GOD SAVE THE QUEEN

Von ymowrite

113K 8.4K 2K

Yoon Jungkook adalah segalanya bagi Park Jihye. Setidaknya, sebelum Jihye hamil anak pria itu dan dibuang beg... Mehr

πŸ‘‘ Prolog πŸ‘‘
πŸ‘‘ Chapter 02 πŸ‘‘
πŸ‘‘ Chapter 03 πŸ‘‘
πŸ‘‘ Chapter 04 πŸ‘‘

πŸ‘‘ Chapter 01 πŸ‘‘

12.5K 1.8K 380
Von ymowrite

"Ambil apapun yang kau mau, Jim. Aku akan membayarnya untukmu."

Dua tahun berlalu. Hidup Yoon Jungkook sekarang telah berbeda dengan Yoon Jungkook di masa lalu.

Jika dulu Jungkook tinggal di apartemen sempit, kesulitan untuk makan, atau bahkan tak bisa membeli apa yang dia mau, kini Jungkook adalah pria kaya raya yang memiliki rumah besar, bisa makan enak, dan mampu membeli apa saja yang dia inginkan.

Semua itu berubah sejak Jungkook mengenal salah satu temannya. Jungkook tak mau hidupnya terus miskin, sehingga membuatnya harus menerima tawaran teman lamanya untuk berbisnis.

Lalu Cha Jimin bekerja untuk Jungkook sebagai asisten sekaligus sahabat sejati pria itu.

Ke mana pun Jungkook pergi, maka akan ada Jimin bersamanya. Beberapa tetangga Jungkook bahkan berpikir Jungkook dan Jimin adalah pasangan gay karena selalu bersama.

Namun, Jungkook tak memedulikan omongan tersebut.

"Telur dan nugget sudah habis, Kook. Sepertinya kau harus berbelanja banyak hari ini karena persediaan di dalam dapur sudah banyak yang menipis."

Jungkook menganggukkan kepala. "Baiklah. Kau bisa ambil apapun itu. Aku akan mengambil daging dan buah."

Jungkook menyerahkan keranjang pada Jimin sementara dirinya berjalan ke arah freezer daging.

Karena Jungkook beberapa kali melihat seorang chef di media sosial memasak daging sapi mahal, maka hari ini Jungkook akan mencobanya.

Setelah memilih beberapa daging, Jungkook segera mencari Jimin dan meletakkan daging tersebut ke dalam keranjang dorong.

"Omong-omong, aku akan menginap di apartemenku kekasihku malam ini, Kook. Jadi, aku tidak bisa menemanimu untuk mengirim barang."

Jungkook mengangguk. "Tidak masalah. Pergilah dan nikmati waktumu bersama kekasihmu. Pulanglah jika kau ingat jalan pulang."

Jimin tertawa rendah usai mendengar jawaban Jungkook. "Bilang saja kau iri karena tak kunjung mendapatkan kekasih!"

"Memang," sahut Jungkook malas.

"Ayolah, sekali-sekali kau harus ikut denganku ke pub. Kau pasti akan menemukan wanita cantik dan seksi di sana."

Mendengus sejenak, Jungkook lalu menggeleng. "Tidak minat."

Pria Yoon tersebut segera berjalan menjauhi Jimin. Melangkah lebar untuk menuju ke rak buah yang letaknya berada di sudut supermarket.

Ini adalah bagian favorit Jungkook.

Meskipun pria itu masih sering mabuk, tapi buah-buahan adalah camilan favoritnya saat sedang sendirian atau merenungkan sesuatu.

Apalagi mangga dan stroberi. Jungkook sangat menyukai dua buah tersebut yang selalu menyapa lidahnya dengan rasa manis—meskipun stroberi sedikit asam.

Usai meraih keranjang jinjing, Jungkook mulai mengambil apel, mangga, stroberi, dan buah lainnya untuk memenuhi isi kulkasnya.

Buah sebanyak apapun yang Jungkook beli, pasti akan habis hanya dalam waktu empat atau lima hari.

Well, meskipun Jungkook tidak bisa tidak minum alkohol, tapi Jungkook jauh tidak bisa tidak makan buah dalam sehari.

