PSYCHO ||NoMin|| ✔️

By ia_jenojaem

597K 57.6K 3.1K

[COMPLETED] Karena cinta, obsesi, dan kegilaan itu hanya berbeda tipis. =================================== ⚠... More

Main Cast
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
22
23
24 (END)
NOTE!!!
WARNING!!!
DUAAARRR!!!

21

13.6K 1.6K 28
By ia_jenojaem

Typo bertebaran~
Happy reading!

.
.
.

Mark agak gelisah sambil berusaha mengemudi dengan fokus. Di sampingnya ada seorang lelaki manis yang sedari tadi hanya diam tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ya, itu adalah Yang Jeongin. Mark berhasil membawanya atas bantuan bibi pelayan yang tadi berusaha membujuk dengan mengiming-imingi Jeongin akan bertemu dengan Hwang Hyunjin. Memang benar lelaki manis itu akan bertemu Hyunjin nantinya, tapi bukan dalam situasi yang normal karena sebenarnya Jeongin adalah sandera bagi kubu Mark.

Mark sendiri agak tidak tega untuk melibatkan lelaki sepolos Jeongin dalam masalah ini. Namun, mau bagamana lagi? Situasi lah yang tidak mengizinkannya. Belum lagi, Mark baru saja mendengar kabar bahwa Jaemin menghilang. Kemungkinan besar lelaki cantik itu diculik oleh Hyunjin. Mark juga sudah menghubungi Jeno dan mereka sepakat untuk segera sampai di markas Hyunjin dalam waktu kurang dari tiga puluh menit. Maka dari itu, dia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi karena jarak yang akan ditempuh cukup jauh.

"M-maaf, Boss. Na Jaemin tidak mau menerima makanan dari kami", lapor salah satu anak buah Hyunjin yang tadi diberi tugas mengantarkan makanan untuk Jaemin. Hyunjin pun mendecih pelan.

"Merepotkan sekali! Sudah bagus aku mau memberikannya makan sebelum dia ku siksa habis-habisan! Ck, apakah aku harus memberikannya pelajaran sekarang juga?", desisnya.

"Boss, biar aku saja yang membujuknya", sela Haechan yang pada akhirnya diangguki oleh Hyunjin. Setelahnya, Haechan pergi menuju ruangan dimana Jaemin dikurung sambil membawa nampan makanan yang baru.

"Jaemin-ah...", lirih Haechan untuk mengalihkan atensi lelaki manis itu yang sedari tadi hanya duduk termenung dengan pandangan kosong. Seketika Jaemin mendongak dan tatapannya menajam.

"Mau apa kau ke sini? Ingin menyuruhku makan juga? Cih, jangan harap aku akan menerima makanan dari orang-orang menjijikkan seperti kalian!", pekik Jaemin. Haechan hanya menghela napas pelan.

"Jaemin-ah, kau harus makan. Kau juga harus kuat agar bisa keluar dari sini. Biar aku suapi, ya?".

Haechan menyodorkan sesendok nasi untuk menyuapi Jaemin. Namun, Jaemin hanya membuang mukanya ke arah kanan. Enggan menerima suapan tersebut.

"Jaemin-ah, aku mohon... Percayalah kepadaku...", lirih Haechan yang masih bisa didengar oleh Jaemin.

"Percaya? Kenapa aku harus percaya kepadamu? Bukankah kau yang sudah mengkhianatiku?", ucap Jaemin tajam. Haechan pun hanya terpaku dan bungkam.

"Boss Hwang! Ada berita buruk, Boss!", lapor seorang anak buah Hyunjin yang membuat waktu bersantainya terganggu.

"Ck! Ada apa?", ketus Hyunjin. Si anak buah mulai berkeringat dingin.

"B-begini, Boss. Jeongin... Yang Jeongin t-tidak ada di tempat persembunyiannya yang baru...", ucapnya takut-takut. Hyunjin pun mengernyitkan alisnya heran.

"Apa maksudmu? Bukankah anak itu seharusnya sudah menempati tempat barunya beberapa waktu yang lalu sesuai dengan perintahku?", tanya Hyunjin penuh selidik.

"I-iya, Boss. Tapi... Tapi, Yang Jeongin benar-benar tidak ada di sana, di tempat yang sudah Boss persiapkan".

"Apa?! Bagaimana bisa?! Aku sudah memerintahkan agar Jeongin dipindahkan ke sana dan- Ah! Atau..."

"Jaemin-ah, aku benar-benar minta maaf". Haechan terisak pelan sambil berlutut di hadapan Jaemin dan menggenggam tangan lelaki cantik itu. "Aku tidak punya kekuasaan lebih, Jaemin-ah... Dia terlalu kuat dan bukanlah tandinganku".

BRAK!

