumah ada adikku Ella dia beberapa tahun lebih tua dari Lisa, bagaimana?"

Pihak kepolisian menyetujuinya, tetapi tetap saja keputusan ada kepada Lisa.

"Bagaimana Lisa?"

"Boleh kak," ujar Lisa lirih. Ia pasrah, tak tau apa yang harus ia perbuat setelah kejadian ini.

"Mungkin Ella bisa menemani Lisa dan sedikit menghibur Lisa, saya permisi,"—beranjak dari duduknya setelah memberi salam pada atasannya—"Ayo Lisa!"

Aaron berjalan menuju mobilnya dengan diikuti Lisa di belakangnya, hingga masuk ke dalam mobil tersebut hening masih mendominan. Akhirnya pria tersebut lah yang membuka pembicaraan terlebih dahulu.

"Lisa, sementara kau di rumahku aku dan yang lain akan berusaha mencari tau siapa pembunuhnya kau aman di rumahku, kau bisa menganggapku sebagai kakak."

"Aku berharap kak Aaron segera menemukan pembunuhnya, walaupun pada akhirnya,"—Lisa menghela nafas pelan —"tidak membuat Ibuku hidup lagi, dan aku akan tetap hidup sebatang kara," ucapnya sambil menyandarkan kepala mengahadap jendela.

Aaron mengeluarkan senyuman tipisnya, setidaknya gadis itu sudah mau berbicara padanya.

"Semua akan baik-baik saja."

Setibanya di kediaman Aaron, keduanya disambut oleh senyuman wanita berparas cantik, walaupun tatapannya sedikit berubah saat netranya fokus kearah Lisa.

"Kenalin ini Lisa, nanti kakak akan jelaskan setelah pulang dari kantor. Kalian bisa saling berkenalan sendiri," pria tersebut mengantarkan Lisa sampai ke dalam.

"kakak mau kembali kekantor." Lanjutnya.

"Iya kak, hati-hati,” jawab Ella dengan senyuman.

Sekarang hanya tersisa Lisa dan Ella, mereka berdua sekarang sedang duduk di sofa sambil ditemani televisi yang menyala.

Mereka hanya berbincang-bincang ringan tentunya, entah apa yang mereka bahas tapi setidaknya Gadis itu –Lisa– sedikit terhibur karena ada teman yang dapat diajak bertukar pikiran.

Rasa kantuk tiba-tiba menyeruak datang, membuat Lisa mau tidak mau harus segera mengistirahatkan tubuhnya yang sudah sangat lelah.

"Lisa kau lelah?"
"Iya kak."
"Kau bisa tidur di kamar tamu, mari ku antar.”

Sesampainya di kamar yang memiliki nuansa bercorak klasik tersebut, juga terlihat barang yang tertata sangat rapi. Ia segera merebahkan badannya diatas kasur empuk tersebut.

Ia mulai memejamkan matanya, membuat tubuhnya sedikit tenang. Rasanya sangat nyaman hingga akhirnya gadis itu terlelap.

***

Keesokan harinya Lisa bertanya ingin memastikan kepada Aaron apakah pembunuh ibunya sudah ditemukan.

Tapi sangat disayangkan, jawaban yang keluar dari mulut pria tersebut bukanlah jawaban yang diharapkan oleh Lisa. Ia kecewa.

Ia ingin pembunuh ibunya harus segera ditangkap, karena ia ingin tau apa motif dari pelaku sehingga pelaku harus membunuh Ibunya.

Saat ini Lisa sedang bersantai di dalam kamar, ia dikejutkan oleh suara pintu terbuka. Ternyata yang pelakunya adalah Ella, yang mencoba masuk.

"Hai Lis," sapa Ella dengan senyuman.

"Eh kak ella ada apa?"

"Hanya sedikit ingin menyapamu,"—ucapan Ella berhenti sejenak—"Lagi."

Lisa mulai merasakan sesuatu yang aneh, kenapa wanita di depannya itu membuat suasana menjadi mencekam.

"Kau sedang apa?"
"Aku hanya sedang bersantai kak," Ella sedikit mendekat ke tempat tidur Lisa.

"Kau cantik juga ya,"—ucapannya terpotong, lalu meneruskan perkataannya dengan lirih —"tapi tak secantik ibumu."

"Kenapa kak?" Tanya Lisa karena tak cukup mendengar kelanjutan dari kalimat wanita cantik itu.

"Ah gapapa kok."

Ini aneh bagi Lisa, seperti ada sesuatu yang tak beres, tapi wanita cantik didepannya itu semakin mendekat.

"Jadi begini apa boleh aku bercerita lisa?"

Sungguh Lisa tak mengerti, apa yang dimaksud oleh Ella. Ia beranjak dari tempat tidurnya dan duduk dipinggiran kasurnya.

Ia hanya menganggukan kepalanya tanda bahwa ia bersedia mendengar cerita Ella.

"Jadi begini,"

Lisa sedikit kebingungan, ia memandang wajah wanita cantik itu dengan seksama karena penasaran dengan kelanjutan dari ceritanya.

"Suatu hari ada wanita, wanita kurang ajar itu merebut suami orang. Istri suami itu ditinggalkan oleh suaminya, berakhir istri suami itu sakit-sakitan dan akhirnya,"—Ella menatap tajam kearah Lisa—"mati."

"Aku tidak mengerti kak, apa yang kau ucapkan!" Ia membelalakkan matanya, sementara matanya menatap tajam ke arag Ella.

"Kau bodoh, sama seperti ibumu!"

"Tidak, ibuku tidak bodoh!" Ia tak terima Ibunya diperolok seperti itu, sebab setaunya Ella tidak benar-benar mengenal Ibunya dengan baik. Tapi berani-beraninya ia berkata seperti itu.

"Kenapa Aaron harus ber-acting sok-sokan sih, memuakkan!" Memutar bola matanya muak.

Banyak pertanyaan yang tiba-tiba hinggap dibenak Lisa.

"Aaron seharusnya tinggal meminta bantuanku, semua akan selesai dan impas, ibumu saja tak cukup!" Matanya menatap tajam kearah Lisa, tangannya mengepal kuat sambil mengangkat benda tajam di tangannya ke arah Lisa.

"Apa mak”—

Ucapnya terpotong, semua menjadi gelap.

Surabaya, 22 Februari 2020

dustychicks

繼續閱讀

You'll Also Like

15.7K 1.2K 19
~Bayangan Mafia di Balik Kerudung~ Semua bermula ketika seorang pria tampan yang terluka di sekujur tubuhnya, di temukan tidak berdaya di belakang...
7.3M 537K 93
[Telah Terbit di Penerbit Galaxy Media] "Dia berdarah, lo mati." Cerita tawuran antar geng murid SMA satu tahun lalu sempat beredar hingga gempar, me...
10.4M 1.7M 71
Cakrawala Agnibrata, dia selalu menebar senyum ke semua orang meskipun dunianya sedang hancur berantakan. Sampai pada akhirnya kepura-puraannya untuk...
86K 3K 46
Will you still love me when I'm be a monster? --------------- Shella yang dituntut sempurna oleh orang tuanya hanya dikenal sebagai cewek paling popu...