Pria itu bersiul kecil. Matanya menyapu pandangan ke arah rak buah untuk memilih apa saja buah yang akan masuk ke dalam keranjangnya.

"Pisang. Aku perlu pisang untuk pendamping sereal," ucapnya pada diri sendiri.

Setelah selesai, Jungkook segera berbalik. Hanya saja, saat Jungkook baru menciptakan tiga langkah menjauh dari rak buah, telinganya mendadak mendengar suara yang tak asing baginya.

Benar-benar tidak asing. Bahkan Jungkook meremang sesaat manakala ia sadar bahwa sudah sangat lama ia tidak mendengar suara tersebut.

Jungkook mencari sumber suara. Melangkah lebar, kepala Jungkook lalu menoleh ke kanan; pada bagian rak susu formula.

Langkahnya terhenti. Jemarinya meremas pegangan keranjang jinjing yang ia bawa.

Jungkook tidak salah lagi. Yang ia lihat saat ini benar nyata adanya.

Tatapan matanya kini bertemu dengan seorang balita memiliki pipi bulat yang ada di gendongan Jihye.

Jantungnya berdetak kencang. Dadanya terasa nyeri manakala menatap balita tersebut.

"Menurutmu, aku harus membeli yang madu atau cokelat?"

Wanita itu sibuk menentukan varian rasa pada susu yang hendak dibeli. Sementara Jungkook kini menggeser langkah untuk bersembunyi di samping rak agar ia bisa terus mendengar suara itu.

Dia Park Jihye. Masa lalunya.

Jungkook menatap kosong ke arah lantai supermarket kendati telinganya masih bisa mendengar suara Jihye.

"Madu? Apa kau yakin? Mungkin Gyeom suka rasa cokelat sepertimu," ucap Jihye lagi.

Dada Jungkook semakin nyeri—seakan ditusuk oleh pisau tajam berkali-kali.

Pria Yoon itu mendadak menerka-nerka mengenai sosok balita yang ada di gendongan Jihye.

Apa dia adalah anak kami?

"Baiklah, kita beli rasa madu untuk Gyeom!"

Suara Jihye terdengar begitu ceria. Berbeda dengan suara wanita itu yang terakhir Jungkook dengar saat mereka bertemu dua tahun lalu.

Jungkook bergegas menjauh dari rak ketika suara roda pada keranjang dorong kini terdengar mendekat.

Setelah Jihye dan pria asing yang tak Jungkook kenali sosoknya kini telah meninggalkan rak susu, Jungkook keluar dari persembunyiannya.

Langkah Jungkook mengikuti ke mana perginya Jihye dan pria tersebut. Lalu Jungkook kembali bersembunyi di samping rak ketika Jihye memasuki rak snack.

"Kita harus beli banyak camilan karena kau suka mencari snack di malam hari," ujar Jihye lagi.

"Aku harus makan snack setelah berhasil menidurkan Gyeom. Anggap saja itu upah!"

Terdengar kekehan ringan dari Jihye.

Jungkook kembali meremas pegangan keranjang jinjing di tangannya. Kepalanya menunduk sembari memainkan lidah di dalam mulut.

Kekasihnya? Atau malah suaminya?

Entah kenapa, Jungkook merasa panas dan sakit. Apalagi saat pria itu mengingat dengan jelas bagaimana berengseknya dirinya yang telah menolak untuk bertanggung jawab atas kehamilan Jihye.

Jungkook meyakini, balita di gendongan Jihye adalah buah hatinya bersama Jihye.

Tapi siapa pria itu?

Jungkook seharusnya tidak seperti ini. rasanya aneh manakala ia melihat Jihye bersama pria lain.

Menyesal? Itu jelas. Sebab selama ini, Jungkook hanya akan menyesali perbuatannya terhadap Jihye.

Jungkook pun sudah lama mencari wanita itu, tapi tak kunjung membuahkan hasil. Dan sekarang, Jungkook berhasil bertemu dengan Jihye. Akan tetapi, Jungkook tidak bisa muncul di hadapan Jihye begitu saja.