Pintu ruangan menjeblak terbuka. Kedua anak buah Hyunjin yang bertugas menjaga pintu telah berdiri dengan tegap di sana. Setelahnya, mereka mempersilakan sang Boss untuk memasuki ruangan.

Hyunjin berjalan dengan angkuh. Di setiap langkah kakinya bagaikan bunyi genderang kematian yang ditabuh dengan nyaring. Lelaki itu pun bertepuk tangan sekilas dan kemudian berhenti tepat di hadapan Haechan yang sudah berdiri mematung.

"Wah, wah, wah... Sepertinya aku melewatkan sebuah pertunjukan yang luar biasa", ucapnya lamat-lamat. "Dan rupanya, ada yang bernyali cukup besar untuk melakukan pengkhianatan di sini", desis Hyunjin tajam.

"Boss...", lirih Haechan.

PLAK!

Hyunjin menampar pipi kiri Haechan hingga lelaki gembil itu tersungkur. Bahkan, Jaemin benar-benar terkejut dibuatnya.

Rasa nyeri dan panas mulai menjalar di pipi Haechan. Sudut bibirnya juga perih karena robek. Hyunjin sungguh tidak main-main dalam mengerahkan kekuatannya.

"Beraninya kau berkhianat, Lee Haechan!", hardik Hyunjin murka. Sedangkan Jaemin masih berusaha mencerna apa yang sudah terjadi di hadapannya, hingga dia tidak sadar saat kedua tangan Haechan diborgol dan lelaki itu diseret menjauh beberapa meter darinya dengan cara dijambak. Haechan hanya mengerang tak berdaya. Hyunjin kemudian menguarkan sesuatu dari saku coat-nya.

PATS! PATS!

Itu adalah cambuk. Dan beberapa cambukan tersebut mulai dilayangkan ke tubuh Haechan hingga membuat Jaemin tak kuasa untuk berteriak agar Hyunjin menghentikan aksi kejamnya. Namun, Hyunjin tetaplah Hyunjin. Lelaki itu bahkan tidak segan-segan menyumpal mulut Jaemin dengan kain agar tidak dapat mngeluarkan pekikannya. Jaemin hanya mampu menangis dalam diam menyaksikan penyiksaan demi penyiksaan yang Haechan alami.

"Boss! Gawat, Boss!", teriak salah satu anak buah Hyunjin. Di luar memang agak sedikit bising. Hyunjin pun menghentikan aksinya.

"Ada apa?", tanya Hyunjin.

"Markas kita diserang, Boss!".

"Apa?!". Hyunjin segera melemparkan cambuknya ke lantai dan bergegas meninggalkan ruangan tersebut. Jaemin dapat bernapas lega meskipun air matanya belum berhenti mengalir. Sedangkan Haechan berusaha keras untuk menjaga kesadarannya dan menyeret tubuh lemahnya mendekati Jaemin. Berpuluh-puluh cambukan yang Haechan terima telah menguras tenaganya sehingga dirinya bahkan harus bersandar di kaki kursi yang sedang Jaemin duduki. Dengan susah payah, tangan lemah Haechan menggapai kain penutup mulut Jaemin.

"Haechan-ah!", pekik Jaemin kemudian.

"Sssh... Jangan menangis lagi, Jaemin-ah. Aku baik-baik saja", ucap Haechan yang masih diiringi dengan kekehan kecilnya. "Jeno pasti akan mengamuk jika melihatmu terus-menerus menangis seperti ini. Jadi, berhentilah menangis...", lanjutnya. Jaemin pun berusaha untuk meredakan isakannya setelah mendengarkan kata-kata penenang dari Haechan.

.
.
.
TBC

Hmmm~ Konflik mulai memanas :")
Dan adakah yang masih bingung di sini? Karena sebenarnya semua rahasia sudah mulai terungkap. Tunggu next chap ya~ Dan jangan lupa voment :*

Nay 💚💚
16 Februari, 2020

Continue Reading

You'll Also Like

38.9K 3.7K 10
Lee Taeyong (25) seorang pria manis yang tinggal bersama kekasihnya- Jung Jaehyun (23). Hampir setiap hari Taeyong dan Jaehyun bertengkar. Namun, dis...
94.9K 10.5K 16
Tentang Na Jaemin, berusaha menaklukkan hati sang kakak kelas yang berbeda orientasi dengannya. ⚠️BxB Nomin fanfiction | non baku | harsh words Homop...
1.5M 155K 71
❝From now, You're my Baby Boy❞ ⋘ ──── ∗ ⋅◈⋅ ∗ ──── ⋙ Season 1 ✔️ Start : Jan 3, 2019 End : July 3, 2019 Season 2 ✔️ Start : Feb 8, 2020 End : Jun 8...
85.9K 12.7K 8
[Fantasy] [Romance] Jung Jaehyun di kenal sebagai seorang Alpha yang sangat sempurna. Ia memiliki segalanya; harta, tahta serta orang-orang yang sel...