Dadanya yang seolah terbakar saat ini sama seperti yang ia rasakan tiga tahun lalu ketika Jungkook melihat Jihye bersama pria lain untuk membahas masalah pekerjaan.

"Seharusnya pelukanku sudah menjadi upah paling mahal dan terbaik untukmu!"

Mendengar jawaban tersebut dari Jihye, membuat dada Jungkook sesak. Cemburu dan penyesalan bercampur menjadi satu kendati Jungkook tahu, hal itu tidak seharusnya ia rasakan—mengenai masalah cemburu.

"Pelukanku jauh lebih nyaman, Jiya. Tanya saja pada Gyeom. Dia bisa langsung tertidur di pelukanku, padahal baru 5 menit aku menggendongnya."

"Ya, ya, ya ... aku kalah soal itu. Gyeom agaknya lebih menyayangimu daripada aku!"

Jungkook sepertinya salah. Tidak seharusnya Jungkook mengikuti dan menguping seperti ini. obrolan yang ia dengarkan hanya bisa menyakiti perasaan Jungkook.

Ya, Jungkook tidak tahu diri.

Ia bahkan sudah menyakiti perasaan Jihye. Sangat amat sakit hingga Jungkook mampu merasakan sendiri rasa sakitnya.

Jungkook dikagetkan oleh ponselnya yang mendadak berdering di dalam saku celana.

Saat tahu bahwa Jimin lah yang menghubunginya, Jungkook buru-buru menerima panggilan.

"Kau di mana? Aku mencarimu, Bodoh! Kau pikir aku pembantumu?!"

Mengembuskan napas dalam, jungkook segera menjawab, "Aku akan menyusulmu ke kasir. Sebentar lagi."

Kembali mengantongi ponselnya, Jungkook sesaat menoleh ke arah rak snack. Di sana, ia melihat balita itu kini pindah di gendongan pria yang tidak dikenali Jungkook.

Tatapan mereka kembali bertemu—Jungkook dan balita dengan mata bulat dan berbinar.

Namun, yang bisa Jungkook lakukan hanyalah tersenyum pahit. Apalagi ketika dirinya mendapati Jihye dirangkul begitu intim oleh pria di sampingnya.

....

Jungkook memerintah Jimin untuk pulang dengan bus atau taksi setelah memberikan sepuluh lembar uang pada temannya tersebut.

Hanya saja, Jungkook tidak memberi tahu Jimin bahwa pria itu telah bertemu dengan Jihye di supermarket.

Jungkook saat ini duduk di dalam mobil. Sesekali meneguk air mineral sebab tak kunjung mendapati Jihye keluar dari supermarket.

Ini sudah Jungkook rencanakan. Pria Yoon itu akan mengikuti Jihye dan mencari tahu soal status Jihye bersama pria di samping Jihye.

Mungkin ini salah. Tidak seharusnya Jungkook seperti ini.

Jungkook sudah membuang Jihye ketika wanita itu hamil karena dirinya. Lalu saat melihat sosok Jihye dan balita di gendongan Jihye, Jungkook justru bertekad untuk kembali mengejar Jihye.

Perlahan. Jungkook akan mengejarnya secara perlahan.

Ia telah kehilangan jejak Jihye selama ini. Maka dari itu, Jungkook tidak mau menyia-nyiakan kesempatannya malam ini.

Pria itu bergegas memasang sabuk pengaman saat maniknya menangkap Jihye yang baru saja keluar dari supermarket.

Suatu kebetulan. Rupanya, mobil yang diparkirkan di depan mobil Jungkook adalah mobil yang Jihye kendarai bersama pria asing tersebut.

Mata Jungkook terus mengawasi pria yang sedang sibuk memasukkan barang belanjaan ke dalam bagasi, kemudian Jungkook segera menyalakan mesin mobil dan mengikuti mobil Jihye saat mobil itu melaju.

"Siapa dia? Kenapa rasanya sakit sekali?" gumam Jungkook.

Menggigit jari beberapa kali sambil terus mengikuti mobil di depannya, Jungkook kini merasa sangat risau.

Sudah lama tidak bertemu dan tidak mengetahui kabar Jihye, Jungkook malah bertemu saat wanita itu bersama pria lain.

Padahal alasan Jungkook sering sekali mabuk adalah karena selalu memikirkan Jihye dan rasa penyesalannya.

"Kau benar-benar bahagia tanpa aku ya, Jiy?"

Setelah lama melajukan mobil, Jungkook kini menginjak rem manakala mobil sedan di hadapannya telah menghentikan mobilnya di depan gedung apartemen mewah.

Jungkook mematikan mesin mobil. Melihat pria di sana yang sedang membawa keluar banyak belanjaan, kemudian jalan berdampingan dengan Jihye untuk memasuki apartemen.

Meraih tas yang selalu Jungkook letakkan di dalam mobil, pria itupun segera turun sembari mengenakan masker untuk menutupi setengah wajahnya.

Hanya saja, Jungkook sudah kehilangan jejak manakala ia hendak mengejar untuk mengetahui di mana unit apartemen Jihye berada.

Namun, angka pada layar elevator menunjukkan bahwa Jihye berada di lantai nomor 8 sehingga Jungkook tidak terlalu sulit jika harus mencari tahu unit apartemen Jihye.

Menghela napas panjang, Jungkook pun berbalik. Pria itu berjalan keluar dari gedung apartemen dengan pandangan menunduk menatap lantai.

Perasaannya benar-benar menjadi campur aduk setelah bertemu Jihye. Meskipun wanita itu tidak mengetahui keberadaannya, tapi Jungkook tetap saja risau.

Atau mungkin jika Jihye mengetahui keberadaan Jungkook di dekatnya, Jihye akan membunuh Jungkook detik itu juga.

Dulu Jungkook adalah pria satu-satunya yang Jihye sayangi. Apapun yang Jungkook mau, dan apapun yang Jungkook perintahkan selalu dituruti oleh Jihye.

Pun Jihye adalah wanita cantik dari keluarga kaya raya yang mau menerima Jungkook apa adanya.

Tidak pernah menuntut Jungkook untuk bekerja lebih keras, atau menuntut Jungkook untuk memiliki penghasilan banyak.

Karena Jihye benar-benar mencintai Jungkook sepenuh hati.

Jungkook yang sudah merusak semuanya. Jungkook yang telah menyakiti Jihye setelah menikmati semua yang Jihye miliki; waktu, cinta, hidup, bahkan tubuh wanita itu.

Daripada Jungkook, sejujurnya Jihye lah yang banyak mengeluarkan uang untuk hidup Jungkook selama mereka menjalin hubungan.

Tapi lagi dan lagi, Jungkook dengan tega menyakiti Jihye dan meninggalkan Jihye bersama anak yang ada di dalam rahim Jihye.

Tak hentinya setiap hari Cha Jimin mengumpati Jungkook dan menjuluki Jungkook sebagai pria paling berengsek sedunia.

Sementara Jungkook sama sekali tak mengelak. Ia menerima julukan yang Jimin berikan sebab faktanya, Jungkook memang berengsek di hidup Jihye.

Pandangan Jungkook kini tertuju pada sesuatu yang terjatuh di atas lantai setelah Jungkook keluar dari gedung apartemen.

Jungkook membungkuk untuk meraih benda berwarna biru laut tersebut, kemudian menyadari bahwa benda itu adalah baby pacifier.

Ia jelas tahu benda itu adalah milik Gyeom. Maka, Jungkook membawa barang itu bersamanya.

Kembali masuk ke dalam mobil, Jungkook lekas mengecek ponselnya. Tapi tidak ada satu pun pesan yang masuk sehingga membuat Jungkook mencari kontak Jimin dan segera menghubunginya.

"Hallo ... ada apa?"

"Aku butuh saranmu," ucap Jungkook.

"Apa itu?"

Jungkook menyandarkan punggung pada kursi kemudi. Tangannya diangkat untuk menatap baby pacifier di tangannya, lalu menjilat bibir bawah sejenak.

"Aku baru saja bertemu seseorang, Jim." Jungkook mengerjapkan mata. "Apa kau tahu siapa dia?"

"Siapa? Wanita yang kau tiduri terakhir kali dua tahun yang lalu?" tebak Jimin—sedikit menyindirnya.

Jungkook mendecakkan lidah karena Jimin terus saja membahas kejadian dua tahun silam.

Walaupun Jimin juga mengadakan pesta alkohol dan narkoba bersama Jungkook serta membawa wanita untuk menemani mereka, tapi Jimin tetap menyalahkan keputusan Jungkook yang tak mau bertanggung jawab atas kehamilan Jihye.

Maka dari itu, penyesalan Jungkook muncul bukan hanya karena dari dirinya sendiri—melainkan juga karena Jimin yang terus menyindir dirinya.

"Bukan, Bodoh!" Jungkook tersenyum saat ia bisa menyentuh barang milik Gyeom. "Jim, kau tahu kesalahanku dua tahun lalu, bukan?"

"Hm. Menjadi pria bodoh, berengsek, tak tahu malu, dan tidak berguna," jawab Jimin di seberang sana.

Jungkook hanya menanggapinya dengan senyum kecut.

"Soal kehamilan Jihye, Jim." Diam sesaat sebab Jimin tidak menjawab. Akan tetapi, Jungkook tahu bahwa Jimin sangat tertarik untuk mendengarkan cerita dari Jungkook. "Menurutmu, jika aku melihat Jihye menggendong seorang balita ... apakah itu adalah anakku?"

Jimin mengembuskan napas dalam. "Mungkin," sahutnya lirih. "Atau bisa menjadi kemungkinan kecil jika Jihye memutuskan untuk menggugurkan kehamilannya."

Mendengus kasar, Jungkook refleks mengangguk meskipun ia tahu Jimin tidak akan bisa melihat responsnya tersebut.

"Aku bertemu dengan Jihye dan anakku."

"Kau serius?!"

Sudah Jungkook duga Jimin akan berubah histeris. "Ya, aku bertemu dengan mereka. Di supermarket. Aku mengikuti mereka hingga apartemen."

"Jadi, itu alasan kenapa kau menyuruhku pulang? Dasar berengsek!"

Terkekeh singkat, Jungkook pun kembali melanjutkan, "Aku sangat yakin bahwa balita yang Jihye gendong adalah anakku, Jim. Dia laki-laki. Namanya Gyeom."

Terdengar decakan dari Jimin. "Jangan mudah menyimpulkan apa yang kau lihat. Bisa jadi itu keponakannya? Atau anak dari temannya, mungkin?"

"Tidak. Aku yakin dia anakku," jawab Jungkook keras kepala. Jemari Jungkook lekas memijat pangkal hidung yang mendadak berat.

"Lalu kau mau apa setelah semua yang kau lakukan pada Jihye, Kook? Mau mengerjarnya lagi?"

Diam. Jungkook tidak tahu harus menjawab pertanyaan Jimin dengan kalimat seperti apa. Akan tetapi, Jungkook pun berakhir menganggukkan kepala.

"Ya. Aku akan mengejarnya lagi, Jim."

Kali ini Jungkook mendengar kekehan Jimin yang lebih seperti tengah mengejeknya.

"Apa kau yakin? Kau telah menyakitinya terlalu dalam, Kook. Jika kau kembali muncul di dalam hidupnya, maka kau hanya akan menambah luka di hatinya. Berhenti saja. Cari kebahagiaan barumu."

Jungkook meremas baby pacifier di telapak tangannya. "Dia adalah kebahagiaanku, Jim. Dan Gyeom ... adalah kebahagiaan baruku."

***

Ayo, ayo, jadi kalian tetep sebel Jungkook ngga nih?

Btw, ini GSTQ new version, ya. Jadi kalian harus baca dari awal lagi. Kalian lebih suka yang lama atau yang sekarang nih?

ymowrite

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

71.4K 5.2K 24
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ Ma...
54.4K 11K 13
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
245K 36.7K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
38.3K 4.9K 43
[DISCLAIMER!! FULL FIKSI DAN BERISI TENTANG IMAJINASI AUTHOR. SEBAGIAN SCENE DIAMBIL DARI STREAM ANGGOTA TNF] "apapun yang kita hadapi, ayo terus ber...